Gara-gara mengerjai sistem, Gabrielle van Kohen dikerjai sistem!
Berawal dari ketidakpuasan, seorang penulis novel online mengacaukan format pesan pengajuan misi kepenulisan dan berakhir di dunia novel yang ditulisnya sendiri.
Nama tokoh: Jian Yue
Nama pena: Penulis Keparat
Judul buku: Almighty
Popularitas: Nol koma~
"INGIN POPULER TINGKAT DEWA? JADILAH AUTHOR DEWA!" ~Sistem Editor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
Apakah dia baik-baik saja?
Bagaimana keadaannya sekarang?
Memasuki jawatan barunya, Gabrielle tak bisa berhenti memikirkan Bei Tang Moran. Terakhir kali ia melihatnya, pria itu dipapah dua malaikat pelindung menuju kamarnya.
Utusan Langit itu tak memberinya kesempatan meski sekadar berpamitan saat Bei Tang Moran mendadak limbung selagi Utusan Langit membacakan dekret.
Saat Gabrielle baru memanggil, “Moran—”
Kasim Istana menyela gadis itu seraya melayangkan sebelah tangannya ke arah pintu keluar di ujung barisan tentara langit yang berderet membentuk jalan. “Silakan!” katanya, lebih terkesan seperti memerintah dibanding mempersilakan.
Sistem Editor kemudian muncul memperbarui informasi. “Mendapatkan elemen penting! Tempat tinggal pribadi mendukung identitas Anda dalam cerita. Setting dunia ditambahkan: Griya Mutiara Bulan. Poin B ditambah 1000. Total poin B Anda sekarang 51.100.”
Waktu sudah berlalu satu hari sejak Gabrielle digelandang para utusan langit ke kediaman barunya.
Sekarang sudah saatnya memulai dinas resminya di Biro Astronomi.
Kediaman barunya berada tak jauh dari situ, namanya: Yuè Míngzhū Lóu.
Atau sebut saja: Griya Mutiara Bulan.
“Ini adalah aula utama!” Seorang pejabat astronomi memandu Gabrielle berkeliling untuk perkenalan lingkungan. Seorang pria paruh baya berwajah ramah berambut putih dengan kumis dan jenggot tak kalah putih, salah satu dari tiga dewa tetua yang membentuk formasi pada malam perjamuan. Namanya Hóng Xiàn—Benang Merah. Dewa Takdir Bintang Lima yang khusus menangani Jodoh Yang Ditakdirkan. Disebut Kakek Penjodoh.
Dua dewa yang lainnya, Sǐ Wáng—Kematian dan Chū Shēng—Kelahiran, menunggu mereka di tengah aula, dan menyambut Gabrielle, memberikan salam soja.
“Selamat datang, selamat bertugas, Dewi Jian!” sapa mereka bersamaan.
Tiga dewa ini disebut Tridatu atau dewa tiga unsur dari jalinan benang merah, hitam dan putih. Kedudukan mereka setara dengan pasukan elit kekaisaran. Disebut Pejabat Giok.
Sejumlah malaikat bersayap emas dengan senjata tombak, berjaga di beberapa titik di sekeliling aula, bergeming seperti patung emas ksatria.
“Mari, Dewi! Kita lihat ruang kerja Anda!” ajak Dewa Hong Xian.
Biro Astronomi sebenarnya masih termasuk bagian dari Paviliun Reinkarnasi, merupakan departemen yang khusus menangani zodiak atau orakel. Namun lokasinya berada di alam langit, sementara Paviliun Reinkarnasi berada di alam spiritual atau di Langit Di Luar Langit.
Di bawah otoritas Biro Astronomi, masih ada Departemen Perjodohan, Divisi Penulis Takdir, Pusat Data Karma, Mahkamah Pendisiplinan dan Majelis Kematian.
Selain Majelis Kematian, semua departemen lain berada di alam langit. Majelis Kematian berada di dunia bawah atau di alam maut.
Semua jawatan ini, merupakan pintu akses ke alam spiritual. Tanpa melewati pintu akses ini, tidak seorang pun bisa mondar-mandir ke alam spiritual kecuali dewa bahari.
Usai berkeliling, Dewa Hong Xian bertanya pada Gabrielle, “Bagaimana? Sudah bisa mulai bekerja?”
“Apa yang harus kulakukan pertama kali?” Gabrielle balas bertanya. “Dari mana aku harus memulai?”
“Ikut aku!” ajak Dewa Hong Xian bersemangat. Lalu pria itu memandunya kembali ke aula.
Aula itu hanya berupa altar besar berbentuk lingkaran dengan dua belas pilar tanpa atap.
Tiga lapis lingkaran sihir berbentuk cakram mengambang di atas lantai di tengah aula, merah, hitam dan putih. Lingkaran hitam berada di bawah, merah di tengah, dan putih di atasnya. Formasi Tiga Unsur.
Di atas formasi itu, proyeksi Bintang Pengorbanan mengambang seperti bola emas transparan yang terkelupas. Kelopaknya yang mirip kitab gulung bertuliskan: PENGORBANAN, menjuntai ke lantai seperti karpet.
Dewa Si Wang dan Dewa Chu Sheng sudah menunggu di dekat formasi itu.
“Dua kelopak lainnya sudah merekah, tapi belum terkelupas!” Dewa Chū Shēng membuka pembicaraan. “Biasanya, kami menunggu sampai Telur Kosmik menetas, baru memulai penelitian.”
Oh?! pikir Gabrielle. Jadi, Biro Astronomi di alam langit juga lembaga penelitian?
