NovelToon NovelToon
Terjerat Hasrat Sang Psikopat

Terjerat Hasrat Sang Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Paksa / Psikopat itu cintaku
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Kehidupan Hana baik-baik saja sampai pria bernama Yudis datang menawarkan cinta untuknya. Hana menjadi sering gelisah setelah satu per satu orang terdekatnya dihabisi jika keinginan pemuda berdarah Bali-Italia itu tidak dituruti. Mampukah Hana lolos dari kekejaman obsesi Yudis? Ataukah justru pasrah menerima nasib buruknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rapuh

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit tempat Pak Parman dirawat, Hana tak henti-hentinya mendoakan sang ayah. Sekujur tubuhnya melemas sejak diberitahu oleh sang ibu, bahwa ayahnya sedang kritis.

Dengan berdebar-debar, Hana mengirim pesan pada ibunya, menanyakan kabar terbaru kondisi ayahnya. Satu menit, dua menit, belum kunjung dibalas. Mungkin ibunya sibuk mengurus administrasi rumah sakit yang cukup rumit dan lama.

Tak putus sampai di situ, Hana mencoba menelepon adiknya, Lusi. Cukup lama ia menunggu, sampai akhirnya panggilan diangkat dari seberang telepon.

"Halo, Kak," sapa Lusi.

"Lusi, gimana kabar Bapak sekarang? Apa sudah siuman?" tanya Hana cemas.

"Belum, Kak. Yang ada, malah lagi dibawa ke ICU sama dokter," jelas Lusi, yang sedang berjalan di belakang ibunya. Keduanya sedang mengantar Pak Parman bersama dua perawat menuju ICU.

"Ya udah, nanti Kakak langsung ke rumah sakit aja, ya," ucap Hana, dengan suara tercekat.

"Iya, Kak."

Hana menutup telepon. Air matanya tak bisa dibendung lagi. Ia pun tertunduk sambil memeluk tasnya erat, menangis terisak-isak. Kondisi sang ayah yang mendadak tumbang membuatnya melupakan sejenak ambisi memperoleh kebenaran bagi Alin.

Setibanya di RS yang dikabarkan oleh ibunya, Hana bergegas masuk ke sana. Ditemuinya resepsionis, menanyakan letak ruang ICU tempat sang ayah dirawat. Setelah mendapatkan informasi mengenai ruangan itu, Hana bergegas menuju ke sana.

Disusurinya koridor rumah sakit sambil berlari kecil menggendong ransel. Hatinya sudah tak sabar ingin melihat kondisi sang ayah yang tak sadarkan diri.

Setibanya di depan ruang ICU, gadis itu mendapati ibu dan adiknya sedang duduk dengan wajah sendu. Lusi yang menyadari kedatangan sang kakak, segera beranjak dari tempat duduk. Dipeluknya Hana dengan erat sambil menangis sesenggukan.

"Kak ... Bapak, Kak ...." Lusi masih meluapkan kesedihan dalam pelukan sang kakak.

"Kenapa Bapak bisa begini, Lusi?" Hana melepaskan pelukan Lusi, lalu menatap wajah adiknya lekat-lekat.

Bu Esih yang menghampiri kedua putrinya itu berkata, "Bapak tiba-tiba sesak napas, Hana. Waktu Mama pulang bentar buat nyiapin makan siang, Bapak yang baru aja selesai berwudhu tiba-tiba jatuh di depan kamar mandi. Mama kira Bapak cuma pingsan biasa, tapi setelah dibangunkan sama Lusi dan tetangga selama satu jam, Bapak masih aja nggak sadarkan diri."

"Ya Allah! Emang kemarin nggak kelihatan tanda-tanda Bapak bakal kayak gini?" tanya Hana, semakin cemas.

Bu Esih dan Lusi menggeleng.

"Bapak kemarin masih kelihatan biasa aja, bahkan sempat mandiin dan ngasih makan burung," jelas Lusi.

"Kenapa bisa begini? Apa Bapak lupa minum obat?" Hana masih penasaran.

"Justru Bapak nggak pernah telat minum obat. Mama juga nggak ngerti kondisinya bisa sampai drop gini," tegas Bu Esih.

Hana mendesah berat sambil tertunduk. Adapun Bu Esih, tertegun melihat ransel besar yang dibawa Hana tampak penuh.

"Hana, kenapa kamu bawa baju sebanyak itu? Kan di rumah juga masih banyak baju-baju kamu," tanya Bu Esih sambil sesekali menatap tas yang dibawa putri sulungnya.

Hana mengusap air matanya, lalu berkata, "Hana berhenti kerja, Ma."

"Berhenti? Terus, gimana dengan biaya pengobatan Bapak kalau kamu berhenti kerja?" Bu Esih tampak khawatir.

"Tenang aja, Ma. Nanti Hana nyari kerjaan lain aja. Hana janji, bakal dapet kerjaan secepatnya. Lagipula, tabungan yang Hana kumpulkan kayaknya masih cukup buat pengobatan Bapak," tutur Hana. Ia enggan mengungkapkan kebenaran, bahwa dirinya dipecat karena kejadian memalukan.

"Syukurlah kalau begitu." Bu Esih mengembuskan napas lega.

***

Pukul delapan malam, Bu Esih menyuruh Hana dan Lusi pulang ke rumah. Awalnya Hana ingin menunggu ayahnya di rumah sakit, tapi ibunya bersikukuh agar ia beristirahat saja malam ini. Bukan itu aja, Bu Esih juga meminta Lusi agar tetap fokus belajar dan tidak terus menerus larut dalam kesedihan memikirkan kondisi ayahnya.

