Hot Duda Mafia

Tiga dari sepuluh orang yang menahan Ariella

tumbang.

berguling ke lantai, tetapi salah satu dari mereka

Gadis itu tersentak, langsung dilepaskan, ia segera menangkapnya lagi. Ya, itu pria yang tadi menyakiti Ariella.

"Mereka orang-orang Rutherford!"

"Sialan! Kita harus pergi, sekarang!"

Tetapi mereka tidak akan bisa pergi jauh, sebab Carlton Rutherford sudah menyuruh anak buahnya mengepung tempat itu, dan dia maju sendirian sambil menodongkan glocknya. Orang-orang itu menembaki Carlton, pria itu langsung bersembunyi di balik tembok, tidak menemukan Tora atau siapa pun di sana.

Carlton yakin saat itu Ariella tidak berkerja untuk Tora. Tahu bahwa gadis itu jujur dengan yang dikatakannya.

Ariella menyadari yang datang adalah

orang-orang Carlton.

Untuk yang ketiga kalinya, pria itu datang untuk Ariella. Padahal Carlton tidak lebih baik dari mereka. Ariella harus pergi dari sini, ia tidak ingin sampai didapatkan oleh Carlton karena pria itu pernah mencoba memerkosanya hanya karena ia dicurigai bekerja untuk Tora.

"Jangan menembak lagi atau akan kubunuh gadis ini!"

Carlton menyahut dengan nada dingin dan kejam. "Bunuh saja, aku tidak peduli."

Orang yang menyandera Ariella menggeram.

"Mustahil kau tidak peduli, kau mencoba melindunginya sebelum ini, dan ini yang ketiga kali! Jangan menembak atau akan kuhancurkan kepalanya!"

Bibir Ariella bergetar saat moncong pistol orang itu ditempelkan ke pelipisnya.

"Biarkan aku pergi dari sini!" Pria itu menjadi panik, dan Ariella disentak agar ia berjalan lebih dulu.

"Jalan, sialan!"

Maka gadis itu berjalan sambil menangis. Dua orang anak buah pria itu berada di kanan kiri mereka.

"Menembak sekali saja kau akan menyesal!"

Dari tempatnya Carlton menahan napas, waspada dalam diam, sebelum ia muncul dan dengan cepat menembak kepala pria yang menyandera Ariella. Darah meledak, mengenai wajah Ariella dengan cairan merah bercampur serpihan otak.

Dua peluru lain melubangi kepala orang-orang sisanya, mereka langsung saja sudah terkapar di lantai.

Ariella menjerit histeris.

Carlton muncul beberapa detik kemudian, berdiri di hadapan Ariella yang shock.

Ekspresi di wajah Carlton sangat marah saat ia melihat dada Ariella terbuka karena blusnya yang sobek.

Ariella linglung, Carlton meraih tangannya dengan kasar.

"Kau akan ikut denganku mulai sekarang!"

"K-kau pembunuh!"

Alis Carlton terangkat sengit.

"Itu bukan hal baru bagiku, Nona."

Ariella sangat ketakutan. Benar-benar ketakutan pada Carlton.

"Tidak, aku tidak akan ikut denganmu. Kau pembunuh! Tidak!"

"Kau yang akan mati jika aku tidak menembak mereka, Gadis Sialan!"

Ariella berusaha melarikan diri, tapi Carlton dengan segera menangkapnya, dan pria itu mengangkatnya seperti seseorang mengangkat sekarung beras.

"Bereskan sisanya!" Perintah Carlton pada anak buahnya.

**

Ariella tidak dapat berpikir, satu-satunya yang ia inginkan hanyalah pergi melarikan diri, tetapi ia bahkan tidak bisa pergi kemana pun saat Carlton Rutherford mengangkatnya dengan mudah seperti membawa sekarung beras.

Tubuhnya terasa lemah, pikirannya berkecamuk antara ketakutan, kebencian, dan keputusasaan.

Darah yang berceceran di lantai rumahnya masih segar terasa di hidungnya. Ariella merasakan mual yang begitu hebat, lalu ia muntah di punggung pria itu.

Carlton menggeram, menurunkannya. Pria itu melepaskan jas yang ia pakai lalu melemparkannya begitu saja, membiarkan Ariella membungkuk ke atas rumput dan muntah di sana.

Setelah gadis itu muntah-muntah, Carlton segera meraihnya lagi. Mencengkeram pergelangan

tangannya sangat kuat.