[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31 Kebangkitan Shen Yan: Dari Bayangan Menjadi Pejuang
Guan Mu, bocah berusia 15 tahun itu berbicara dengan nada yang sombong, seolah dirinya merupakan orang yang paling kuat di dunia itu.
Shen Yan berbalik, ada kebencian dan marah di matanya karena Guan Mu memanggil Liang Fei sebagai seorang gelandangan.
"Guan Mu, jaga ucapanmu!" bentak Shen Yan sambil menahan amarah, "Kau boleh menghinaku, tapi tidak dengan temanku!" lanjutnya.
Guan Mu merasa jengkel melihat keberanian Shen Yan, "Padahal baru kemarin kami menghajarmu, apakah itu masih kurang? Dan kau, gelandangan sampah, kenapa kau menatapku seperti itu?"
Guan Mu menunjuk Liang Fei yang melihatnya dengan pandangan datar dan terkesan kosong. Sebenarnya Liang Fei melihat seperti biasa, hanya saja kondisi matanya yang buta memberikan kesan suram dan datar.
"Tuan Muda Guan, sepertinya gelandangan itu buta, jadi dia tidak bisa melihat kehebatanmu."
"Itu benar, sepertinya Tuan Muda Shen mencari teman yang setara dengannya. Orang buta dan sampah, sungguh dua sahabat yang cocok."
Liang Fei tetap diam, tidak terpengaruh oleh hinaan dari Guan Mu dan teman-temannya. Sebaliknya, dia menoleh ke arah Shen Yan dan berbicara dengan nada tenang namun tegas.
"Shen Yan, lawan mereka," katanya, mengejutkan Shen Yan yang langsung menoleh dengan ekspresi ragu.
"A-apa? Tapi aku..." Shen Yan tergagap, mengingat semua kekalahannya di tangan Guan Mu dan yang lainnya.
Liang Fei memotongnya dengan nada yang lebih serius. "Ini waktunya kau membuktikan sesuatu, bukan untuk mereka, tapi untuk dirimu sendiri. Dengarkan aku, dan aku akan membantumu. Percayalah."
Shen Yan terdiam sejenak, lalu mengangguk. Dia melangkah maju dengan sedikit gemetar, berdiri di hadapan Guan Mu dan kelompoknya.
Guan Mu tertawa mengejek. "Apa ini? Kau serius ingin melawan kami, Shen Yan? Kau benar-benar ingin dipermalukan lagi?"
Shen Yan menggerakkan kakinya, mengambil posisi bertarung yang pernah diajarkan dalam sekte. Meskipun terlihat canggung, ada tekad di matanya.
"Diam dan hadapi aku, Guan Mu," kata Shen Yan dengan nada lebih tegas dari sebelumnya.
Guan Mu menyeringai. "Baiklah, aku akan menunjukkan betapa lemahnya kau," ucapnya sebelum maju dan diikuti oleh dua temannya.
Liang Fei, yang berdiri agak jauh, mulai memberikan instruksi. "Kendurkan bahumu, Shen Yan. Fokus pada langkah mereka, bukan pada wajah mereka."
Shen Yan mencoba mengikuti arahan itu, memperhatikan gerakan Guan Mu yang mendekat. Tiba-tiba, Guan Mu melayangkan pukulan ke arah wajahnya.
"Langkah ke kiri!" teriak Liang Fei.
Shen Yan refleks bergerak ke kiri, menghindari pukulan itu dengan margin yang tipis. Guan Mu tampak terkejut, tetapi dia segera melanjutkan serangan.
"Serang balik! Siku ke arah rusuknya!" Liang Fei memberi arahan.
Shen Yan, meskipun ragu, mengangkat sikunya dan menghantam rusuk Guan Mu. Pukulan itu tidak terlalu kuat, tetapi cukup untuk membuat Guan Mu mundur selangkah.
"Bagus! Jangan berhenti! Tetap bergerak!" kata Liang Fei, suaranya penuh semangat.
Namun, salah satu teman Guan Mu maju dari samping, mencoba menjatuhkan Shen Yan dengan tendangan.
"Turunkan tubuhmu dan angkat lenganmu untuk menahan!" Liang Fei memberi instruksi cepat.
Shen Yan menunduk dan mengangkat lengannya, berhasil menahan tendangan itu meskipun ia terdorong ke belakang beberapa langkah.
"Kau mulai memahami ritme mereka. Sekarang, serang lutut lawanmu!" Liang Fei melanjutkan.
Dengan keberanian yang tumbuh, Shen Yan meluncur maju dan menghantam lutut salah satu lawannya dengan tendangan rendah. Anak itu terjatuh, mengerang kesakitan.
"Bagus! Satu sudah selesai," kata Liang Fei dengan senyum kecil. "Fokus pada Guan Mu sekarang."
