Semasa Joanna kecil ia tidak pernah menyukai kehadiran anak-anak laki-laki yang tinggal satu rumah dengannya. Namun, ketika duduk dibangku SMA Joanna merasa dirinya merasakan gejolak aneh. Ia benci jika Juan dekat dengan orang lain. Ia tidak bisa mengartikan perasaannya pada laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 : Debar Jantung
...- happy reading -...
...***...
Keluarga Juan dan Joanna kini sedang sibuk, setelah Yuda menghubungi mereka dan menanyakan keadaan Juan yang tak kunjung datang sesuai janji membuat mereka panik. Yuda bilang ia sudah datang ke rumah kediaman Juan tapi tidak ada seorang pun disana, bahkan rumah dalam keadaan gelap.
Setelah mendengar kabar itu ketiganya langsung bergegas pulang, ayah mereka segera menghubungi polisi agar tindakan itu segera di usut. Bunda Lexa yang sibuk menanyai tetangga serta melihat CCTV komplek dan rumah, juga Joanna yang meminta bantuan Girlvy.
Keadaan semakin kacau, para tetangga tidak ada yang melihat satupun, mengingat perumahan mereka yang selalu sepi. Selain itu CCTV rumah tidak menangkap adanya kegiatan aneh, setelah mengambil go food Juan tak lagi terlihat keluar dari rumah. Begitu juga dengan CCTV perumahan yang mendadak mati saat malam itu, pihak komplek bilang kalau memang terkadang CCTV bisa mati kapan saja.
Semua nampak menunggu, Bunda Lexa yang menangis dan ditenangkan oleh Yuda, Saka, dan Gerald. Ayah mereka yang sibuk memberikan keterangan kepada pihak polisi, pergi sejak pagi tadi.
Dilain sisi semua anggota Girlvy duduk di base camp, semua lengkap kecuali Laras dan Sisil. Laras bilang ia harus mengontrol kakinya ke rumah sakit dan akan segera menyusul ke base camp. Sedangkan Sisil, perempuan itu bilang sedang berada di Bali karena liburan keluarga. Keadaan base camp sangat riuh, para anggota Girlvy sibuk membuat teori mengenai hilangnya Juan.
"Ga, jangan jangan Juan diculik om om gara gara di tawarin permen?"
Lisa berbisik ke arah Helga namun dengan wajah yakin. Sontak Helga mengambil ancang ancang untuk memukul perempuan jangkung itu.
"Eh monyet, lo kira dia bocah? Juan bisa buat lo hamil bjiirr..."
"Ya siapa tau Ga, lagian Juan tuh mukanya kaya anak smp."
Sementara Ruby dan Chika sibuk bertengkar karena cireng milik Helga yang jatuh akibat senggolan maut dari Lisa
"Ih anjing jangan dekat dekat." Helga menjauh namun Lisa tetap mendekat.
"Ih kaya monyet." Lisa menunjuk ke arah Helga.
"Ih anjingnye."
Helga menampar wajah Lisa. Meskipun situasi nampak chaos, Joanna masih fokus dan serius mengenai kasus hilangnya sang adik.
Joanna merasa heran dengan Sisil, perempuan itu tidak pernah bilang mengenai dirinya yang berlibur ke Bali, biasanya pasti Sisil mengabari seluruh anggota Girlvy.
"Gimana Jo? Ada kabar dari rumah lo?" tanya Helga. Joanna hanya menggeleng lemah, ia tak pernah se-khawatir ini. Juan berhasil membuatnya cemas, bagaimana pun ia memiliki tanggung jawab terhadap lelaki itu.
"Hp nya ga aktif, ga bisa gue lacak."
Tak lama Laras datang, perempuan itu segera mengambil tempat dan duduk.
"Joan, sebenernya gue juga udah coba chat sama telpon Juan, tapi ga di angkat sejak dua hari yang lalu. Gue pikir dia ikut lo sama keluarga lo pergi."
Lagi-lagi Joanna menggelengkan kepalanya, sekarang ia menyesal karena tidak membujuk Juan untuk ikut.
"Tapi terakhir gue liat chat dia, katanya ada orang yang masuk ke rumahnya. Makanya dia mau cek," ujar Laras.
"Maksud lo?" Joanna menatap Laras bingung.
"Ada orang di rumah lo malam itu. Juan pikir kalian pulang lagi makanya gue ga khawatir." Joanna semakin gusar, itu tandanya orang yang sering ia lihat berada di sekitar rumah mereka benar benar mengincar Juan.
Benar, Joanna melihat orang itu. Tapi ia tidak mau memberi tahunya pada Juan, ia ingin memastikan siapa orang itu sebelum membuat Juan ketakutan karena di intai selama dua minggu terakhir.
"Gue ga pernah liat Joanna sepanik ini," bisik Lisa pada Laras mendengar itu Laras refleks melihat ke arah Joanna.
la merasa cukup janggal, terlebih mengenai fakta bahwa Juan adalah adik tirinya yang benar benar ditutup rapat oleh Joanna.
***
Sisil menatap ponselnya, chat yang ia kirim ke Joanna hanya di read tanpa di balas. Lalu pandangan nya mengarah pada Juan, perempuan itu sibuk mengunyah sushi yang sengaja Sisil belikan untuknya.
"Pelan-pelan makannya."
Sisil tersenyum lalu mengusap bibir Juan yang belepotan kecap asin. Juan terdiam, kenapa ini tidak terasa seperti kasus penculikan pada umumnya? Seakan akan dirinya juga menginginkan ini terjadi. Apa perlu ia mogok makan? Tapi tidak bisa, dirinya selalu lapar setiap Sisil memasak atau pulang membawa makanan.
"Kenapa bengong, hmm? Abisin sushi nya abis itu kita tidur siang."
Sisil mengelus kepala Juan dengan lembut. Dengan cepat Juan menghabiskan makan nya lalu pamit ke kamar. Ada dua kamar disana, mereka memang tidur terpisah. Sudah dibilang bukan? Sisil tidak memperlakukan nya kasar, bahkan menyentuhnya lebih dari peluk saja tidak pernah.
Melihat Sisil yang beranjak ke dapur untuk cuci piring, Juan justru masuk ke arah kamar Sisil. Mencoba mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk kabur.
Satu persatu barang ia geledah, dengan wajah was was menatap ke arah pintu. Lalu ia beralih ke arah laci, di laci kedua gadis itu menemukan sebuah ponsel. Ponsel miliknya yang sudah ia cari sejak 2 hari yang lalu.
Tanpa menunggu, Juan segera berlari ke luar kamar Sisil dan masuk ke kamar sebelah. Sebelum itu Juan menyalakan daya ponselnya, mengirim chat pada Joanna lalu mematikan suara dering. Dimasukkan nya ponsel itu ke belakang bantal tanpa mematikan daya, ia tahu Joanna pasti akan segera melacak keberadaan nya lewat ponsel itu.
Pintu kamar terbuka perlahan, Sisil berdiri di ambang pintu dan tersenyum manis ke arah Juan.
"Kamu mau tidur sekarang, kan?" Juan mengangguk cepat lalu lampu kamar di matikan oleh Sisil.
"Selamat tidur sayang. Inget ya nanti malam kita pergi ke New York." Tak lama pintu pun tertutup rapat. Biarkan Juan berdoa yang terbaik, semoga saja keluarganya berhasil menemukannya tepat sebelum pukul 11 malam.
"Kak Joanna, cepet kesini."