"Menikah lah dengan saya Jeslyn! Ini perintah bukan penawaran!"
"A-pa!?"
Menikah dengan boss sendiri!? Jeslyn tak pernah berpikir bahwa Louis akan melamar nya secara tiba-tiba, padahal lelaki itu jelas tidak mecintai nya! Apa yang sebenar nya lelaki itu inginkan hingga memaksa Jeslyn untuk tidak menolak titahan tersebut? Apakah sebuah keterpaksaan dari seseorang? Balas dendam? Atau alasan lain nya? Cukup Tuhan dan Louis yang tau!
Jeslyn yang memang tidak memiliki power apapun pun terpaksa mengiyakan keinginan dari Louis tanpa tau alasan pria itu ingin menikahi nya.
Lalu, bagaimana kehidupan Jeslyn kelak? Akan kah ia mampu untuk meluluhkan hati Louis? Sedangkan lelaki itu memiliki sifat kaku, dingin tak tersentuh, dan temperamental!? Belum lagi, Louis yang masih terbayang-bayang oleh masa lalu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bertepuk12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
BRUKKK....
BRAKKK....
"Selamat bersenang-senang!"
Suara Afnan yang cukup melengking itu cukup membuat Jeslyn terkejut, apalagi ditambah dorongan kasar pada pundak nya, hingga ia menubruk tubuh kekar milik Louis, mereka sempat berguling beberapa kali, lalu Jeslyn tanpa sengaja menindih dan berada diatas tubuh Louis.
Pintu pun ditutup kasar, terdengar pula jika pintu tersebut akan dikunci dari luar, membuat atensi Jeslyn teralihkan, ia pun berniat untuk bangun lalu mendobrak pintu itu agar Afnan tidak jadi mengunci pintu.
Namun naas, suara bariton Louis membuat Jeslyn terpaksa diam kaku bagai manekin, "Jika kau bergerak, kalung ku akan putus!" Seru nya kasar, yang mana tanpa ia sadari spontan mengenggam pinggang Jeslyn agar tak bergerak.
Mengerjapkan mata, Jeslyn menurut seolah-olah tengah dihipnotis, lalu ia menatap wajah tampan Louis takut, tetapi tak lama dari itu wajah nya memerah bagai kepiting rebus.
Sadar bahwa posisi mereka ini sedikit ambigu.
"Tua-"
"Diam!" Louis berseru kasar, mencoba melepaskan rambut Jeslyn yang masih menyangkut pada kalung berbentuk malaikat pada dada nya.
Jeslyn mengigit bibir, merasa tak nyaman akan posisi mereka yang memang terkesan cukup intim, lalu ia mengernyit, entah mengapa ada sesuatu yang cukup keras yang ia tindih.
Cukup merasa risih, Jeslyn dengan kesadaran penuh sedikit menekan sesuatu yang keras itu lalu ia gesek perlahan, demi tuhan ia benar-benar binggung, benda keras itu apakah paha Louis? Atau tumit?
"FUCK!"
Terjengit, Jeslyn reflek ingin bangun dari atas tubuh Louis, mengabaikan kalung lelaki itu yang masih menyangkut pada rambut nya, namun nihil, tak bisa sama sekali, karena satu tangan Louis masih menggenggam pinggang nya kuat.
"SIAL!" Umpat Louis dengan mata terpenjam kesal, lalu ia menarik kepala Jeslyn agar menunduk, agar mempermudah ia dalam melepaskan kalung nya yang terlilit rambut wanita itu.
Tak ada perlawanan sedikit pun, Jeslyn menurut saja bagai anak anjing, lalu ia meluruhkan pandangan nya, dan spontan.
"AAAAAAA TUAN! APA ITU!?" Teriak Jeslyn dengan keras bagai tengah melihat penampakan setan.
Spontan Louis menutup mata, tatkala gendang telinga nya bergetar mendengar teriakan Jeslyn yang cukup memekik telinga, lalu ia mengikuti pandangan wanita itu dan spontan membelak terkejut.
