Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerja yang tertunda
Setelah melaksanakan sholat dengan tubuh yang berjalan terhuyung Insha pun membangunkan Hanafi.
"Mas han.."
menggoyang-goyangkan tubuh Hanafi.
"hmmm"
menjawab sekenanya dengan mata masih terpejam.
"Apa mas han tidak sholat ini sudah subuh.."
Hanafi membuka paksa kelopak matanya tersemat senyum kecil melihat Insha disampingnya.
"Kenapa malah tersenyum"
"Gak papa kok...aku seneng aja In..punya bidadari seperti kamu yang membangunkan ku setiap pagi.."
"Pagi-pagi sudah merayu.."
"Aku serius.."
"hemm..sudah-sudah mas han mandi dulu sana baru sholat.."
"Iya..iya..sebentar, memangnya aku gak boleh memandang kamu dulu bidadariku.."
Pipi Insha pun bersemu merah, ia membuang muka dan memandang ke arah lain.
Hanafi pun bangun dan mendapati Insha masih memakai baju tidurnya.
"Apa kau mau menggodaku lagi dengan memakai baju tidurmu ini.."
di iringi seringai tipis khas Hanafi.
Insha yang tersadar masih mengenakan baju tidur karna ia tadi lupa tak membawa baju saat ke kamar mandi. Dengan cepat ia menarik selimut yang di pakai Hanafi.
Hanafi berusaha menarik selimutnya lagi,
"Apa yang akan kau tutupi lagi dariku, aku tlah mengetahui setiap bagian tubuhmu.."
benar juga apa yang aku sembunyikan lagi dari mas han jika dia tlah mengetahui semuanya..tapi melihat seringainya kenapa aku jadi geli sendiri begini...
"Sudah-sudah mas han mandi dulu..nanti keburu habis waktu subuhnya.."
"Hihihi...iya-iya kamu kenapa takut ya..ganti bajumu in..ataauu.."
Berjalan dan terus terkikik pelan sampai ke dalam kamar mandi.
"Baiklah aku akan ganti baju setelah ini.."
"Hemm dasar lelaki.."
Insha merebahkan dirinya lagi ke tempat tidur dengan rambut yang masih setengah basah.
"Kenapa aku ngantuk sekali..aku tak boleh tidur nanti pagi mas han akan bekerja.."
"Oh ya aku akan mengganti bajuku..tapi malas sekali rasanya hanya sekedar berjalan mengambil pakaian..rasanya tubuhku seperti kehilangan tenaga... apa seperti ini ya rasanya setiap orang yang malam pertama..ahh apapun itu..aku hanya ingin tidur..tidur dan tidur.."
gumamnya pelan.
aku ingin terlelap sebentar saja..nanti aku akan bangun saat mas han selesai mandi..
Insha pun terlelap dalam mimpinya, selang beberapa menit Hanafi sudah keluar dari kamar mandi. Ia hanya memandang Insha sekilas dan tersenyum karna mengetahui Istrinya tengah terlelap, ia segera melaksanakan sholat.
**
astaga dia tak mengganti bajunya..dia benar-benar ingin menggodaku lagi..kau akan tau rasa nanti.
Dan benar saja bukannya menyelimuti tubuh Insha Hanafi malah menciumi leher Insha membuat gadis itu menggeliat di buatnya.
Tapi sama sekali Insha tak terganggu dengan kegiatan Hanafi, ia hanya menggeliat setiap Hanafi menyentuhnya tapi tak punya kekuatan untuk terbangun dan menolaknya.
"Mas han.."
"Hmmmm..."
"Hentikan..ini sudah pagi..bukankah mas han akan bekerja nanti.."
"hmmm"
Hanafi masih sibuk dengan kegiatan barunya, tak ingin untuk beranjak dari tubuh Insha dan akhirnya kejadian tadi malam terulang kembali meski mentari sudah menampakkan diri.
**
"Kemana aden tumben belum bangun..apa kau tak membangunkannya ris..?"
memandang Risna dan tangga menuju lantai atas bergantian.
"Tidak bude kan sudah ada nona Insha..lagi pula aku tak berani mengganggunya..mereka kan pengantin baru.."
"Apa kita siapkan saja sarapannya di atas ya.."
Fatimah sudah menyiapkan nampan di tangannya untuk membawa sarapan Insha dan Hanafi.
"Benar juga..ayo kita siapkan di atas saja.."
"Bude tak usah ikut ke atas biar kami saja..bude makan dulu aja ya nanti kami menyusul.."
Bu Ririn hanya mengangguk faham dan berlalu. Risna dan juga Fatimah sudah menganggapnya sebagai ibunya sendiri mereka faham akan semua yang di rasakan bu Ririn karna usianya yang tak muda lagi.
