NovelToon NovelToon
Jejak Dalam Semalam

Jejak Dalam Semalam

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Achaa19

Malam itu langit dihiasi bintang-bintang yang gemerlap, seolah ikut merayakan pertemuan kami. Aku, yang biasanya memilih tenggelam dalam kesendirian, tak menyangka akan bertemu seseorang yang mampu membuat waktu seolah berhenti.

Di sudut sebuah kafe kecil di pinggir kota, tatapanku bertemu dengan matanya. Ia duduk di meja dekat jendela, menatap keluar seakan sedang menunggu sesuatu—atau mungkin seseorang. Rambutnya terurai, angin malam sesekali mengacaknya lembut. Ada sesuatu dalam dirinya yang memancarkan kehangatan, seperti nyala lilin dalam kegelapan.

"Apakah kursi ini kosong?" tanyanya tiba-tiba, suaranya selembut bayu malam. Aku hanya mengangguk, terlalu terpaku pada kehadirannya. Kami mulai berbicara, pertama-tama tentang hal-hal sederhana—cuaca, kopi, dan lagu yang sedang dimainkan di kafe itu. Namun, percakapan kami segera merambat ke hal-hal yang lebih dalam, seolah kami sudah saling mengenal sejak lama.

Waktu berjalan begitu cepat. Tawa, cerita, dan keheningan yang nyaman

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cahaya baru di ujung jalan

Bab 19: Cahaya Baru di Ujung Jalan

Setahun berlalu sejak Arya mengambil peran dalam proyek internasionalnya, dan Reina mengelola komunitas mereka dengan penuh dedikasi. Selama itu, mereka berdua tak hanya belajar bertahan dalam cinta jarak jauh, tetapi juga menemukan cara untuk terus terhubung meskipun dipisahkan oleh waktu dan ruang. Namun, tahun itu segera berakhir, dan Arya akhirnya kembali ke rumah, membawa ide-ide baru untuk perjalanan mereka selanjutnya.

---

Hari itu, Reina sibuk mengatur persiapan untuk menyambut Arya. Rumah kecil mereka telah direnovasi sedikit, kini ada ruang tambahan untuk menyimpan buku, alat tulis, dan perlengkapan komunitas mereka. Ketika Arya masuk ke dalam rumah dengan kopernya, Reina tersenyum lebar, menyambutnya dengan pelukan hangat.

“Aku kembali, Reina. Untuk selamanya,” kata Arya dengan nada penuh kepastian.

Reina tertawa kecil sambil menahan air mata bahagia. “Aku tahu kau akan kembali. Tapi selamanya? Itu janji besar, Arya.”

“Dan aku tidak akan mematahkannya,” jawab Arya.

---

Dengan Arya di sisinya, Reina merasa energinya terisi kembali. Mereka langsung memulai perencanaan pusat pelatihan yang pernah mereka bicarakan sebelumnya. Berkat pengalaman Arya di luar negeri, mereka menemukan cara untuk mengintegrasikan teknologi modern dengan pendekatan lokal, menciptakan sebuah konsep inovatif yang menarik perhatian banyak pihak.

“Ini bukan hanya tentang mengajarkan keterampilan,” kata Arya dalam salah satu diskusi mereka. “Kita ingin menciptakan ruang di mana setiap orang merasa diberdayakan, diterima, dan dihargai.”

Reina mengangguk. “Dan kita akan memastikan itu terwujud. Dari sini, dari rumah kecil ini, mimpi besar akan lahir.”

---

Namun, seperti biasa, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar adalah mendapatkan lahan yang cocok untuk membangun pusat pelatihan mereka. Meski ada beberapa pilihan, biaya yang tinggi menjadi hambatan utama.

“Kita selalu menemukan cara, Arya. Jangan khawatir,” ujar Reina dengan keyakinan.

Arya tersenyum dan menggenggam tangan Reina. “Aku tahu, Reina. Denganmu, tidak ada yang mustahil.”

Mereka mulai mendekati para mitra yang pernah bekerja sama dengan mereka sebelumnya, mengajukan proposal dan mencari dukungan. Perlahan tapi pasti, mereka berhasil mengumpulkan dana dan akhirnya mendapatkan lahan kecil di pinggiran kota, cukup luas untuk membangun pusat pelatihan impian mereka.

---

Beberapa bulan kemudian, pusat pelatihan itu berdiri dengan megah. Bangunan sederhana namun modern itu dilengkapi dengan ruang kelas, area kreatif, dan taman kecil untuk bersantai. Mereka menamai tempat itu “Rumah Cahaya”—sebuah simbol dari harapan dan inspirasi.

Hari peresmian dihadiri oleh banyak orang, termasuk peserta pelatihan pertama mereka, komunitas lokal, dan mitra yang mendukung perjalanan mereka.

“Rumah ini adalah bukti bahwa mimpi bisa terwujud jika kita bekerja bersama dan percaya pada diri sendiri,” kata Reina dalam pidato peresmiannya.

Arya menambahkan, “Dan ini baru awal dari perjalanan kita. Rumah Cahaya adalah tempat di mana cerita-cerita baru akan lahir, membawa perubahan bagi banyak orang.”

---

Malam itu, setelah acara selesai, Arya dan Reina duduk di teras pusat pelatihan mereka, memandang langit malam yang penuh bintang.

“Kita sudah sejauh ini, Arya,” ujar Reina dengan nada lembut. “Kadang aku merasa ini semua seperti mimpi.”

“Tapi ini nyata, Reina. Semua ini karena cinta, kerja keras, dan keyakinan kita pada satu sama lain,” balas Arya sambil meraih tangan Reina.

