Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.
Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.
Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?
Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emosi
Kini Billa sedang duduk bersama bundanya di ruang TV, kedua adik Billa sepertinya sudah tertidur, sedangkan Aiman sedang berada dirumah uwak karena tidak mungkin jika ia menginap di rumah Billa, mengingat tidak ada satupun laki-laki dirumah Billa, pasti akan menimbulkan fitnah jika Aiman bermalam disana. Sedangkan uwaknya memiliki anak laki-laki yang umurnya berbeda 4 tahun dengan Billa. Dia adalah Rivan sahabat dari Dewa.
“Semua keputusan itu ada sama kamu yuk, kalau kamu setuju dengan lamaran Aiman, maka bunda akan merestui itu,” ucap bunda lembut sambil menggeser sedikit piring bekas pempek yang baru saja di santap Billa.
“Sebelumnya ayuk mau tanya sama bunda, apa kesan bunda setelah bertemu dengan Pak Aiman?” Billa mengharapkan jawaban bundanya tentang sosok Aiman.
“Sifat manusia itu tidak mungkin bisa dinilai hanya dengan beberapa kali pertemuan, tapi bunda hanya berharap semoga dia memang yang terbaik untuk ayuk, tapi dengan mendengar cerita ayuk bagaimana dia sudah dengan rela membantu kita membayar hutang ke paman, dan dia rela menyisihkan waktunya untuk datang menemui bunda, bunda merestui ayuk dengan nak Aiman, Semoga ini adalah yang terbaik untuk ayuk.” Mata wanita berusia 56 tahun itu memandang lembut ke arah putrinya.
“Terima kasih bunda,” Billa meneteskan air matanya dan langsung berhamburan untuk memeluk tubuh bundanya.
***
Pagi ini Billa berniat menyapu di teras rumahnya, dan sebuah pemandangan berhasil membuat ia terkejut bukan main. Bagaimana tidak, saat ini ia melihat Aiman, Rivan dan Dewa sedang berbincang di teras rumah uwaknya. Ia bertanya-tanya apakah Aiman tahu jika laki-laki yang memakai kemeja hitam itu adalah si juragan sawit yang nomor ponselnya baru saja diblokir Aiman dari kontak Billa. Dan apakah Dewa tahu jika lawan bicaranya itu adalah laki-laki yang membuat Billa menolak lamarannya.
Mata Billa terus menatap ke arah mereka bertiga, tiba-tiba saja Aiman menoleh ke arah Billa dan membuat Billa gelagapan karena kedapatan sedang memandang ke arah mereka. Dengan cepat Billa melesat masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu. Ia tidak memperdulikan lagi niatnya untuk menyapu teras. Ia lebih memilih duduk di sofa depan TV untuk menenangkan jantungnya.
“Kenapa yuk?” Pertanyaan dari Safa membuatnya sedikit terkejut.
“Itu loh fa, depan rumah uwak, ada Bang Rivan lagi ngobrol sama Pak Aiman dan Bang Dewa,” ucap Billa pada Safa dengan nada khawatir.
“Kenapa khawatir banget sih yuk, mungkin mereka ngobrol biasa aja,” jawab Safa santai.
“Tapi Pak Aiman tuh gak suka sama Bang Dewa, kalau ribut gimana?” Billa benar-benar panik memikirkan kejadian-kejadian yang bisa saja terjadi antara Aiman dan Dewa.
“Ya gak mungkin lah yuk, santai aja,” Safa berusaha memenangkan kakaknya yang memang terkadang suka panik berlebihan.
Tok tok tok
Terdengar ketukan yang memburu di pintu depan mereka, ketukan yang awalnya biasa saja berubah menjadi gedoran yang begitu memaksa. Billa dan Safa saling pandang, Billa mengisyaratkan raut muka bertanya dan di balas Safa dengan menaikkan bahunya tanda tidak tahu.
“Yuk Ratna buka pintu!” Ucap sebuah suara yang memanggil nama bundanya.
“Kayaknya suara paman yuk.” Ucap Safa takut.
“Ngapain laki-laki gila itu kemari.” Billa beranjak menuju pintu dengan penuh emosi, begitu pintu terbuka ia langsung melihat wajah pamannya dengan tampang garangnya, di sampingnya berdiri istrinya yang terlihat mencolok dengan make up setebal itu. “Habis manggung dimana ini biduan satu, mana itu alisnya tipis banget kayak dompet gue,” batin Billa mencibir.
“Kalau datang kerumah orang itu yang sopan dong, ucap salam jangan kayak orang gak ada adab gitu.” Sinis Billa dengan emosi membuncah.
“Ternyata benar kata orang-orang, sudah pulang ternyata kamu, mana laki-laki yang kamu bawa pulang itu, jangan bilang kalau kamu beneran sudah hamil duluan makanya bawa pulang laki-laki itu kesini untuk merengek minta di nikahkan.” Tante Citra istri pamannya menuduh dengan kejamnya.
“Eh punya mulut dijaga ya, seenaknya ngatain gue hamil duluan, jangan seenaknya nyebar fitnah, gue robek itu mulut lo ntar.” Billa tidak peduli lagi dengan siapa dia berbicara, persetan dengan adik ayahnya dan istrinya. Jika mereka kurang ajar padanya sudah pasti Billa akan membalasnya.