Risna dan Fatimah sudah hafal mereka pun membawa sarapan tuannya ke lantai atas tepat di meja depan televisi biasa mereka menaruh makanan Hanafi jika sedang tidak ingin sarapan di bawah, atau sedang sibuk dengan pekerjaannya.
**
trrtth....trrtth...
Suara ponsel bergetar beberapa kali membuat Insha menggeliat di bawah selimutnya, ia hanya bisa menggeliat kecil karna ada Hanafi disampingnya yang memeluknya erat.
Seketika Insha terbelalak mendapati sinar mentari yang sudah terasa panas di kulitnya, sinarnya sudah masuk lewat celah-celah kelambu di jendela kaca.
Ia mencari-cari suara ponsel yang membangunkannya tadi, Insha melepas pelukan Hanafi yang masih terlelap dan mengambil ponsel itu.
Insha terkejut melihat jam di ponsel menandakan pukul 10 siang, dan juga ada 16 panggilan terlewat .
"Ya tuhan.."
"Mas han...bangunlahh...ini sudah jam 10...apa mas han tidak bekerja.."
Yang di bangunkan malah semakin menggulung selimut di tubuhnya.
"Mas haaann...."
Hanafi membuka matanya, menggeliat dan menguap sambil memandangi Insha.
"Ada apa In..kenapa kau ribut sekali..aku masih ngantuk.."
"Ini sudah jam 10 mas.."
" Lalu kenapa.."
"Katanya mas han mau bekerja..."
"Ini semua salahmu.."
"Salahku..kenapa salahku.."
"ya..karna kau menggodaku lagi..dan lagi.."
"Aku tak melakukan apa pun mas..kapan aku menggoda mas han.."
"Kau memakai baju seperti itu bagaimana aku tak tergoda.."
"Bukannya mas han yang memilihnya untukku.."
" ya..tapi aku kan sudah menyuruhmu untuk ganti pakaian tadi..kemarilah aku akan menghukummu.."
apa..kenapa jadi aku yang salah...dan pakai di hukum segala..
Seperti anak kecil yang ketakutan Insha perlahan mendekati Hanafi.
Dengan gerakan secepat kilat Hanafi memeluk tubuh Insha lagi yang tentu saja belum memakai pakaiannya.
Mereka tertawa menggelitik satu sama lain di bawah selimut, mereka baru berhenti ketika ada panggilan masuk lagi di ponsel Hanafi.
ttrtth..trrrtth..
"hihihi...sudah mas han ponsel mas bunyi lagi.."
Hanafi beranjak mengambil ponselnya disampingnya dan menjawab telefon yang masuk.
"Batalkan semua rapat hari ini..jadwalkan kembali untuk esok hari..aku tak akan pergi ke kantor hari ini.."
Tanpa mendengarkan balasan dari lawan bicaranya Hanafi memutus sambungan telefonnya dan kembali memeluk Insha.
"Mas han tidak jadi bekerja..?"
"Tidak aku akan menemani bidadari ku.."
Terdengar tawa lagi karna mereka sudah saling menggelitik satu sama lain. Di tengah candaan mereka tiba-tiba Hanafi mendengar suara perut Insha.
"Insha apa itu suara perutmu.."
"Hehe..maaf mas aku lapar.."
"Astaga...maaf ya aku sampai lupa belum mengajakmu sarapan ...sudah jam berapa ini..ini sudah siang..ayo cepat sarapan nanti perutmu sakit.."
Insha nampak letih dan lesu terlihat dari gerak tubuhnya yang nampak lemas tak seperti biasanya, di tambah lagi dalam keadaan lapar. Hanafi yang menyadari keadaan insha yang nampak letih menahan tubuhnya agar tetap terbaring di tempat tidur.
"Maafkan aku Insha kau pasti lelah...tunggu disini aku akan mengambilkan sarapan untukmu.."
"Tidak mas aku masih bisa.."
"Sudahlah..kau bilang mau menurut padaku.."
"Seharusnya aku yang menyiapkan sarapan untuk mas han....."
belum selesai Insha berbicara tapi bibir han sudah membungkam bibirnya.
"Apa kau mau mengulangi lagi ..."
sudah menyeringai kepada Insha.
ahhh...bisa- bisa pingsan aku nanti..aku lapaarr..
"Haha...diamlah disini aku akan mengambilnya.." Insha hanya terdiam dan tak menjawab, seakan kehabisan kata-kata karna sikap Hanafi yang slalu membuatnya terkejut.
Insha menatap Hanafi yang hilang di balik pintu kamarnya, sementara ia terus memegangi bibirnya merasakan kembali sentuhan lembut suaminya.
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.