Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5.
Dahlia pun mengajari Mawar ni bagaimana cara membuat bulu mata palsu itu. Setiap bisa membuat satu pasang bulu mata palsu para buruh itu mendapatkan satu ribu rupiah . Bagi yang sudah terampil hanya butuh waktu lima hingga sepuluh menit untuk menyelesaikan satu pasang bulu mata. Mereka kerja dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Terkadang mereka pun juga lembur . Dahlia yang sudah terampil dan sering lembur bisa mendapatkan upah seratus ribu sehari. Upah yang sangat cukup tinggi buat masyarakat desa itu.
“Li susah banget..” bisik Mawar ni yang hingga satu jam belum bisa menyelesaikan satu pasang bulu mata.
“Sabar Ni, nanti lama lama juga akan bisa kamu.” Ucap Dahlia sambil terus tangannya membuat bulu mata palsu.
Sesaat di ruang itu terdengar suara langkah kaki bersepatu.
“Pak Mandor itu Ni.” Ucap lirih Dahlia.
Mawar Ni pun menoleh ke arah sumber suara. Tampak seorang laki laki kira kira berusia empat puluh tahun dengan memakai kemeja rapi, rambutnya pun cepak dan tampak rapi sangat beda dengan pak mandor sawah yang hanya memakai kaos. Wajah Pak Mandor pabrik pun tampak segar dan tampan Meskipun usianya tidak muda lagi.
Sesaat jantung Mawar Ni berdetak lebih kencang karena sosok yang sedang dia amati itu menatap dirinya sambil tersenyum manis dan terus berjalan menuju ke tempat duduk dirinya. Mawar ni pun cepat cepat menunduk dan kembali fokus pada pekerjaannya. Tetapi Tangan Mawar ni yang gemetaran semakin tidak bisa mengerjakan pekerjaan nya.
“Li dia ke sini. Takut aku, aku belum bisa buat, aku bisa gagal ya Li.” Bisik Mawar Ni sambil tangan masih gemetaran karena dia sangat takut sebab belum bisa membuat bulu mata palsu dan juga karena gemetaran akibat senyuman Pak Mandor.
“Tenang saja Ni , dia baik kok, bahkan sangat baik kalau kita mau melayani dia.” Ucap Dahlia sambil tersenyum akan tetapi jari jarinya tetap sibuk membuat bulu mata palsu.
Suara langkah sepatu Pak Mandor pun semakin mendekat. Dan sesaat kemudian .
“Ini ya saudara kamu Dahlia?” suara seorang laki laki yang berdiri di belakang Mawar Ni dan Dahlia
“Iya Pak, ini Mawar ni.” Ucap Dahlia. Dan Mawar ni pun menoleh sambil mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tangan Pak Mandor, sebab tangan Pak Mandor sudah terulur lebih dahulu.
“Hmm gadis yang manis tanpa polesan di wajahnya saja sudah terlihat menarik...” gumam Pak Mandor di dalam hati sambil terus memegang tangan Mawar ni yang berkeringat dingin.
“Maaf Pak hasil pekerjaan saya belum rapi.” Ucap Mawar ni sambil terburu buru menarik tangannya.
“Kan baru pertama kali kamu melakukannya, coba saja terus nanti lama lama kamu akan terampil seperti Dahlia hmmmm..” ucap Pak Mandor dengan lembut dan bibir tersenyum manis.
“Baik Pak..” ucap Mawar Ni
“Okey okey terus belajar dari Dahlia. Aku lihat peserta training lainnya...” ucap Pak Mandor sambil menepuk pelan pundak Mawar ni, lalu menepuk pundak Dahlia dan mengedipkan satu matanya pada Dahlia yang menoleh ke arah Pak Mandor.
“Kok beda sekali dengan Pak Mandor sawah.” Gumam Mawar Ni di dalam hati tangannya masih berkeringat dingin dan jantungnya masih berdebar debar.
