Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Faaris keluar dari ruangan nya saat sore hari, dia melihat bilik Balqis sudah kosong.
Meninggalkan beberapa berkas yang tersusun rapih. Faaris heran, biasa nya Balqis akan pulang terakhir di banding karyawan lain, lagi pun tadi pagi dia bilang akan bekerja lembur karena banyak pekerjaan menumpuk selama dia cuti waktu itu.
"Putri , kau melihat Balqis?" Tanya Faaris pada Putri yang masih beres-beres, bersiap untuk pulang juga.
"Tadi Balqis mendapat telepon dari rumah sakit, tuan. Terus pergi dengan terburu-buru," Jawab Putri.
Deg...
Jantung Faaris terasa berhenti berdetak, itu tanda nya ada sesuatu yang terjadi pada Ibu nya Balqis.
"Baik, terimakasih Putri."
"Sama-sama tuan." Jawab Putri. Faaris pergi dengan wajah panik nya, dia akan menyusul Balqis ke rumah sakit. Tapi sebuah deringan ponsel nya menghentikan langkah cepat nya, membuat Faaris mengumpat karena merasa terganggu.
Faaris merogoh ponsel nya di saku celana, lalu melihat kalau Monic menghubungi nya.
"Hallo, ada apa Monic?"
"Tuan dimana? Bisa pulang sekarang? Kondisi Nyonya Elma drop, Tuan." Ucap Monic dengan suara panik.
"Ini bukan salah satu drama yang di buat Elma agar aku pulang kan, Monic? Jangan bercanda!"
"Saya serius Tuan, dokter Hendri juga ada disini." Jawab Monic.
"Sebentar lagi aku sampai."
Jawab Faaris, lalu segera memasukkan ponsel nya ke dalam saku jas nya. Dia berjalan setengah berlari, dia panik bukan main. Tadinya dia ingin ke rumah sakit dan melihat keadaan ibu Balqis, tapi dia juga harus menemui sang istri juga.
"Pulang pak, ngebut!" Perintah Faaris dan langsung di angguki oleh Pak Agus yang selalu siap siaga saat di butuhkan. Pak Agus mengemudikan mobil nya dengan kecepatan tinggi, meski pun beberapa kali terjebak macet, tapi kemampuan menyetir Pak Agus tak perlu di ragukan lagi. Dulu, Pak Agus adalah mantan pembalap mobil, tapi karena suatu kecelakaan membuat nya memutuskan untuk berhenti menjadi pembalap, lalu bertemu dengan Faaris dan mengabdi sebagai supir pribadi nya 5 tahun lalu.
Faaris keluar dari mobil setelah Pak Agus selesai memarkir nya di garasi mansion nya, Faaris berlari menaiki anak tangga yang menghubungkan lantai bawah dengan kamar nya di lantai atas.
Faaris membuka pintu, membuat pandangan semua orang langsung mengarah pada nya. Dokter Hendri menatap Faaris dengan sendu, saat pria itu mendekat, dokter pribadi itu segera menepuk pundak Faaris.
"Sabar Faaris, semua pasti akan baik-baik saja." Ucap Dokter Fahri, membuat Faaris membulatkan mata nya.
"Maksudmu? Apa yang terjadi pada istriku?" Tanya Faaris.
"Kondisi Elma memburuk, dia kritis." Jawab Dokter Hendri, membuat Faaris shock. Dia hampir saja terjatuh kalau saja dokter Hendri tak menahan tubuh nya.
"Bagaimana bisa ini terjadi Dok, kemarin Elma baik-baik saja."
"Kondisi seperti ini kadang terjadi pada pasien yang mengalami kelumpuhan." Jelas Dokter Hendri, membuat Faaris berkaca-kaca.
"Bukan waktu nya menangis, doakan Istri mu agar cepat melewati masa kritis nya." Nasehat dokter Hendri, tapi Faaris terlanjur shock dengan kenyataan yang membuat dada nya sesak.
'Maafkan aku Elma , aku malah sibuk mengejar Balqis dan berkhianat di belakang mu.' Batin Faaris. Dia menatap istri nya yang terbaring lemah dengan kedua mata yang terpejam rapat itu dengan sendu.
"Aku permisi dulu, besok kesini lagi untuk memeriksa keadaan istri mu. Masih ada jadwal operasi di rumah sakit."
"Ya, terimakasih Hendri, hati-hati di jalan." Jawab Faaris lirih.
"Sebaiknya tinggalkan dulu Faaris dengan Elma , Monic."
"Baik Dokter." Jawab Monic. Lalu mengekor di belakang Dokter Hendri, keluar dari ruangan kamar bernuansa putih itu, memberi waktu pada Faaris untuk bersama Elma.
