Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA PULUH SATU
Hari demi hari Hera lewati seperti biasanya, bahkan sudah jarang komunikasi dengan Aldo kecuali bahas masalah tugas. Baik Hera mau pun Aldo sudah bisa saling menerima dengan legowo.
Setahun kemudian, kini Hera disibukkan dengan penyusunan laporan akhir atau biasa disebut Skripsi. Karya tulis ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa dengan melakukan penelitian untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.).
"Hera, Assalamu'alaikum." teriak Rika datang berkunjung ke rumah Hera. Kebetulan hari Ahad jadi libur kerja. Otomatis Hera juga berada di rumah, pikirnya.
"Waalaikumsalam. Masuk Rika. Hera ada di kamarnya." sahut Ibu Ros, di keluar dari dapur menuju ruang tamu. Dengan khas senyum ramahnya.
"Makasih tante." ucap Rika masuk ke dalam dan menuju ke depan pintu kamar Hera. Tidak lupa mengetuk pintu sebagai tanda ucapan permisi. "Hera, kamu lagi apa?" panggilnya agak keras. Sudah pembawaan Rika yang cukup bar-bar dalam segala hal.
"Iya tunggu." jawabnya kemudian berdiri dari kursinya. Hera sedang berada di kamar mengerjakan skripsinya setelah sarapan. Sekarang baru pukul 8.30 tapi Rika sudah datang mengganggunya.
"Kayak suara Rika." batinnya membukakan pintu kamar yang tidak terkunci. "Hai. Lama tak jumpa, peluk rindu!" ucap Hera berpelukan dengan Rika. Padahal tetangga tapi sudah jarang jumpa karena Rika sibuk kerja di Pustu yang ada di desa terpencil.
"Iya lama kita gak jumpa, rinduuuu sangat." lebay Rika. Sama Hera juga lebay! Rika masuk ke dalam kamar Hera, dia melihat Hera sedang sibuk dengan laptop dan kertas-kertas. "Maaf ya, aku ganggu." ucapnya sendu.
"Biasa memang itu nah!" ledek Hera. Mereka hanya tertawa bersama. Usai menyimpan filenya, Hera menutup laptopnya. "Nanti malam saja dilanjut lagi, toh jarang-jarang ketemu Rika sekarang." batinnya.
"Kenapa ditutup? Lanjutkan saja gak apa-apa kok, aku cuma be-te di rumah makanya kesini. Kamu lihat." ucap Rika mengangkat bawaannya. "Cemilan. Ha-ha-ha." dia datang membawa bekal, Hera hanya tertawa sambil menggeleng.
"Kamu memang ratu-nya makan." sahut Hera. Rika tidak tersinggung, justru dia senang berarti Hera masih mengingatnya. Akhirnya Hera ikut duduk melantai beralaskan karpet bersama dengan Rika.
"Banyak juga kamu bawa." ucap Hera membuka barang bawaan Rika. Ada Biskuit, ada Wafer, ada Coklat, dan juga Taro. Belum lagi minumannya ada teh kotak, teh pucuk, teh susu, dan teh botol. "Kamu bawa keluarga teh?" tanyanya heran.
"Iya biar seru. Seandainya ada Hasyim dan Rudi makin seru nih. Aku panggil ya!" ucap Rika semangat, Hera hanya mengangguk setuju.
"[Halo Rika, ada apa?]" ucap Rudi, sambungan terhubung bertiga, ada Rika, Hasyim dan Rudi.
"[Rudi dan Hasyim, kalian dimana?]" ditanya malah balik tanya, siapa dulu kalau bukan Rika. "[Kalian kesini-lah, aku di rumah Hera. Kita ngumpul makan-makan kue, tapi bawa kue masing-masing ya!]" serunya semangat.
"[Cocok. Aku lagi di rumah, hampir aku tidur lagi]" sahut Hasyim semangat. "[Rudi gimana?]" tanyanya.
"[Iya. Aku ikut]" jawabnya pasrah saja. Telefon ditutup dan Hera hanya tersenyum melihat Rika yang memang blak-blakan.
"Aman kan? Kita di teras saja yuk!" ajak Rika semangat membawa barangnya ke teras. "Eh, jangan dibawa semua, kasih ibumu." ucap Rika sebelum mereka benar-benar keluar dari kamar. Usai menyimpankan beberapa makanan buat Ibu Rosita mereka berdua keluar menuju teras.
"Mantap. Semoga mereka beneran bawa makanan." gumam Rika pelan. Rika duduk santai di teras rumah Hera seolah rumah sendiri. Tidak lupa sebelum duduk, Rika menyapu karena mereka akan melantai. Hera masuk ke dalam mengambil karpet.
