mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak bisa di paksakan
"Capek kali malcha loh ini ndli telus, mana cih tuh olang? lumutan ini Malcha dicini teluc!"
Ayla jengah mendengar Marsha yang sibuk berceloteh, keduanya kini berdiri di perberhentian bis.
"Sabar sha, orang sabar itu rezekinya banyak," ujar Ayla.
"Banak dali mana? kita beldili dali tadi nda ada dateng olang bawain Malcha jajan!"
Ayla menepuk keningnya, bukan itu yang dia maksud. Ayla pun beralih membawa Marsha kegendongannya agar keponakannya itu diam.
"Sudah kan? diam dan kita tunggu Aa Raihan datang," ujar Ayla.
"Nah, begini halus na dali tadi. Malcha kode-kode tadi, nda kakak dengal," ujar Marsha.
Tak lama, terdengar suara deru motor, sontak keduanya melihat sebuah motor yang berhenti di hadapan keduanya.
"Neng Ayla yah? Sesuai alamat hati yah neng," ujar seseorang yang berada di balik Helm.
Raihan membuka helmnya, dia mengedipkan sebelah matanya pada Ayla hingga membuat gadis itu memekik kesal.
"Lama banget sih A! dari tadi kita berdiri terus disini, kan panas!" Omel Ayla.
"Tau! Malcha ndli ampe lumayan, kacianna diliku," ujar Marsha dengan sedih.
"Maaf-maaf, ayo naik." Ajak Raihan.
Raihan membawa keduanya untuk mampir ke restoran karena jam makan siang telah tiba.
"Tau aja Malcha lapel," ujar Marsha yang menggandeng tangan Raihan masuk ke dalam Resto.
"Tau dong," ujar Raihan dengan senyum mengembang.
Raihan memesan makanan dan minuman untuk keduanya, restoran itu adalah restoran mahal. Ayla tak tahu menahu tentang bahasa makanan yang aneh menurutnya. Jadi, dia meminta Raihan untuk memilihkan untuknya.
"Kamu gak beri tahu kak Zeva kan kalau kamu ke kota ini?" Tanya Raihan.
"Enggak, kan kamu bilang mau buat suprise," ujar Ayla.
Raihan menghela nafas pelan, dia menegakkan duduk nya yang semulanya bersandar.
"Ay, maaf. Sebenarnya bukan untuk mengejutkan kak Zeva," ujar Raihan dengan takut-takut.
"Maksud kamu?!" Lekik Ayla.
Raihan menarik nafas pelan, netranya melirik Marsha yang sibuk melihat-lihat sekitar.
"Aku sudah tahu siapa ayah Marsha" Ujar Aaron dengan suara lirih.
"Kamu tahu? Siapa dia? dan dimana dia tinggal?" Tanya Ayla dengan antusias.
"Dia ... dia abangku."
Ayla membulatkan matanya, jawaban yang Raihan berikan cukup mengejutkannya.
"Abang kamu?!" Sentak Ayla.
Raihan mengangguk, dia menatap Marsha yang kini juga tengah menatapnya.
"Marsha mau main game? Aa punya game," ujar Raihan menyetel permainan di ponselnya lalu menyerahkannya pada Marsha.
Marsha pun sibuk bermain game di ponsel Raihan, sehingga Raihan kembali terfokus pada pembicaraan mereka.
"Iya, aku baru tahu beberapa hari yang lalu. Setelah aku menemukan foto ini." Raihan menyerahkan foto pernikahan Zeva dan Aaron.
"Lalu bagaimana? itu artinya Kak Zeva sudah bertemu dengan suaminya? Apa dia sudah tahu tentang Marsha?" Tanya Ayla.
Raihan menggeleng, dengan tatapan sendu dia kembali berkata. "Bang Aaron, telah melamar wanita lain."
"Apa?!" Ayla mengusap keningnya, tak habis pikir dengan suami dari kakaknya.
"Bagaimana bisa? Kak Zeva ada di sana, seharusnya mereka kembali bersama! kenapa malah melamar wanita lain, bagaimana dengan Marsha?!" Tegas Ayla.
"Itu tujuanku membawa kamu dan Marsha kesini."
Perkataan Raihan sontak membuat Ayla menegakkan duduknya, dia mendekat pada Raihan agar lebih jelas mendengar pria itu.
"Mereka memutuskan untuk berpisah," ujar Raihan dan lagi-lagi membuat Ayla terkejut.
Ayla terdiam sejenak, dia hanya tahu sedikit tentang permasalahan rumah tangga Zeva.
Tapi Ayla yakin, di hati Zeva masih ada nama suaminya. Selama ini kakaknya tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun, dan fokus merawat si kecil.