Dengan lesu, Hana dan Lusi berjalan menyusuri koridor dan memasuki lift. Kedua kakak beradik itu saling diam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Di benak Lusi, sekonyong-konyong firasat buruk mengenai sang ayah terlintas. Ditatapnya Hana dengan sendu, hingga kakaknya itu menoleh.

"Ada apa, Lusi? Kenapa kamu lihatin Kakak kayak gitu?" tanya Hana, menatap heran.

"Kak, gimana kalau seandainya Bapak nggak berumur panjang? Aku nggak mau kehilangan Bapak untuk selama-lamanya," tutur Lusi, dengan raut cemas.

Hana membelai rambut adik perempuannya sembari berkata, "Daripada berpikir yang enggak-enggak, sebaiknya kita doakan Bapak biar segera siuman. Kakak yakin, doa kita pasti cepat terkabul."

"Aku juga berharap begitu, Kak. Tapi ... lihat muka Bapak yang semakin hari semakin pucat dan lesu, Lusi jadi makin pesimis. Lusi benar-benar belum siap kehilangan Bapak."

Hana memeluk Lusi, sambil mengusap punggung adiknya. Ia tahu betul, betapa sedihnya sang adik jika sampai ayah mereka tiada. Kedekatan Lusi dengan Pak Parman memang sangat erat, bahkan adiknya itu selalu bergantung segala hal pada sang ayah. Seperti mengantar Lusi sekolah memakai motor, sampai membelikan alat tulis yang diinginkan gadis belia itu.

Setibanya di lobi rumah sakit, Hana tertegun sejenak menyaksikan acara berita di televisi. Siaran itu menayangkan tragedi naas yang menimpa politikus bernama Melinda Pasaribu di rumah bordil. Telah terjadi baku tembak antar preman yang menewaskan beberapa orang, termasuk pemilik tempat itu, yakni Melinda sendiri.

Hana terdiam sejenak menyimak kabar itu dengan saksama. Kabarnya, sat ini jenazah Melinda sedang diautopsi di rumah sakit terbesar kota Jakarta.

"Kalau Melinda sudah tewas, gimana kasus Alin bakal berjalan baik kalau seandainya berhasil dibuka kembali? Kan, dia sendiri yang ngobrol sama Bu Laras mengenai skandal dan suap itu," gumam Hana, merasa bingung.

"Lagi mikirin apa, Kak?" tanya Lusi.

Hana terhenyak, lalu menoleh pada adiknya. "Bukan apa-apa. Ayo!"

Hana dan Lusi segera menaiki angkutan umum menuju kediaman mereka. Sepanjang perjalanan, Hana termenung memikirkan strategi yang sudah dirancang bersama Anwar. Ia benar-benar tak menduga, rencana melumpuhkan orang tua para pelaku yang semula diurungkan, justru berjalan lebih dulu di luar kendalinya dan Anwar.

Apa ini cara Tuhan memudahkan jalan aku sama Anwar mendapatkan keadilan buat Alin? Jika benar, aku akan sangat bersyukur. Semoga ke depannya akan ada kemudahan-kemudahan baru buat meraih kebenaran, tutur batin Hana.

Tak disangka, di belakang angkot yang ditumpangi Hana dan Lusi, tampak mobil Yudis membuntuti. Pemuda itu sangat enggan membiarkan Hana lepas begitu saja dari pandangannya.

Namun, di sela-sela usahanya menguntit sang gadis pujaan, terdengar suara dering ponsel. Sambil memegang kemudi, Yudis mengangkat panggilan dari ayahnya.

"Yudis, kamu di mana? Apa kamu sudah tau kabar tragedi yang menimpa ibunya Viktor di rumah bordil?" tanya Winata dari seberang telepon.

"Tragedi apa?" tanya Yudis singkat.

"Ibunya Viktor terkena tembakan dari preman dan tewas di tempat. Sebaiknya kamu segera pulang," ujar Winata dengan nada tergesa-gesa.

"Iya, iya. Nanti aku segera pulang," pungkas Yudis menutup panggilan. "Ck, mengganggu saja."

1
heri mulyati
aku juga jadi Hana takut kalo harus menerima Yudis 😱😱 serem
Putri vanesa
Pngennya hana sma yudis sih tpi yudisnya gtu iwww
Myra Myra
kasihan Hana...
Myra Myra
kasihan Hana...jht btl judis
heri mulyati
lanjut ya Thor dan semangat 💪💪💪👍
Putri vanesa
Ih makin penasaran kk
Ira Adinata: update tiap hari. stay tune aja 😄
total 1 replies
heri mulyati
lanjut Thor 💪💪💪
Ira Adinata: siap 💪
total 1 replies
heri mulyati
saya suka
Lovely Shihab
lanjut thor
Ida Saputri
belum ada kelanjutannya
Ira Adinata: lagi diketik
total 1 replies
gaby
Ga sudi menyentuh tubuh wanita yg pernah di sentuh pria lain maksudnya apa y?? Apa kalo Arum msh perawan dia mau nyentuh?? Itumah namanya bkn psikopat tp penjahat kelamin.
Ira Adinata: bisa iya, bisa enggak, tapi tujuan utama Yudis tetep membunuh Arum. penjahat kelamin? kenalan dululah sama Ted Bundy, psikopat yang memerkosa dan membunuh banyak perempuan.
total 1 replies
gaby
Aq baru gabung thor, tp knp dah lama ga up y?? Apakah novel ini berhenti gitu aja, ga mau di lanjutin lg??? Suka kecewa baca novel on going yg tiba2 hiatus
Ira Adinata: ini novel baru, sayang. novel hororku udah tamat bulan September lalu 😅
total 1 replies
ℍ𝕒𝕟𝕚 ℂ𝕙𝕒𝕟
Bener" psikopat sih Yudis, merinding lihat kelakuannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!