NovelToon NovelToon
Terjerat Hasrat Sang Psikopat

Terjerat Hasrat Sang Psikopat

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Paksa / Psikopat itu cintaku
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Warning! Konten Dewasa!

Kehidupan Hana baik-baik saja sampai pria bernama Yudis datang menawarkan cinta untuknya. Hana menjadi sering gelisah setelah satu per satu orang terdekatnya dihabisi jika keinginan pemuda blasteran Bali-Italia itu tidak dituruti. Mampukah Hana lolos dari kekejaman obsesi Yudis? Ataukah justru pasrah menerima nasib buruknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Curiga

Kondisi Pak Parman yang kian membaik, membuat Hana lega. Setelah seharian menunggu Pak Parman di depan ruang ICU, Bu Esih mempersilakan Hana untuk pulang bersama Lusi. Setidaknya dengan bergantian menunggu Pak Parman, mereka dapat tetap menjaga kesehatan.

Sesampainya di rumah, Hana merebahkan tubuhnya di kasur. Lusi yang menyiapkan buku-buku pelajaran untuk esok hari, masih tampak gelisah memikirkan sang ayah, meski kondisinya sudah diketahui mengalami perkembangan yang positif.

Tak mau memendam kecemasannya seorang diri, Lusi menoleh pada Hana. Gadis kelas dua SMA itu duduk di samping kakaknya dengan raut wajah cemas.

"Kak, apa benar Bapak akan sembuh sepenuhnya?" tanya Lusi, dengan wajah muram.

Hana pun bangkit, laku memandang adiknya dengan kening mengernyit. "Kenapa kamu nanya begitu? Apa tadi kamu nggak lihat sendiri, kalau kondisi Bapak udah membaik?"

"Iya, Lusi tau itu. Hanya saja, sampai detik ini Lusi masih belum yakin kalau Bapak bisa sembuh," jelas Lusi memandang sang kakak.

Hana menepuk pundak adiknya, seraya berkata, "Dengarkan Kakak baik-baik. Selama pikiran kita positif dan optimis, pasti Bapak bakalan sembuh. Kita ketuk keputusan Tuhan dengan doa agar Bapak dapat sehat seperti sediakala."

"Tiap salat Lusi juga berdoa demi kesembuhan Bapak. Tapi entah kenapa ... hati Lusi selalu dirundung kegelisahan tiada henti. Apa Kakak tau terminal lucidity?"

"Terminal lucidity? Apa itu?" Hana mengerutkan dahi.

"Itu adalah kondisi fisik seseorang yang telah lama sakit, mendadak prima saat menjelang kematiannya. Lusi benar-benar nggak bisa tenang sepenuhnya setelah lihat Bapak siuman," tutur Lusi memandang kosong.

"Daripada mikirin yang enggak-enggak, sebaiknya kamu istirahat. Besok, kan, masuk sekolah," ujar Hana.

"Iya, Kak. Lusi bakal berusaha buat tetap tenang. Lusi juga pengen banget Bapak bisa sembuh seperti sediakala," ucap Lusi.

Hana mengangguk, sambil membelai rambut adik perempuannya. Melihat kegelisahan di mata sang adik justru menciutkan rasa optimisnya akan kesembuhan Pak Parman. Kendati demikian, sebagai kakak yang baik, memberikan ketenangan dan pengertian pada Lusi lebih penting daripada ikut larut dalam kekhawatiran tak berujung.

Hana berbaring di samping adiknya yang sudah lelap lebih dulu. Berkali-kali ia memejamkan mata, tapi hatinya terus saja tidak tenang. Entah kenapa, di samping rasa lega mendapati ayahnya telah sadar, masih muncul rasa was-was akan kedatangan Yudis. Perilaku pria berkacamata itu selalu tak bisa ia prediksi.

Dalam kesunyian, terdengar suara dering ponsel Hana. Gadis itu terbangun, lalu melihat nomor baru tertera di layar ponsel. Ketika melirik ke arah jam dinding, rupanya hampir pukul dua belas tepat.

"Siapa, sih, jam segini berani telepon segala?" gumam Hana, lalu menekan tombol reject dan menaruh kembali ponsel di bawah bantal.

Tak berselang lama, terdengar kembali ponselnya berdering. Hana yang masih kesulitan larut dalam mimpi, terpaksa mengambil ponsel dan beranjak dari tempat tidur.