“Meski Biro Astronomi dikenal sebagai pusat nubuat, sebenarnya kami hanyalah penerjemah!” Dewa Chū Shēng melanjutkan. “Yang betul-betul bisa meramal seperti Dewi Jian, belum pernah ada sebelumnya.”
“Jadi?” Gabrielle mengangkat satu alisnya dengan sopan.
“Jadi kami belum tahu cara kerja ramalan!” timpal Dewa Chu Sheng. “Bagaimana menafsirkan yang tidak terlihat?”
Ternyata begitu! gumam Gabrielle dalam hatinya. Dengan kata lain, dewa juga butuh bukti untuk percaya! pikirnya sinis.
“Jadi aku harus bagaimana?” tanya Gabrielle setengah mengeluh.
Ketiga dewa tetua itu langsung terdiam, saling bertukar pandang satu sama lain.
“Begini saja!” usul Dewa Si Wang setelah sejenak terdiam. “Kita bekerja dulu berdasarkan kualifikasi masing-masing. Dewi Jian, tulis saja nubuat dengan tenang! Kami akan berjaga di sini sambil mengamati perkembangan.”
Bukankah ini sama saja dengan menganggapku tak ada? rutuk Gabrielle dalam hatinya. Bekerja berdasarkan kualifikasi masing-masing? Sekelompok rubah tua ini ingin mempermainkanku!
“Hao!”~Baik! jawab Gabrielle bernada menantang. “Menuliskan nubuat, kan? Akan kulakukan!” tandasnya sambil berbalik dan bergegas menuju ruang kerjanya. Takut apa? pikirnya tak sabar.
Menuliskan nubuat artinya menuliskan ramalan. Bagi Gabrielle itu sama saja dengan menulis ulang kerangka cerita yang telah dibuat Bei Tang Moran.
Tak sampai seharian, ia sudah menyelesaikan garis besar cerita kehidupan protagonis pria dan wanita.
Keesokan harinya, ia sudah menghadap ke istana.
Dengan tenang dan strategi cerdik bak pemain catur yang berpengalaman, ia menghabiskan setengah jam berikutnya untuk menjelaskan karakteristik figur yang sedang mereka nantikan, kemungkinan yang akan terjadi, segala sesuatu yang perlu dipertaruhkan untuk mencegah kemungkinan buruk, konsekuensi jika terjadi kegagalan dan manfaat yang bisa diperoleh jika misi tersebut sukses, dan tentunya mengapa semua hal menyebalkan yang ia jelaskan itu dianggap cukup penting.
“Misi kita adalah mengubah akhir cerita!” Gabrielle memberi kesimpulan setelah penjelasan panjangnya.
Kesimpulan itu dibutuhkan untuk para pejabat langit yang telah memelototi terlalu banyak berbagai macam fakta yang ia sodorkan.
“Wángxià!”~Yang Mulia! Dewa Si Wang menginterupsi. Ia melangkah ke tengah gang antara barisan para pejabat yang berderet dari depan pintu hingga ke dasar tangga singgasana, lalu membungkuk ke arah kaisar. “Telur kosmik belum menetas sepenuhnya. Nubuatan Dewi Jian sebelumnya belum terbukti. Dua kelopak lainnya belum terbuka. Nubuatan Dewi Jian kali ini tidak mendasar. Terlalu gegabah!”
“Terlalu gegabah?” sanggah Kaisar. “Bukankah kau bilang masih ada dua kelopak tersisa yang meskipun belum terbuka, kelopaknya benar-benar tiga? Di bagian mana nubuatannya yang tidak mendasar?”
“Benar juga! Bukankah sebelumnya Dewi Jian telah mengungkapkan garis takdirnya terdiri dari tiga unsur?”
“Iya! Tiga kelopak artinya tiga unsur!”
Seisi ruangan menggumam rendah seperti lebah sedang gelisah.
“Dewa Si Wang! Kau jangan lupa!” Kaisar mengingatkan. “Aku sendiri yang menganugerahinya gelar Dewi Takdir Bintang Empat. Bukan semata karena dia memenangkan sayembara. Tapi karena Dewa Agung sendiri memastikan dia bisa meramal. Sekarang kau meragukannya, apakah kau menyalahkanku, atau meragukan penilaian Dewa Agung?”
“Hamba tidak berani!” Dewa Si Wang serentak menjatuhkan dirinya dan tersungkur di lantai.
Para pejabat lainnya ikut tersungkur. “Yang Mulia jangan marah!”
“Hffffffttt!” Diam-diam Gabrielle membekap mulutnya, menahan tawa.
Bersamaan dengan itu, di Wisma Swarloka…
Semburat cahaya putih melesat dari luar angkasa, seperti meteor, mendarat di pekarangan kediaman Putra Mahkota.
WUUUSSSSHHH!
Pintu paviliun terbentang membuka, mengusik Tian Fu Yi di ruang bacanya. “Sia—”
GREP!
😜😜😜
Semakin cantik, semakin berbahaya...!!!
Kecewa, ternyata masih "berpakaian"...
/Drool//Drool//Drool/
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
🌟🌟🌟🌟
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
😅😅😅
🔥🔥🔥🔥🔥
Ternyata Dewa itu berasal dari TELUR, lalu menetas...!!!
😅😅😅
💥💥💥💥💥💥💥💥💥
😅😅😅
Saya dianggap "penjahat" , padahal "mereka" yang penjahat sesungguhnya...
😅😅😅
Seperti agak kenal...???
Siapa dia sebenarnya ???
Dia hanya TERPESONA ....!!!
Susah ngelewatin yang bening-bening...