"Tiga hari lagi persidangan perceraian akan di lakukan, sebelum itu kita harus membatalkan perceraian mereka," ujar Raihan dengan penuh keyakinan.
Ayla menggeleng lemah, "Enggak semudah itu Rai," ujar Ayla dengan lirih.
"Kenapa memang nya?" Tanya Raihan dengan kening mengerut.
"Justru perceraian itu akan tetap di lakukan, dan kakak mu pasti akan menuntut hak asuh Marsha kalau dia tau tentangnya. Apalagi kalian orang berada, tidak seperti kami. Kak Zeva akan kalah, dia akan kehilangan satu-satunya keluarganya." Panik AYla.
"Rai, kami tidak bisa mengikuti rencanamu. Itu terlalu beresiko." Ujar Ayla, dia mendadak bangkit dari duduknya.
Raihan pun ikut berdiri, dia bingung dengan respon yang Ayla berikan.
"Ay, dengan kehadiran Marsha. Siapa tahu bang Aaron akan menghentikan rencana perceraiannya!" Kekeuh Raihan.
"Bagaimana kamu begitu percaya dengan rencana kamu, sementara retaknya rumah tangga mereka berawal dari kak Zeva?!"
"Ma-maksudnya?" Bingung Raihan.
Ayla menjatuhkan bobot tubuhnya, netranya kini berembun. Raihan dengan perlahan kembali duduk dan menunggu Ayla kembali berucap.
"Semua yang terjadi karena perselingkuhan kak Zeva dengan sahabat kakakmu, Rio. Ibu menceritakannya padaku saat pertama kali kak Zeva rumah kami. Penyesalannya, tak berujung hingga kini. Dia menyesal karena telah berselingkuh dengan Rio," ujar Ayla.
Seketika Raihan menatap Marsha. "Lalu Marsha? dia anak ...."
Seketika Ayla terkekeh mendengarnya, dia mengusap air matanya yang sempat terjatuh.
"Kamu saja berpikiran seperti itu, apalagi kakakmu Rai?" Skakmat Ayla.
"Ti-tidak, bukan itu maksudku. Aku hanya ..."
"Aku mengerti, dia adalah keponakanmu. Perselingkuhan Kak Zeva dengan pria itu tidak sampai melakukan hal yang lebih jauh, hanya sekedar layaknya orang berpacaran biasa. Kak Zeva sudah membatasi hubungannya dengan Rio dari hal yang lebih jauh," ujar Ayla dengan cepat.
Air mata Ayla mengalir, bahkan mata Raihan pun memerah menahan tangis. Marsha yang tadinya fokus menatap game, kini teralihkan.
"Kita lagi di lestolan, bukan di kubulan. Napa pada nanis?" Batin Marsha.
Ayla beralih menatap Marsha, tangannya terangkat dan mengusap rambut Marsha yang terurai.
"Ibu yang terus menasehati kak Zeva agar tidak dekat dengan Rio, tetapi pria itu tak menyerah untuk membuat kak Zeva dekat dan berselingkuh dengannya," ujar kembali Ayla.
Raihan mengusap kasar wajahnya, dia kini bingung harus mengambil langkah apa. Sementara, sidang perceraian itu sudah dekat.
"Rai, dengan berat hati harus ku katakan padamu. Lebih baik mereka berpisah, dari pada saling menyakiti. Kakak mu sudah melamar wanita lain, resikonya besar jika ingin membatalkannya. Kalau pernikahan itu berlanjut, dan kakakmu tahu tentang kehadiran Marsha. Tak menutup kemungkinan dia merebut hak asuh Marsha."
"Kak Zeva sudah kehilangan suaminya, jika di tambah kehilangan Marsha. Dia bisa gil4," ujar Ayla dengan suara bergetar.
Raihan tak bisa berpikir lagi, pikirannya stuck di sana. Kehidupan rumah tangga sang kaka sangatlah rumit, dia tidak boleh salah langka dalam mengambil keputusan.
"Rai, kamu disini?"
Raihan terlonjak kaget, dia mendongakkan kepalanya menatap pria yang menegurnya.
"Bang Aar."
Aaron berdiri di samping Raihan, netranya menatap Ayla lalu beralih menatap Marsha yang sibik bermain game.
Merasa ada yang memperhatikannya, Marsha pun seketika mengangkat wajahnya. Tatapan keduanya bertemu, untuk pertama kalinya Aaron dan Marsha saling bertemu.
"Napa liatin Malcha begitu? mau di colok matana hah?"
......
Mudah-mudahan reviewnya gk lama😭