Sembari berjalan ke ruang keluarga, ia mengangkat panggilan. Ditempelkannya ponsel itu ke telinga, menyapa seseorang dari seberang telepon.

"Siapa ini? Kenapa menelepon malam-malam begini?" tanya Hana, sedikit kesal.

"Kamu masih saja nggak tau, ya. Padahal saat ini kamu pasti lagi mikirin aku," sindir Yudis, disertai tawa kecil.

"Yudis?! Mau apa kamu nelepon tengah malam?" omel Hana bersungut-sungut.

"Aku kangen sama kamu, Hana sayang. Emangnya salah kalau aku pengen dengar suara kamu?" goda Yudis dengan nada manja.

Hana mendengus sebal. "Ini waktunya istirahat, bukan kangen-kangenan. Kamu tuh ganggu banget, sih! Tolong, jangan mengusik waktu tidur aku. Oke?"

"Mengganggu? Bagaimana bisa, kamu menyebut aku mengganggu kalau kamu sendiri akhirnya mengangkat telepon dari aku? Ngaku aja, deh, kamu tuh lagi susah tidur gara-gara mikirin aku, kan? Tenang aja, besok aku datang ke sana," tutur Yudis dengan santainya.

"Mau ngapain? Aku peringatkan sama kamu, jangan pernah datang ke sini!" geram Hana, dengan napas memburu.

"Kamu nggak kangen sama aku? Ayolah! Apa kamu nggak kasihan sama lelaki yang tiap hari, tiap jam, tiap menit, bahkan tiap detik mikirin kamu?"

"Aku nggak peduli!"

"Uh! Ternyata kamu kejam banget, ya. Padahal aku udah bersusah payah buat membatalkan perjodohan yang dirancang ayahku, tapi kamu malah gini."

"Kalau gitu, kenapa nggak kamu terima aja perjodohan itu?"

"Aku cuma mau kamu, Hana. Nggak mau perempuan lain."

"Lupakan aku dan jalani masa depan dengan perempuan yang dijodohkan ayah kamu. Aku udah muak diteror terus sama kamu."

"Kamu beneran nggak cemburu?"

"Buat apa? Yang ada aku udah muak!"

"Muak, atau ... diam-diam menyimpan perasaan yang sama kayak aku?"

"Cukup, Yudis! Jangan sok-sokan jadi pembaca pikiran!" bentak Hana, mulai berang.

Yudis terbahak-bahak, lalu berkata, "Baiklah, aku nggak akan sok-sokan jadi ahli pembaca pikiran. Tapi, ingat baik-baik, ya. Aku pastikan, cepat atau lambat, kamu bakal balik lagi ke Jakarta buat menemui aku."

Hana mendesah kasar, kemudian mengakhiri panggilan tanpa berbasa-basi. Selanjutnya, ia menonaktifkan ponsel agar bisa tidur nyenyak malam ini. Sungguh, ia tak menyangka kalau Yudis masih saja menerornya walaupun malam sudah larut.

***

Pagi telah datang, Hana dan Lusi meninggalkan rumah seperti hari sebelumnya. Lusi yang masih merasa gelisah, sesekali melirik kakaknya. Adapun Hana, segera menyadari kecemasan yang tergambar jelas di wajah adiknya.

"Kamu masih mikirin Bapak?" tanya Hana memegang pundak adiknya.

"Iya. Nanti kalau Bapak kenapa-napa, kabarin Lusi, ya," jawab Lusi.

"Tenang saja. Nanti Kakak kabarin. Kamu belajar aja dengan tenang, ya," ujar Hana.

Lusi mengangguk pelan, kemudian menaiki angkutan umum menuju sekolah. Sementara itu, Hana memandang jauh ke arah angkutan yang ditumpangi oleh sang adik. Ia tertunduk lesu, sembari mengembuskan napas berat. Hana tak mengerti, mengapa adiknya selalu cemas berlebihan jika sudah memikirkan kondisi sang ayah.

Ketika angkutan umum menuju rumah sakit datang, Hana pun menaikinya. Matanya memandang kosong ke luar jendela kendaraan, hingga sosok Yudis terlintas di benaknya. Mendadak pikiran Hana berubah kalut memikirkan perkataan Yudis yang bersikukuh akan datang ke rumah sakit.

Namun, kegelisahan itu perlahan sirna, mengingat jarak Jakarta-Sukabumi cukup jauh. Baginya, mustahil pria itu akan menguntitnya sampai ke luar kota.