KEMANA HANDUK YANG MELILIT PINGGANG NYA!?
Bahkan Louis sempat melongo kecil, kejiwaan nya benar-benar terguncang hebat saat netra nya menatap si kecil yang bergelantungan diantara selangkangan nya.
"TUTUP MATA MU JESLYN!" Titah Louis dengan frustrasi, lalu ia memutar tubuh mereka hingga Louis berada diatas, tanpa berpikir panjang, ia menarik kalung nya kasar.
Jeslyn pun tanpa perlawanan hanya menurut, wajah nya sudah memerah padam karena melihat sesuatu yang seharusnya tak ia lihat, namun saat menyelami pikiran cabul nya, Louis malah melakukan aksi yang membuat ia spontan berteriak.
"AKHHH TUAN, RAMBUT KU!" Teriak Jeslyn dengan kencang, merasa ngilu bukan main saat rambut nya ditarik paksa hingga beberapa hentaian surai terjatuh.
Selepas kalung nya benar-benar terlepas dari rambut Jeslyn, Louis segera berdiri sembari memutar pandangan nya, untuk mencari handuk putih yang entah bagaimana bisa lepas dari pinggang hingga si kecil terlihat oleh Jeslyn.
Selepas netra itu menangkap handuk yang tergeletak di depan pintu, Louis mengeram, "Tutup mata mu dan jangan mengintip, mengerti!?" Seru nya dengan tegas.
"I-ya." Jeslyn menjawab tergugu kacau, ia menelangkup wajah nya menggunakan telapak tangan.
Demi nyawa nya sediri, Jeslyn masih tak expect jika akan melihat sesuatu yang terlarang milik tuan nya! Dan entah mengapa bentuk itu malah terbayang-bayang dalam benak nya, besar berurat, dan hehehe panjang.
Sial.
Beberapa menit telah berlalu, membuat Jeslyn mengintip dengan membuat celah diantara kedua jari nya, "Tuan apa sudah?"
Louis menoleh, ia tengah memakai piyama nya, tinggal beberapa kancing saja, "Kau bisa membuka mata mu." Ia memberi titah.
Sedangkan Jeslyn pun menurut, ia segera menurunkan tangan, lalu reflek mengucek mata perlahan, hingga pandangan nya jatuh pada tubuh kekar Louis yang berusaha untuk membuka pintu kamar.
"Lupakan apa yang kau lihat tadi!" Louis berseru secara tiba-tiba tanpa memandang si lawan bicara, lelaki itu masih sibuk membuka pintu, bahkan beberapa kali mendobrak nya.
Jeslyn pun termangu, mengelus leher canggung setelah kejadian absurd mereka yang cukup tidak waras, bukan hanya Louis saja yang jiwa nya terguncang, Jeslyn pun sama, bahkan lebih terkejut.
"Bagaimana jika saya tidak bisa melupakan itu?" Tanya Jeslyn dengan hati-hati, karena nyata nya pun di dalam benak masih teringat bentukan si kecil milik tuan nya yang cukup bagus?
Sial sial sial, Jeslyn sekarang bagai orang sining karena otak nya cabul.
Louis membalikan badan nya kasar, "Dengan senang hati aku akan membunuh mu." Setelah menjawab itu pun ia langsung menidurkan tubuh nya diatas ranjang.
"Baik, sesuai permintaan anda." Cicit Jeslyn bangun dari duduk manis nya, ia segera berjalan menuju pintu dan berusaha untuk membuka benda tersebut, sama seperti apa yang Louis lakukan tadi.
Namun lagi-lagi nihil, tak ada hasil.
"Berisik! Pintu nya tidak akan bisa dibuka!" Ketus Louis dengan helaan nafas kasar, seperti nya lelaki itu sudah pasrah karena memang tak memegang kunci cadangan kamar karena sudah diambil oleh Afnan.
