Saphira Aluna, gadis berusia 18 tahun yang belum lama ini telah menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas.
Luna harus menelan pil pahit, ketika detik-detik kelulusannya Ia mendapat kabar duka. Kedua orang tua Luna mendapat musibah kecelakaan tunggal, keduanya pun di kabarkan tewas di tempat.
Luna begitu terpuruk, terlebih Ia harus mengubur mimpinya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Luna kini menjadi tulang punggung, Ia harus menghidupi adik satu-satunya yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah pertama.
Hidup yang pas-pasan membuat Luna mau tak mau harus memutar otak agar bisa terus mencukupi kebutuhannya, Luna kini tengah bekerja di sebuah Yayasan Pelita Kasih dimana Ia menjadi seorang baby sitter.
Luna kira hidup pahitnya akan segera berakhir, namun masalah demi masalah datang menghampirinya. Hingga pada waktu Ia mendapatkan anak asuh, Luna malah terjebak dalam sebuah kejadian yang membuatnya terpaksa menikah dengan majikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ina Ambarini (Mrs.IA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan Pertama
Dini hari, Khafi terbangun dari tidurnya. Ia mengernyitkan keningnya ketika mendapati selimut yang sebelumnya Ia berikan pada Luna, Khafi mengedarkan matanya mencari keberadaan Luna.
"Kemana Dia?" Khafi beranjak dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju kamar mandi. Khafi menajamkan pendengarannya, namun tak ada suara di dalam sana.
"Di kamar mandi gak ada. Terus Dia kemana?" Khafi penasaran, Ia bermaksud keluar dari kamar dan mencari keberadaan Luna.
Langkah kaki Khafi kini menuju kamar Luna, perlahan Khafi membuka pintu kamar itu.
Khafi menyelidik, terdapat Nuka yang tengah tertidur pulas.
"Disini juga gak ada." Khafi kembali menutup pintu kamar dengan perlahan.
Sejenak, Khafi terdiam. Ia mulai teringat, Khafi kini berjalan menuju tempat yang sangat mungkin untuk Luna datangi.
Khafi berhenti di sebuah pintu kamar, yang tak lain adalah kamar putri bungsunya, Rena.
Khafi kembali membuka pintu kamar dengan hati-hati, Ia tak mau jika Rena terbangun karenanya.
Benar saja, Khafi mendapati Luna yang tengah tertidur beralaskan kasur lantai.
"Kenapa Dia pindah ke kamar Rena?" Khafi tak berniat masuk ke dalam kamar, Ia memilih menutup pintu dan kembali ke kamarnya.
Saat ingin kembali ke kamarnya, tak sengaja Khafi melihat ibunya pergi ke arah dapur. Khafi tak ingin Ibunya beranggapan bahwa Ia tak memperlakukan Luna dengan baik, maka dari itu Khafi langsung berputar dan kembali menuju kamar Rena untuk membangunkan Luna.
Khafi berjalan cepat, Ia segera masuk dengan hati-hati.
Setelah di dalam kamar, Khafi berjalan ke arah Luna.
Ia kini berjongkok, hendak membangunkan istrinya.
"Luna. Luna. Bangun!" Pinta Khafi sembari menepuk pelan lengan Luna.
Luna masih terjaga, Ia tak menyadari kedatangan suaminya.
Khafi kembali berusaha membangunkan Luna, kali ini Ia sedikit menekan lengan Luna.
"Lun. Luna!" Panggil Khafi.
Luna sedikit membuka matanya, Ia merasakan sesuatu yang masih menempel di lengannya. Keadaan lampu kamar yang di matikan membuat Luna tak langsung dapat melihat Khafi di dekatnya, Luna sontak berbalik dan menarik tangan Khafi yang masih menempel di lengannya. Dan...
set!
"Aw!" Khafi yang tak menyangka bahwa Luna akan menarik tangannya, sontak tak dapat menahan tubuhnya yang limbung dan langsung menimpa tubuh Luna.
Khafi dan Luna terdiam sejenak, keduanya sama-sama terkejut.
Samar-samar, Luna menatap ke arah wajah Khafi yang kini berada tepat di depannya.
"Pak Khafi!" Seru Luna.
Khafi segera bangkit, dan berdiri menjauh dari Luna. Luna sontak merasa tak enak atas sikapnya, namun Ia merasa ini bukan sepenuhnya salahnya.
"Bapak ngapain disini?" tanya Luna.
"Harusnya Saya yang tanya. Kenapa Kamu pindah kesini?" tanya Khafi yang menahan suaranya agar tak membangunkan Rena.
Luna berdiri, dan berjalan mendekati Khafi.
"Aku gak bisa tidur, jadi Aku kesini aja. Eh tahunya disini malah ketiduran sampe pules," jawab Luna.
Khafi menghela nafasnya, lalu Ia refleks memegang lengan Luna dan mengajaknya keluar dari kamar Rena.
"Eh, Pak. Mau kemana?" tanya Luna.
Di ambang pintu, Khafi menghentikan langkahnya.
"Pindah ke kamar Saya!" Pinta Khafi.
Luna terdiam, Ia heran mengapa Khafi tiba-tiba memintanya untuk kembali satu kamar dengannya.
"Kenapa? Bukannya Bapak lebih nyaman kalau gak ada Aku di kamar?" Tanya Luna.
"Jangan banyak tanya!" Seru Khafi yang kembali melanjutkan langkahnya.
Luna mencoba untuk mengimbangi langkah kaki suaminya, Luna berjalan dengan tergesa.
Dan ketika hampir melewati dapur, keduanya berpapasan dengan Bu Windi.
"Loh, Kalian."