Mereka saling tersenyum, merasakan kedamaian yang hanya bisa ditemukan dalam kehadiran satu sama lain. Meskipun perjalanan mereka penuh tantangan, Arya dan Reina tahu bahwa cinta mereka akan selalu menjadi fondasi yang kokoh untuk setiap langkah yang mereka ambil.

Setelah hari peresmian Rumah Cahaya, Arya dan Reina merasakan energi baru. Tempat itu kini menjadi pusat perhatian masyarakat lokal, menghubungkan berbagai komunitas dengan visi yang sama: memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk belajar, berkembang, dan berbagi. Namun, dalam setiap kemajuan besar, selalu ada tantangan yang menunggu di tikungan.

---

Suatu pagi, Reina menerima pesan dari seseorang yang tidak disangka-sangka: Bima, seorang teman lama yang pernah bekerja sama dengannya di awal kariernya sebagai aktivis sosial. Pesan itu berbunyi,

"Reina, aku mendengar tentang Rumah Cahaya. Aku sangat terinspirasi oleh apa yang kamu dan Arya lakukan. Jika memungkinkan, aku ingin berkontribusi untuk proyek kalian."

Reina menunjukkan pesan itu kepada Arya. “Aku tidak menyangka dia masih ingat kita, apalagi setelah bertahun-tahun.”

Arya mengangguk. “Bima punya pengalaman luas di bidang manajemen sosial. Jika dia benar-benar ingin membantu, ini bisa menjadi peluang besar.”

Mereka pun memutuskan untuk bertemu dengan Bima, yang datang membawa segudang ide. Salah satunya adalah menjadikan Rumah Cahaya sebagai pusat pelatihan berbasis teknologi hijau, mengintegrasikan konsep keberlanjutan dengan kebutuhan masyarakat modern.

---

Namun, tidak semua ide Bima berjalan mulus di awal. Arya, yang selama ini memegang kendali teknis, merasa beberapa konsep terlalu ambisius untuk diterapkan dalam waktu dekat.

“Bima, aku mengerti visi besarmu. Tapi kita harus realistis. Kita belum punya cukup sumber daya untuk itu,” ujar Arya dalam salah satu rapat mereka.

Bima menanggapi dengan tenang. “Arya, kalau kita tidak memulai sekarang, kapan lagi? Kadang langkah besar membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko.”

Reina yang mendengarkan debat itu mencoba menjadi penengah. “Aku paham kekhawatiran kalian. Tapi bukankah kita selalu menemukan jalan, meskipun sulit? Mungkin kita bisa mencoba pendekatan bertahap, mengintegrasikan ide Bima secara perlahan.”

Akhirnya, mereka sepakat untuk memulai dengan proyek percontohan kecil, yang melibatkan instalasi panel surya di Rumah Cahaya. Hasilnya sangat positif, memberikan mereka kepercayaan diri untuk melangkah lebih jauh.

---

Di sela-sela kesibukan mereka, Arya dan Reina tidak pernah lupa untuk berinteraksi langsung dengan komunitas. Salah satu momen yang paling mereka nikmati adalah ketika mengadakan kelas seni untuk anak-anak di Rumah Cahaya.

“Seni adalah cara kita mengajarkan keindahan kepada dunia,” ujar Reina kepada sekelompok anak yang sedang melukis. “Tidak ada yang salah atau benar dalam seni. Yang penting, apa yang kamu buat berasal dari hatimu.”

Arya, yang membantu anak-anak merakit model miniatur rumah ramah lingkungan, menambahkan, “Dan dengan seni, kita juga bisa membayangkan masa depan. Masa depan di mana kita semua hidup berdampingan dengan alam.”

Melihat antusiasme anak-anak itu, Arya dan Reina merasa bahwa usaha mereka tidak sia-sia. Rumah Cahaya benar-benar menjadi tempat di mana mimpi-mimpi baru dilahirkan.

---

Beberapa bulan kemudian, Rumah Cahaya menerima undangan untuk mengikuti sebuah kompetisi proyek sosial tingkat nasional. Kompetisi itu menawarkan penghargaan dan dana tambahan untuk pengembangan pusat pelatihan.

Arya dan Reina tidak terlalu berharap banyak, tetapi mereka tetap mempersiapkan presentasi dengan sepenuh hati. Ketika hari pengumuman tiba, mereka tidak bisa menahan kebahagiaan saat nama mereka disebut sebagai pemenang utama.

“Ini bukan hanya kemenangan kita, Arya,” ujar Reina sambil memegang trofi di tangannya. “Ini adalah kemenangan untuk semua orang yang percaya pada mimpi kita.”

Arya tersenyum sambil menatap Reina. “Dan ini baru permulaan. Kita masih punya banyak hal untuk dilakukan.”

---

Malam itu, setelah perayaan sederhana bersama tim mereka, Arya dan Reina kembali duduk di teras rumah. Mereka saling berbagi cerita, tertawa, dan mengenang perjalanan panjang yang telah membawa mereka ke titik ini.

“Arya,” ujar Reina sambil menatap bintang-bintang, “aku tidak pernah membayangkan bahwa kita akan sejauh ini. Tapi aku tahu, selama kita bersama, kita bisa melalui apa pun.”

Arya menggenggam tangan Reina dan berkata, “Reina, kau adalah alasan aku terus bermimpi. Setiap langkah yang kita ambil, aku tahu aku tidak akan pernah melakukannya sendiri. Kau adalah rumahku, selalu.”

Di bawah langit malam yang tenang, mereka tahu bahwa Rumah Cahaya bukan hanya tempat bagi orang lain untuk menemukan harapan, tetapi juga bagi mereka untuk terus membangun cinta yang abadi.

1
Guchuko
Aku ngerasa terhibur dan tidak sendirian setiap membaca cerita ini.
Oscar François de Jarjayes
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!