Perjalanan hidup keluarga Pak Diharjo yang sehari harinya sebagai penyadap karet.
Keluarga pak diharjo adalah keluarga sederhana bahkan terkesan sangat sederhana, namun begitu cukup bahagia sebab anak anaknya rukun dan saling sayang.
Pak diharjo memiliki enam orang anak, satu laki laki lima perempuan.
Bu kinasih adalah istri Pak diharjo memiliki watak yang sabar dan penyayang walau pun sedikit cerewet.
Sabar terhadap suami, penyayang terhadap suami dan anak anaknya namun cerewet hanya kepada anak anaknya saja.
Adira adalah anak sulung Pak Diharjo dan Bu Kinasih memiliki watak yang keras pemberani tegas galak namun penyayang juga.
Dimas anak kedua Pak harjo dan Bu asih juga wataknya juga keras kepala pemberani namun sedikit kalem tidak ugal ugalan seperti anak anak remaja seusianya.
Dimas adik yang cukup perhatian pada kakaknya, suka dukanya sejak kecil slalu ia lalui berdua dengan sang kakak.
Namun kebahagiaan keluarga itu berubah sejak dimas memutuskan untuk menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syahn@87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimas Mulai Berubah
Kemudian ia pun melangkah menuju angkot ditemani sang ibu, dan ia menyalami sang ayah yang sudah menunggunya dihalaman.
Setelahnya ia pun masuk kedalam angkot dan langsung pergi meninggalkan halaman rumah orang tuanya dengan hati yang berjuta rasa, bahkan susah untuk digambarkan.
Adira memperhatikan wajah rian dari samping, rian yang sibuk dengan ponselnya tak sadar sedang diperhatikan oleh istrinya.
*"Setelah ini aku tak akan pernah melihat kamu lagi apa lagi bertemu, maafkan aku jika aku lemah dan tak bisa mempertahankan rumah tangga ini, aku tak sekuat itu.
Aku punya hati, punya rasa dan perasaan.
Bukan diriku yang sudah tak sanggup lagi menerima luka, tapi aku yang sudah lelah membuang buang waktu ku hanya untuk menjadi baby sister manusia yang tak tau bersyukur sepertimu." Bisik adira dalam hati.
Detik selanjutnya adira memalingkan wajahnya menghadap keluar jendela, ia sedang berusaha menetralkan perasaan nya yang campur aduk bergejolak di dalam sana.
Ada rasa bahagia akan lepas dari parasit yang sudah cukup lama merongrong jiwanya.
Ada rasa sedih yang juga menari nari didalam hatinya, sedih dia akan menjadi janda.
Tapi semua rasa itu hanya bisa ia nikmati sendiri saja.
Sedang rian ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Rian merasa lebih tenang karna adira akan bekerja diluar negri, rian mulai membayangkan hidupnya akan lebih indah dan terjamin, dengan tenaga adira ia tak perlu susah susah lagi sibuk mencari kerja.
Ia juga tak perlu pusing lagi jika ia tak kerja tapi ingin shoping seperti biasanya.
Sebab sejak ia menikah dengan adira berapa pun uang yang adira dapatkan slalu di berikan padanya berapa pun ia minta, bahkan pakaiannya pun banyak yang ia beli pakai uang adira, sedangkan adira sendiri baru sepotong baju yang dibeli pakai uang rian saat beberapa hari sebelum adira memutuskan untuk pergi kerja keluar negri.
Terbalik bukan?????
Rian menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memejamkan mata, ia sedang meresapi keindahan dan kenyamanan hidup yang akan ia nikmati sebentar lagi, begitulah fikirnya.
"
"
"
Di sisi lain.........
Rumah tangga dimas semakin memanas, keadaan dimas semakin memburuk, sifatnya juga sudah berubah 190derajat.
Dimas sering menyalahkan istrinya, salah tak salah marlina dimata dimas slalu salah, bahkan dimas juga tak sungkan lagi memukul atau menghajar marlina.
Namun begitu marlina slalu menutupi nya dari orangtua nya, sebab sedari awal marlina memang sudah cinta mati pada dimas.
Linaaa!!!!
Linaaa!!!!!!!! Antar air minum kesini b*doh!!!!!!, teriak dimas yang kesal sebab panggilan nya lama tak di jawab.
Iya sebentar!!!!, sahut lina sambil berlari mendaki bukit dengan susah payah.
Karna posisi dimas di atas bukit, sedang istrinya ada dibukit sebelah, dan untuk mengantar apa yang dimas minta ia harus menyebrang turun dan naik bukit satunya tempat dimas berada.
Dengan nafas ngos ngosan lina memberikan sebotol air minum pada sang suami.
Namun dibalas oleh dimas dengan makian yang cukup keji.
Lama amat sich kamu timbang disuruh antar minum saja dasar t*l*l!!!! Kau kira aku ga kehausan dari tadi disini hahk!!!!, hardik dimas sambil menoyor kepala istrinya hingga membuat marlina hampir terjengkang.
Maaf mas aku sudah berusaha cepat jalannya, tapi karna nanjak itu jadi susah aku larinya., jawab marlina lirih.
Hallah alasan saja kamu! Bilang saja kau malas!!!, hardik dimas lagi setelah menenggak air minumnya.
Entah kenapa dengan perasaannya, ia merasa perasaan nya itu tidak jelas, kadang ia jatuh cinta melihat istrinya bahkan sampai tergila gila, tapi ada hari atau waktu ia akan sangat muak melihat istrinya bahkan sampai seperti jijik.