Guan Mu yang melihat teman-temannya kesulitan, mulai merasa tidak sabar. Dia maju dengan cepat, melancarkan pukulan beruntun.
"Jangan panik, Shen Yan! Bergeraklah dengan pola melingkar, tetap di luar jangkauannya!" Liang Fei terus memberi arahan.
Shen Yan mencoba tetap tenang, menghindari pukulan demi pukulan sambil mengikuti gerakan melingkar seperti yang dikatakan Liang Fei. Ketika ada celah, Liang Fei memberi instruksi lagi.
"Gunakan telapak tanganmu, dorong dadanya dengan keras!"
Shen Yan menuruti arahan itu, menghantamkan telapak tangannya ke dada Guan Mu dengan kekuatan penuh. Guan Mu terhuyung mundur, terkejut karena Shen Yan berhasil melawan dengan baik.
"Aku... aku bisa melakukannya!" seru Shen Yan dengan napas terengah-engah.
Liang Fei tersenyum tipis. "Tentu saja kau bisa. Sekarang, akhiri ini. Jangan biarkan dia berdiri terlalu lama. Gunakan seluruh tubuhmu untuk menyerang!"
Dengan tekad bulat, Shen Yan melancarkan serangan terakhir, sebuah tendangan lurus ke arah perut Guan Mu yang membuatnya jatuh tersungkur. Guan Mu terkapar di tanah, terengah-engah sambil memegangi perutnya.
"Tuan Muda Guan, kau baik-baik saja?"
Bawahan Guan Mu terlihat panik dan tidak percaya melihat pemimpin mereka dikalahkan oleh orang yang sering mereka tindas.
Disisi lain Shen Yan sangat gembira, ia menatap Liang Fei dan memberikan penghormatan layaknya seorang murid kepada gurunya.
"Aku masih belum kalah sialan!" Guan Mu, yang terkapar di tanah mendadak bangkit dengan wajah merah padam.
Kekalahan di tangan Shen Yan, seseorang yang selama ini dia hina, benar-benar menghancurkan harga dirinya.
Dengan amarah membara, dia mengumpulkan energi Qi di tangannya, udara di sekitarnya menjadi berat, dan angin dingin dari kekuatan air mulai berputar di sekelilingnya.
"Shen Yan! Jangan pikir kau menang hanya karena keberuntungan! Aku akan mengakhirimu, dan juga gelandangan itu! Jangan lupa kalau aku adalah kultivator Penyempurnaan Qi tingkat 1!" seru Guan Mu dengan suara menggema, menunjukkan kekuatannya sebagai murid elit Sekte Laut Surgawi.
Energi Qi yang sangat besar namun tidak stabil berkumpul di tangan Guan Mu sebelum tercipta sebuah bola air yang lumayan besar.
"Guan Mu, kita dilarang menggunakan Qi di luar sekte!" Shen Yan memperingati, tampak sedikit panik dan ketakutan.
Namun, tiba-tiba Liang Fei berjalan pelan dan berdiri di depannya, "Biar aku urus sisanya."
Guan Mu mengayunkan tangannya, bola air itu berubah menjadi pusaran air besar yang melesat ke arah Liang Fei. Serangan itu membentuk tornado air yang langsung mengurung tubuh Liang Fei di dalamnya.
Serangan Guan Mu memutar cepat, menciptakan tekanan luar biasa yang bisa membuat siapa saja di dalamnya sulit bernapas sebelum membunuhnya.
Shen Yan berteriak panik, "Kak Liang! Hentikan, Guan Mu! Kau bisa membunuhnya!"
Namun, Liang Fei tetap terlihat tenang di dalam kurungan itu. Dalam bola air yang berputar hebat, dia hanya berdiri dengan posisi tegap, seolah-olah tidak terpengaruh sama sekali.
Guan Mu menyeringai kejam. "Tinggal menunggu waktu untuk gelandangan itu tenggelam dan akhirnya kehabisan nafas! Apa yang bisa dilakukan seorang pendekar buta melawan serangan ini?"
Shen Yan, yang memperhatikan dari belakang melihat sesuatu yang aneh, riak air di sekitar Liang Fei mulai tenang, seolah kehilangan kendali dari pemiliknya.
Tiba-tiba, Liang Fei menarik napas dalam-dalam dengan gerakan teratur, ia mempraktikkan Teknik Napas Naga, teknik rahasia yang memungkinkan penggunanya mampu bernapas bahkan di bawah tekanan air sambil sekalipun.
Liang Fei, dengan wajah yang tetap datar, membuka mulutnya perlahan. "Teknikmu lumayan, bocah. Tapi terlalu kasar dan kurang pengendalian. Aku akan mengajarimu sesuatu, jadi jangan mengadu pada orang tuamu kalau kau habis ditindas orang dewasa."