"Sayang, maafkan aku! Beberapa hari ini aku kurang memperhatikan mu, aku melupakan kewajiban ku padamu, aku minta maaf karena telah mengkhianati mu. Aku tau aku salah, tapi aku manusia biasa yang kadang punya keinginan di batas kesadaran ku." Ucap Faaris, dia mengusap lembut kepala Elma dan mengecup kening nya singkat.
"Maafkan aku sayang, aku masih mencintaimu dan tak ingin kehilangan mu. Tapi jujur, aku nyaman dengan kehadiran wanita lain, maafkan hati ku yang mulai bercabang Sayang."
Kedua mata Faaris berkaca-kaca, tak lama hujan badai pun turun membasahi wajah nya.
Sakit sekali rasa nya melihat orang yang paling kita cintai hanya bisa terbaring lemah di ranjang, tanpa bisa melakukan apapun. Elma sudah mengalami hal ini 2 kali, dulu saat kecelakaan pun Elma sempat kritis dan koma, tapi beruntung nya Elma mampu melewati fase itu dan sadar kembali, meski harus menerima kenyataan pahit kalau dia lumpuh permanen.
Semoga keberuntungan masih memihak pada Elma , hingga dia bisa kembali sadar dan berbicara seperti biasa nya.
Faaris beranjak, dia berdiri di depan jendela besar di kamar nya. Menatap pemandangan kota J yang mulai di warnai kelap kelip lampu. Sudah lama dia tak melihat pemandangan ini, karena dia jarang pulang dan saat pulang pun langsung tidur bersama Elma .
"Sayang, lihat pemandangan nya. Begitu indah, kamu selalu suka melihat lampu-lampu menghiasi kota kan? Kemarilah, kita lihat sama-sama." Gumam Faaris, dia kembali meneteskan air mata nya. Rasanya sedih saja melihat istri nya begini, entah kapan semua ini berakhir. Badai hati yang selalu menghampiri nya, bagai ombak yang tak berkesudahan menghantam karang dengan ganas nya.
Di rumah sakit, Balqis sedang bicara serius dengan dokter mengenai keadaan ibu nya yang tak ada kemajuan, hanya faktor keberuntungan lah yang bisa di harapkan sekarang.
"Jadi, sekarang harus bagaimana Dok?" Tanya Balqis, hati nya gusar tak menentu.
"Hanya doa yang bisa menyelamatkan Ibu anda Nona, kami sebagai tenaga medis sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tuhan berkata lain. Ibu anda tak ada kemajuan sama sekali." Air mata Balqis meluncur bebas dengan deras nya.
"Apa saat ini sudah tak ada harapan lagi, Dok?" Tanya Balqis lirih, bahkan hampir tak terdengar.
"Masih ada, saya hanya perantara. Selebih nya yang di atas yang menentukan, Ibu Nona bisa sadar dalam hitungan bulan, atau tahun. Seperti yang sudah saya katakan kemarin." Jelas dokter itu. Balqis diam, entah harus menunjukan ekspresi seperti apa sekarang. Kalau bisa dia ingin menjerit sekuat-kuatnya, dia tak bisa menerima kenyataan sepahit itu. Apalagi dia tak punya sandaran, dia benar-benar merasa sendiri saat ini.
Balqis menutup wajah nya dengan kedua tangan, dia ingin menangis keras, meraung kuat, tapi dia harus berusaha kuat, tegar menjalani cobaan yang menghantam nya bertubi-tubi.
"Butuh sandaran Nona, kemarilah." Tawar dokter itu, kebetulan Ruangan nya sedang sepi, hanya ada Balqis dan dokter muda yang Balqis kenal sebagai dokter Ilham.
"Boleh Dok, sebentar saja."
"Boleh, silahkan." Dokter Ilham menepuk pundak nya, lalu meraih kepala Balqis untuk bersandar di pundak nya.
"Kamu bisa menangis, kalau itu bisa membuat hati mu tenang. Luapkan saja semua keluh kesah mu, aku dengarkan." Mendengar ucapan dokter Ilham, Balqis menangis tersedu di pundak dokter Ilham.
Dokter itu tersenyum karena bahagia Balqis tak menolak tawaran nya, tapi apakah jahat merasa bahagia di tengah kesedihan orang lain? Dokter Ilham tak tahan mendengar tangis pilu Balqis, dia membuat langkah berani dengan meraih Balqis ke dalam pelukan nya. Mengusap punggung perempuan itu dengan lembut, menepuk nya beberapa kali.
Balqis menumpahkan tangis nya di pelukan dokter itu, rasanya cobaan ini terlalu berat bagi nya. Rasa sakit yang di torehkan oleh ayah nya saja terasa masih basah, tapi saat ini dia kembali merasakan sakit yang berkali-kali lipat.