Dan itu membuat hidup dimas tidak tenang, bahkan ia tak tau harus menentukan sikap.
Tunggu apa lagi!! Cepat kau siapkan kerjaan mu di sana aku sudah lelah mau pulang mau istirahat!!!!, bentak dimas.
Bahkan ia kali ini tak terpengaruh oleh airmata istrinya.
Ga usah menangis segala aku muak melihat airmata mu itu dasar tukang ekting!!!!!, sadis dimas mengatai istrinya.
Dengan tangisan tertahan marlina melangkah menuju bagian yang harus ia kerjakan, ia sekuat hati menahan untuk tidak menjawab ucapan sang suami, sebab jika ia menjawab nya maka keadaan nya akan lebih parah lagi.
Tengah hari telah tiba, pekerjaan keduanya pun selesai, seperti biasa dimas dan marlina akan segera pulang.
Marlina berjalan didepan sedang dimas mengikuti nya di belakang, dimas melangkah sedikit lebih santai sehingga menciptakan jarak antara sepasang suami istri itu.
Dimas tertinggal sedikit jauh dari istrinya.
Tiba tiba saja ia melihat marlina berpapasan dengan sang mantan yang tak sengaja bertemu di tengah jalan dan anto (mantan suami marlina) menyapa marlina dengan sangat ramahnya, bahkan dimas melihat marlina juga membalas senyum dan menjawab sapa'an sang mantan dengan tak kalah ramahnya.
Muka dimas merah padam melihat itu, ia merasa tak dihargai oleh istrinya, dengan kedua tangan terkepal kuat ia terus memperhatikan tingkah keduanya, sampai anto pergi melanjutkan langkahnya ia tersenyum kepada dimas saat berpapasan dengan dimas dan berusaha menyapa dimas juga.
Setelah anto dilihat sudah menjauh dimas langsung menghampiri istrinya dan tanpa banyak bicara ia langsung menarik rambut marlina sekuat tenaga nya membuat marlina meringis kesakitan.
Sssttttt,,, aduuhhh sakit masss., lirih marlina tak berani berteriak.
Dasar betina sundal tidak tau diri, berani kamu meremehkan aku didepan mata ku kau senyum senyum mesra dengan mantan mu kau anggap apa aku ini hahk!!!!, murka dimas.
Bruk!!!!
Dimas mendorong istrinya sekuat tenaga hingga sang istri tersungkur.
Dug!!
Dug!!
Tanpa segan silu ia menendangi tubuh sang istri yang masih tersungkur di semak semak.
Tak puas rasanya hanya dengan itu dimas meraih sepotong kayu lalu ia pukul kan di tubuh istrinya hingga kayu yang ia pegang itu habis patah ditubuh istrinya.
Mimpi apa aku bisa bisa nya menikah dengan perempuan murahan sepertimu sialan!!!!!, teriak dimas.
Ampun mass ampun, aku ga ngapa ngapain, aku cuma menjawab karna dia menyapa ku., lirih marlina ditengah sakit yang mendera seluruh tubuhnya.
Hanya kau bilang!!! Hanya!!! Terus kau anggap apa aku hahk!!!, dimas semakin murka sambil terus memukuli tubuh istrinya.
Ampun mas ampun hiks hiks aku ngaku salah ampun maasss., mohon lina, ia sudah tak kuat merasakan pukulan itu lagi.
Aku janji mas aku ga akan bertegur sapa dengan dia lagi ampun maasss hiks hiks hiks., marlina terus memohon.
Sedang nafas dimas sudah naik turun berusaha sekuat hati meredan emosi nya, yang entah mengapa setiap ia melihat istrinya saat itu emosi nya semakin meledak ledak rasanya.
Dimas membiarkan marlina tetap terbaring di semak belukar didepan matanya.
Dan dia hanya berdiri sambil terus berusaha meredam amarahnya, walau sudah terlampiaskan namun itu tak cukup membuat dimas merasa puas.
Naasnya tempat itu sangat sepi, jarang sekali dilalui orang apa lagi jika siang, kalo pun ada beberapa yang lewat itu hanya pagi atau sore, kalo siang jarang banget.
Setelah sekitar 20menit dalam posisi masing masing dimas baru bisa membuka suaranya lagi.
Emosi nya sudah sedikit menurun, tapi hanya sedikit saja.
Bangun kau!!, titah dimas.
Marlina yang tak berani membantah pun berusaha untuk bangkit berdiri, sekuat tenaga yang tersisa ia tahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, bahkan ia sudah tak berani menangis lagi, ia hanya bisa menunduk didepan suaminya.
Bersihkan badanmu!!! perbaiki pakaianmu!!!, titah dimas ketus.
Marlina hanya menuruti semua yang suaminya perintahkan.
Dengar baik baik!! sekali lagi aku melihat mu berbicara dengan anto apa pun alasannya aku tidak akan mengampuni mu marlina!!! kalo kau berani melanggar pesanku aku tidak segan segan menghajar mu sampai kamu tidak bisa bangun ingat itu!!!!, pesan dimas dengan nada yang tinggi dan menyentak.
Marlina hanya mengangguk pasrah, ia sadar ini semua salahnya, andai dia tidak memaksa dimas untuk menjadi miliknya ini semua pasti tidak akan terjadi.
Sekarang ayo pulang! jika dirumah ada orang maka bersikap lah biasa saja!, ujar dimas ketus dan memperingati sang istri.
Semangat ya buat othor. oiya Kapan2 mampir2 ya kak ke ceritaku juga. 'Psikiater, Psikopat dan Pengkhianatan' mksh