Dan sekarang, Louis pun mau tak mau harus berbagi ruangan dengan Jeslyn, mau bagaimana lagi? Tidak mungkin bukan jika ia melempar Jeslyn dari atas sini? Namun seperti nya itu bukan lah ide buruk.
Jeslyn berdecak tak senang, pantas saja Afnan beberapa menit yang lalu bersikap baik, ternyata untuk menjebak nya seperti ini? Sialan memang, jika tahu mana sudi ia melakukan keinginan wanita itu untuk mengambil headband nya pada Louis.
"Lalu bagaimana dengan saya?" Jeslyn menunjuk diri nya sendiri, tentu saja ia binggung bukan main, sekarang, ia harus melakukan apa? Dan akan tidur dimana ia? Benar-benar merepotkan.
"Urusan ku?" Louis memutar bola mata nya jengah, ia lebih memilih untuk menutup mata nya dari pada mengurusi Jeslyn yang tengah kebingungan bagai anak itik yang kehilangan sang induk.
Sedangkan Jeslyn melototkan mata tak percaya, bahkan nafas nya tercekat hebat, apa-apaan tadi!?
"Tuan, kita ini berbeda gender, sangat tidak baik apabila berada di satu ruangan, mak-"
"Cerewet!" Louis lebih dahulu berseru sebelum Jeslyn menyelesaikan ucapan nya, ia sekarang sangat pusing dan lelah, sama sekali tak memiliki waktu untuk menggubris segala kalimat yang keluar dari dari bibir Jeslyn.
Jeslyn menyipitkan mata geram, lantas ia menghela nafas pelan, "Apa tuan tidak takut, jika nanti saat anda tengah tertidur nyenyak, saya tiba-tiba berada di atas tubuh anda dan me-"
"Jeslyn, diam! Pintu itu tidak akan bisa dibuka!" Teriak Louis kesal, ia bahkan sampai mendudukan tubuh nya diatas ranjang, lalu menatap penuh permusuhan pada wanita itu yang terus berceloteh.
Tanpa sadar Jeslyn melangkahkan kaki nya menuju Louis, lalu mengerucutkan bibir, "Lalu, bagaimana?" Tanya nya dengan kepala yang menunduk.
"Tidur."
Perlahan Jeslyn menatap Louis takut, "Dimana tuan?"
"Kamar mandi."
DUARRRR......
Bagai disambar petir di siang hari, lagi-lagi kejiwaan Jeslyn terguncang hebat saat Louis mengucapkan dua kata diluar nalar itu.
Apa tadi? Kamar mandi? Orang gila mana yang akan tidur dikamar mandi!? Katakan pada Jeslyn sekarang!
"Tidak, kau bisa tidur disofa." Melihat wajah nelangsa milik Jeslyn membuat Louis prihatin, apalagi ia sudah membuat wanita itu susah dengan membuat nya duduk dibagasi mobil.
Senyuman sumringah langsung terbit diantara bibir Jeslyn, ia mengangguk, "Baik lah, terima kasih tuan, jika begitu mana, bantal, guling, lalu selimut?"
Sekarang lupakan posisi mereka sebagai atasan dan bawahan, karena mereka sudah tak terikat jam kerja lagi, Jeslyn mencoba mengesampingkan rasa malu serta rasa segan nya itu agar ia bisa tidur nyenyak bersama lelaki yang bermartabat sebagai boss nya.
"Tanpa itu."
"Ap-"
"Jika tidak mau silahkan tidur dikamar mandi." Louis mempersilahkan, lelaki itu tanpa mendengar jawaban Jeslyn segera mematikan lampu tidur dan memilih untuk kembali membaringkan tubuh.
Jeslyn sendiri meringis, ahh untung-untung tuan nya itu masih berbaik hati dengan tidak melemparkan nya keluar dari balkon kamar, namun malah mengizinkan ia tidur dikamar lelaki itu, dan entah mengapa Jeslyn malah ngelunjak dengan meminta, bantal, guling, dan selimut.
Setidaknya tidur di sofa lebih baik dari pada di kamar mandi.