Balqis adalah anak korban perceraian orang tua, ayah nya pengangguran tapi suka berjudi, bisa nya hanya meminta uang pada Ibu nya yang bekerja sebagai buruh cuci, jika tak di beri dia akan mengamuk dan tak jarang menyakiti ibu nya hingga babak belur, dulu Balqis masih bersekolah, Ibu Fatma merasa lelah dan memutuskan bercerai. Tapi suatu hal terjadi, setelah kedua nya resmi bercerai, Ayah Balqis datang dan melakukan kekerasan fisik juga seksual. Ya, dia melakukan pelecehan pada mantan istri nya sendiri dengan cara yang menjijikan.
Beruntung saja saat itu Balqis pulang dari sekolah, dia berteriak meminta tolong pada tetangga nya, dan dalam sekejap mata tetangga nya datang lalu menyeret paksa pria paruh baya itu dan memberikan beberapa tinjuan di wajah nya. Tapi sebulan berlalu, Balqis mendapat kabar kalau ayah nya tewas kecelakaan, bahkan jemari nya ada yang tak di temukan karena tubuh nya hancur akibat terlindas mobil tronton. Mengenaskan sekali, mungkin itu yang di sebut karma di bayar kontan.
Setelah merasa tenang, Balqis melerai pelukan dokter Ilham. Dia mengusap ujung mata nya yang masih meneteskan air mata.
"Jangan menangis, kamu terlihat jelek kalau menangis. Tersenyum lah, kamu kelihatan manis saat tersenyum." Ucap Dokter Ilham sambil membingkai wajah Balqis.
"Apa saya bisa tersenyum di situasi yang menyakitkan ini, Dok?"
"Saya pernah mengalami hal yang lebih menyakitkan, Nona. Tapi mau bagaimana lagi, hidup tak bisa di lewatkan, hanya bisa di jalani sesakit apapun itu. Aku benar kan?" Tanya dokter itu. Balqis menganggukan kepala nya perlahan.
"Jadi, jalani saja. Semoga ada kabar baik setelah ini, tak ada yang tau takdir hidup seseorang."
"Iya Dok, terimakasih dan maaf sudah membuat pakaian anda kotor, mungkin bercampur ingus juga." Ucap Balqis saat melihat kemeja Dokter Ilham basah.
"Tak apa-apa Nona, ingus tak semenjijikan itu." Jawab Dokter Ilham dengan senyum ramah nya.
Balqis terkekeh geli, membuat Dokter Ilham menyunggingkan senyuman manis nya, setidaknya Balqis sudah bisa tersenyum lagi, meski hati nya mungkin sedang hancur berkeping-keping.
Di luar sana, Vander sedang duduk dengan kaki yang dia angkat ke atas meja menunjukkan kuasa nya. Tak lupa, botol minuman beralkohol tersaji rapi di meja itu, di tangan nya dia juga mengapit batang bernikotin yang mengepulkan asap. Di depan nya, tarian erotis mewarnai pandangan mata Vander. Dia sengaja menyewa jalang untuk menemani malam nya, mereka meliuk-liukkan tubuh mereka dengan sensual, tarian yang memancing hasrat karena mereka menari tanpa sehelai benang pun alias telanjang bulat!
"Cihh, apa hanya ini yang kalian mampu, persembahkan yang terbaik, buat aku bernafsu!" Perintah Vander, membuat jalang itu mengerahkan semua kemampuan nya untuk memuaskan pria yang ternyata sulit bergairah.
Wanita cantik dengan hidung mancung, dimples di kedua pipi nya itu berjalan pelan mendekat ke arah Vander lalu duduk di pangkuan Vander. Meraba-raba tubuh pria itu, membuat Vander memejamkan mata nya.
"Mainkan senjata ku, kalau kau bisa membuat nya berdiri, kau akan mendapat imbalan yang setimpal." Jalang itu menurut, turun dari pangkuan Vander dan mulai membuka resleting celana Vander, mengeluarkan senjata nya yang masih terkulai lemas.
Jalang itu memainkan benda itu dengan lembut mengelus nya, mengecup kepala nya beberapa kali membuat Vander mengerang. Tanpa berlama-lama lagi, Jalang itu memasukkan senjata itu ke dalam mulut nya, memainkan lidah nya di lubang kecil di kepala senjata Vander. Benar saja, butuh setengah jam lebih untuk membangkitkan senjata api itu.
"Bagus, kita bermain sebentar setelah itu aku akan membayar mu dengan banyak uang. Puaskan aku!" Perintah Vander, membuat jalang itu lagi-lagi menurut dan kembali duduk di pangkuan Vander, memasukkan senjata itu ke dalam lubang milik nya.
"Kau yakin ini sehat?"
"Sehat tuan, saya rutin memeriksakan diri ke dokter." Jawab wanita itu.
"Bagus, mulai dan puaskan aku!"
****