Setibanya di rumah sakit, Hana bergegas menuju ruang ICU. Ditemuinya sang ibu yang berdiri di depan ruangan tempat ayahnya dirawat.

"Ma, gimana kondisi Bapak? Apa ada perkembangan?" tanya Hana penasaran.

Bu Esih mengangguk sambil mengulas senyum tipis. "Bapak udah bisa makan dan minum sedikit demi sedikit. Mama harap, kondisi Bapak berangsur pulih lebih cepat."

"Aku juga berharap demikian, Ma." Hana membalas senyum ibunya, lalu mengalihkan pandangan ke dalam ruang ICU. Tampak seorang perawat pria memakai pakaian dinas lengkap dengan masker di wajahnya, sedang mengecek kondisi Pak Parman. "Semoga hasil pengecekan pagi ini membaik."

Berselang beberapa menit kemudian, perawat pria yang mengecek pasien keluar dari ruang ICU. Bu Esih yang penasaran dengan kondisi suaminya, bergegas menghampiri perawat berkacamata itu.

"Pak, gimana kondisi suami saya? Apa sudah membaik?" Bu Esih memandang si perawat dengan cemas.

"Kondisi suami Ibu mengalami perkembangan yang positif. Ibu nggak perlu terlalu khawatir," ujar perawat itu.

Bu Esih bernapas lega. Senyum di bibirnya mengembang semakin lebar, mengetahui kondisi suaminya semakin membaik.

Di sisi lain, Hana memicingkan mata, memperhatikan si perawat yang kian lama kian menjauh dari pandangan matanya. Postur tubuh dan aroma parfum dari pria perawat itu sangat mirip dengan seseorang yang dikenalnya. Sesekali ia mendesah pelan, sambil menggelengkan kepala.

Aku nggak boleh terlalu berprasangka buruk. Yudis mustahil datang kemari. Aku, kan, nggak pernah menyebutkan nama bapak ataupun lokasi rumah sakit sama dia. Pasti ini cuma perasaan aku aja, nggak lebih, batinnya berusaha menampik.

1
heri mulyati
aku menunggu Thor 🤣🤣👍
Ira Adinata: udah tamat, kak 😅
total 1 replies
Jenny's
Yudis ganteng Thor, tapi gantengan yg di cover sih 😁
Jenny's
😭😭😭 patah hati aku Thor tapi gimana lagi ya aku juga bgung dengan mereka kalo hidup 😭
Ira Adinata: hehe... kalaupun hidup tetep aja menderita. Yudis dipenjara, lalu dijatuhi ŕ
hukuman mati. Hana pun bisa gila gara-gara trauma dan jauh dari Yudis. Menurut author, mending mati bareng aja biar cinta mereka tetap abadi 😅
total 1 replies
Jenny's
yaampun Thoorr 😭😭😭
Jenny's
Thor, jangan bilang sad ending 😭
Bella syaf
yah mati beneran ya 😭
Bella syaf
lagian Hana knp juga lu ngasih bukti Yudis 😌
heri mulyati
kebakar kan akhirnya,lagian si Hana main api ,udah tau si kudis nekat
Thor 💪👍🙏🙏😘
Putri vanesa
🥹🥹🥹
heri mulyati
ya mati dah si Hana 😔😔
Jenny's
kok ada rasa bosan Thor? ga rela aku. takut Hana dibunuh 😭
Putri vanesa
Aduh degdegan
Myra Myra
apa terjadi pada Hana Ae Thor?? kasihan Hana...
Putri vanesa
Boleh gk sih berharap Yudis bner2 sayang dan cinta sma Hana, gk mau Yudis bosen sma Hana 😭
Jenny's: sama, aku juga mau kayagini. tapi ada loh kak pernah baca psikopat yg ga bosenan. jadi dia justru kalo udh cinta sama 1 org yaudah sampe gila dia🤣
Ira Adinata: tapi psikopat itu orangnya emang gampang bosenan 😅
total 2 replies
Myra Myra
hrp semua berjalan Ngan lancar...Hana hati2 Ngan yudis...
Myra Myra
kasihan Hana... mintak 2 Hana tak dibuang oleh yudis
heri mulyati
dasar si kudis 🤣🤣🤣🤦🤦🤦
Jenny's
haduh, pusing aku 😅😭😭
Myra Myra
bahaya yudis...TKT perangkap jee
Jenny's
yah si Hana knp malah pengen Yudis ditangkep, katanya cinta. nanti Yudis malah semakin gapercaya Hana deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!