Pak Mandor pun melangkah ke tempat para peserta training lainnya. Dan perlakuan yang sama juga dilakukan pada perempuan perempuan buruh di ruang itu, tangan dengan ringan menjamah tubuh tubuh buruh buruh itu, senyuman manis , terkadang kerlingan dan kedipan mata pada buruh yang menawan hatinya. Setelah selesai mengawasi di ruang itu Pak Mandor pun melangkah keluar untuk menuju ke ruang produksi lainnya.
Waktu pun terus berlalu dan sore hari pun. Jam kerja pabrik itu pun telah usai. Hingga satu hari kerja Mawar Ni cuma dapat membuat lima pasang bulu mata yang sesuai kriteria kualitas.
“Li aku cuma bisa membuat lima berarti hari ini cuma dapat lima ribu ya?” tanya Mawar ni dengan nada dan ekspresi wajah sedih.
“Kamu kan baru pertama Ni, coba lagi besok. Aku waktu pertama juga lama buat satu pasang. Tapi tidak selama kamu he.. he...” ucap Dahlia sambil merapikan make up nya.
“Iya Li, mungkin karena aku terbiasa kerja kasar di sawah tidak biasa memegang barang barang yang lembut lembut begini. Tapi aku akan terus mencoba..” Ucap Mawar ni lalu dia pun pamit pada Dahlia untuk segera pulang sebab dia berpikir pasti Sang Nenek sudah menunggu kedatangannya.
Saat sampai di tempat parkir Mawar Ni bertemu dengan Jumilah lagi, karena sepeda mereka diparkir di tempat yang berdekatan. Jumilah pun juga tergesa gesa pulang karena ingin cepat cepat ketemu dengan anak anaknya.
“Mbak kamu bisa membuat berapa pasang? Aku Cuma bisa buat lima pasang hari ini Cuma dapat lima ribu aku.” Ucap Mawar Ni dengan nada sedih.
“Aku bisa buat sepuluh pasang Ni, namanya juga baru pemula. Sabar Ni, dan semangat tadi yang mengajari aku katanya dulu waktu pertama buat juga Cuma bisa buat tujuh pasang.”
“Iya ya mbak moga moga besok bisa dapat banyak.” Ucap Mawar ni sambil menuntun sepeda nya ke luar dari tempat parkir dan terus dituntun hingga keluar pintu gerbang pabrik. Suasana pabrik sangat ramai sekali para buruh yang keluar dari pabrik ada yang berjalan kaki ada yang naik sepeda ada yang naik motor.
Mawar ni mengayuh sepedanya berdampingan dengan Jumilah, di belakang mereka buruh buruh laki laki yang juga naik sepeda terus saja mengikut mereka sambil terus menggoda Mawar ni dan Jumilah .
“Hmmm seperti ini mungkin yang dikhawatirkan oleh Nenek.” Gumam Mawar Ni di dalam hati sambil terus mengayuh sepeda nya.
Sesaat kemudian Mawar Ni tampak kaget sebab sepeda motor milik Dahlia sudah mendahului mereka yang membuat Mawar Ni kaget karena Dahlia membonceng dengan mesra laki laki yang juga sudah dikenal oleh Mawar ni.
“Dahlia kok sama Mas Jodie mesra begitu ya..” gumam Mawar Ni di dalam hati. Jodie adalah tetangga mereka yang juga bekerja di pabrik bulu mata palsu itu sebagai sopir. Dahlia dulu masuk juga karena informasi dari Jodie. Yang membuat Mawar Ni terheran heran karena Jodie sudah punya isteri.
Sesaat hand phone di dalam tas cangklong Mawar Ni terdengar bunyi banyak notifikasi masuk dan juga nada dering. Mawar ni yang teringat akan sang Nenek pun segera menepikan sepedanya.
“Mbak hand phone ku berbunyi, aku berhenti lihat dulu, khawatir Nenek ada apa apa.” Teriak Mawar ni sambil menoleh ke arah Jumilah.
“Iya Ni, aku duluan ya.. anak anakku sudah menunggu nanti kabar kabar ya...” teriak Jumilah sambil terus mengayuh sepeda nya.