"Ini pakai karpet." ujar Hera yang baru keluar lagi. Dia bersiap menggelar karpetnya tapi ditolak oleh Rika.
"Lebih enak begini, simpan saja itu." tolaknya, memang kalau di perumahan lebih enak melantai supaya dingin. Tidak lupa menyiapkan kipas angin supaya lebih sejuk. Ayah Rahim pulang dari taman heran melihat Rika dan Hera.
"Kalian piknik?" tanya ayah Rahim sambil bercanda. Hera dan Rika tersenyum balik dan menjawab.
"Iya ayah, lama tak jumpa jadi begini." jawab Hera santai. "Maklum Om, rindu masa anak-anak." sahut Rika asal.
"Kok ayah baru pulang?" tanya Hera lagi sebelum ayah Rahim benar-benar masuk dalam rumah.
"Iya habis ngobrol dulu sama pak Kosim, bapaknya Nurul." jawab ayah Rahim kemudian pamit masuk mau mandi dan istirahat.
"Ayah kamu baik Ra, dari dulu tetap begitu." celetuk Rika. Hera hanya heran dengan sikap Rika, dia suka dengan laki-laki baik yang dewasa, mengayomi.
"Emang mau berubah gimana? Jadi power ranger gitu?" tanya Hera heran sambil tertawa. Ada-ada saja pertanyaan Rika, pikirnya.
"Ish bukan itu, tetap awet muda." ujar Rika tertawa ngakak.
"Ssttt perempuan tertawanya yang bagus. Ayah aku itu sudah tua, sudah punya satu isteri, anak tiga, dan cucu satu. Jadi udah tua Rika." geram Hera pada temannya. Saat mereka asyik ngobrol ternyata Rudi datang bersama Hasyim.
"Wah sahabat terbaik, mantap kue-kuenya." ujar Rika yang menyambut sahabatnya dengan gembira. Rika menerima bungkusan yang Rudi bawa. Dalam bungkusan tersebut ada kacang garuda, kacang telur, dan sirop bca.
"Wah paket lengkap." sahut Hera saat melihat bungkusan yang dibawa sahabat laki-lakinya. "Ini malah keluarga kacang-kacangan. Tadi Rika bawa keluarga teh." ucap Hera lirih sambil menunjuk bawaan Rika yang ada di atas meja.
Meski mereka duduk dilantai tapi minuman dan makanannya disimpan di atas meja yang ukuran tingginya hanya 50 cm. Mereka tertawa kompak mendengar ucapan Hera. Tidak lupa Rudi membawa sirop dan juga es batunya.
Hera dan Rika masuk ke dalam rumah untuk membuatkan es sirop yang akan mereka nikmati bersama. Usai membuat dalam ceret besar, mereka bawa keluar.
"Mantap kan!" seru Hasyim. "Ide-ku, daripada kalian beli minuman perbotol akan lebih boros." imbuhnya yang memang selalu diajarkan hemat.
"Bener banget, untung ikuti saran Hasyim. Kalau gak, habis uangku. Ha-ha-ha." ujar Rudi bercanda tapi serius juga. Dia memang sedang menghemat saat ini. Apalagi orang tuanya yang pindah-pindah tidak jelas.
"Okey, kita nikmati hari ini bersama." ujar Rika lebih bijak selama bekerja. Selama dia menjadi bidan, banyak hal yang dapat dia ambil seperti membantu orang melahirkan. Bukan hanya anak yang dikhawatirkan tapi juga ibunya. Perjuangan saat melahirkan bagai hidup dan mati.
"Okey." ucap bertiga kompak. Mereka menikmati kebersamaan, sambil makan dan bercerita. Tidak lupa diselingi dengan canda tawa.
"Foto-foto dulu." celetuk Hera baru mengingat. Yang lainnya setuju! Mereka berfoto dengan berbagai macam gaya.
"Mantap." ujar Rika lagi. Usai dengan acara kumpul bersama, mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Waktunya untuk beraktivitas kembali.
"Terima kasih semua." ucap Rika sebelum pulang duluan, begitu juga Rudi, dan Hasyim yang menyusul pulang semua.
"Terima kasih juga!" ujar Hera melihat kepulangan sahabatnya. Sebelum pulang tidak lupa mereka membersihkan teras rumah Hera meski tidak sebersih jika sang pemilik rumah yang membersihkan.
***
Terima kasih sudah mampir dikarya sederhana ini ♥︎ jangan lupa like, komen, subscribe, beri penilaian bintang 5 nya, dan hadiahnya ★☆
cocok