“Dasar anak gak tahu diri, gak punya sopan santun gak punya adab.” Hardik pamannya.
“Ngaca dulu sana di spion mobil lu itu, coba liat diri lu sendiri, punya adab gak.” Balas Billa sengit.
Tanpa Billa sadari kini Aiman, Dewa, Rivan, uwak dan bibiknya sudah berkumpul di teras rumahnya. Billa masih dibalut emosi yang begitu hebat mendengar langsung bagaimana paman dan istrinya melontarkan kata-kata fitnah terhadapnya.
“Sabar nak, sudah jangan di jawab lagi, ayo masuk.” Bunda berusaha menenangkan Billa dengan mengelus lembut punggung sang anak dan menuntunnya masuk kedalam rumah.
“Ajarkan sopan santun pada anakmu itu yuk Ratna, semua orang disini sudah tahu jika anakmu itu menjual diri di Jakarta, dan sekarang membawa pulang laki-laki, bikin malu keluarga saja.” Cecar pamannya tanpa henti.
Badan Billa spontan berbalik setelah mendengar semua kata yang diucapkan pamannya. Yang ada dipikirannya saat ini adalah mencakar muka pamannya tanpa ampun.
“Rizal hentikan semua omong kosongmu itu, dimana hati nurani kamu hah, tega sekali kamu memfitnah keponakanmu sendiri.” Kali ini uwak yang berteriak marah ke arah paman.
“Abang jangan membela anak sialan yang bikin malu keluarga ini, saya yakin abang tahu tapi pura-pura diam saja kan?” Balas paman dengan sinis.
“Maaf jika saya ikut campur, tapi saya rasa saya berhak berbicara disini karena secara tidak langsung anda sudah menyeret saya dalam masalah ini.” Kali ini Aiman yang berbicara dengan raut wajah dinginnya.
“Kamu siapa? Jangan mencampuri urusan kami,” Bentak paman.
“Anda menuduh Billa jual diri, hamil di luar nikah dan membawa pulang laki-laki untuk meminta segera dinikahkan. Asal anda tahu, saya bisa saja menuntut anda atas tuduhan pencemaran nama baik. Saya yang mengajak Billa pulang kesini, karena saya ingin melamar Billa langsung ke bundanya. Dan saya rasa semua tuduhan anda tadi adalah karangan anda sendiri, dan anda juga yang menyebarkan semua itu kepada semua orang.” Aiman masih mempertahankan raut wajah dinginnya.
“Jadi kamu laki-laki itu, lucu sekali mau menuntut saya segala, bisa apa kamu hah? Berapa kali kamu sudah meniduri anak sialan ini, sampai-sampai ia bisa dapat uang 45 juta untuk membayar hutang ke saya?”
Mendidih sudah kepala Aiman mendengar mulut kejam pamannya Billa, jika tidak mengingat dia adalah tamu saat ini, maka sebuah bogem mentah sudah mendarat di muka laki-laki tidak punya otak itu. Nafas Aiman memburu menahan emosinya.
“Hentikan Rizal, sudah keterlaluan sekali mulut kamu, nak Aiman uwak setuju kalau kamu mau melaporkan dia ke pihak berwajib, mulut besarnya memang harus diberi pelajaran. Entah apa kesalahan Billa pada kalian sampai-sampai setega itu kalian memfitnahnya.” Ucap uwak tak habis pikir dengan kelakuan adiknya itu.
Jangan tanyakan lagi bagaimana kondisi Billa saat ini, mukanya sudah sangat merah karena emosi, tangannya mengepal itu meninju mulut pamannya. Namun air matanya sedikitpun tidak keluar menandakan jika ia tidak perlu menangisi apa yang baru saja pamannya tuduhkan terhadap dia, yang ia perlukan saat ini hanyalah menghantam wajah menyebalkan laki-laki gila bernama Rizal itu.
“Saya akan ajak ayuk ke dokter untuk memeriksa apakah benar ayuk hamil sesuai tuduhan kalian atau tidak. Jika ayuk terbukti tidak hamil, maka saya akan bawa rekaman video ini sebagai bukti atas tuduhan kalian terhadap ayuk saya.” Kali ini Safa yang bersuara sambil memperlihatkan ponselnya ke arah pamannya.
Wajah paman dan tante sekilas terlihat khawatir atas apa yang diucapkan oleh Safa.
“Saya juga bersedia menambah kasus baru yang bisa membuat pak Rizal tidak bisa lepas dari jerat hukum,” Semua pandangan beralih ke arah Dewa.
“Dewa, kenapa kamu disini, dan a-apa maksud kamu?” Rizal gelagapan begitu mengetahui jika yang bersuara adalah Dewa.
“Saya sudah tahu semua kecurangan anda selama bekerja sama dengan ayah saya, terlalu banyak penipuan yang anda lakukan, semua bukti sudah saya kumpulkan, tinggal menunggu waktu saja untuk melaporkan anda, dan kebetulan ada kejadian ini, maka sekalian saja saya ingin membantu mereka untuk memberi pelajaran kepada orang tidak beradab seperti anda.” Ucap Dewa yang berhasil membungkam mulut Rizal, dan segera menarik tangan istrinya untuk meninggalkan rumah Billa