“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Bisa Aku Mempertahankan, Abraham?
Perasaan Alea berkecamuk, sudah banyak bayangan buruk yang menari-nari di kepalanya.
‘gadis licik itu kembali pasti ingin merebut Abraham darimu’ kata-kata yang diucapkan Nyonya Kim kembali melintas membuat Alea semakin takut. "Apa bisa aku mempertahankan, Abraham!"
Saat sedang termenung dengan pikiran kisruh, Alea mendapati ponselnya berkedip menandakan ada pesan masuk. Dengan sigap, wanita ini langsung membuka pesan yang sudah pasti dari Abraham karena ia memberikan notifikasi khusus pada pesan yang dikirim lelaki itu.
(Malam ini aku tidak pulang)
Satu baris pesan singkat, Alea langsung menghela nafas. Ini sudah sering kali, lelaki itu lebih banyak menghabiskan waktu diluar entah karena pekerjaan atau ia malas pulang karena ada Alea. (Ok) Alea membalas seperti biasanya, tidak pernah bertanya, kenapa! Atau kapan bisa pulang.
“Nyonya, ada pesan dari rumah besar, Tuan Liam.” Seorang pelayan wanita yang berseragam rapi menyampaikan pesan dengan sangat hati-hati.
“Ada apa?”
“Nyonya Liam, besok meminta Anda untuk berkunjung.”
“Dengan Abraham juga?”
“Tidak, beliau meminta Anda datang seorang diri.”
Alea mengangguk, “Baik, aku akan datang.”
Sudah pasti harus datang, karena pesan yang diterima dari Keluarga Liam adalah perintah yang tidak bisa dibantah untuk, Alea.
Keesokkan harinya.
Alea datang diantar sopir Vila Mars, berbeda saat ia datang bersama Abraham. Tidak ada satu orang pun yang menyambut kedatangannya, semua acuh menganggap jika Menantu Keluarga Liam ini adalah orang asing yang tidak penting.
“Nyonya Muda! Anda datang!” Kepala pelayan terkejut melihat kehadiran Alea, sebelumnya ia tidak di konfirmasi jika Menantu Keluarga Liam akan datang.
“Iya, Mama yang memintaku datang.”
Ekspresi kepala pelayan berubah, sejenak ia melirik ke arah dapur lalu kembali menatap Alea dan berkata, “Nenek Rossela, sedang melakukan pengecekkan kesehatan di Rumah Sakit.”
“Aku....”
“Kakak Ipar, kamu sudah datang!”
Ameera Wiliam, adik satu-satunya Abraham menyela, dengan semangat gadis ini mendekati Kakak iparnya.
“Nona Ameera….”
“Sudah kamu pergi, Kakak Ipar biar aku yang urus,” Ameera tentu mempunyai maksud khusus mengusir kepala pelayan, karena ia salah satu oknum yang tidak menyukai Alea menjadi bagian dari Keluarga Liam.
“Ameera, ada apa?” Tanya Alea dengan pelan.
“Tidak ada, mama hanya mengundang kamu, karena ada yang ingin kami tunjukkan.” Ameera berkata sambil mencengkram kuat pundak Alea yang kecil.
Tunjukkan!
Perasaan Alea gelisah. Adik Iparnya ini sering membully dirinya, tidak menutup kemungkinan Ameera akan melakukan hal yang sama.
“Ayo! Ikut aku!”
Dengan kasar, Ameera menarik tangan Kakak Iparnya, tidak ada kelembutan atau rasa hormat untuk Kakak Ipar. Karena itu tidak penting.
Alea mematung kakinya bergetar dan terasa lemas, dua bola mata yang sayu dan terlihat lelah menatap dua wanita cantik yang sedang duduk di meja makan.
Itu Nyonya Liam dan satunya Jessika.
Kemarin ia melihat gadis itu di majalah dan sekarang dia melihat secara nyata, Jessika sangat bersinar dan cantik tidak salah jika ia dijuluki super model yang sempurna.
“Alea!”
Jessika melambaikan tangannya, menyapa wanita yang diklaim sebagai perebut kekasihnya tiga tahun yang lalu.
“Jangan diam saja, Jessika sudah sangat baik mau menyapamu.” Ameera mendorong Alea yang diam saja.
“Ameera apa yang kamu lakukan….”Jessika yang ingin berperan sebagai gadis berhati malaikat berlari kecil, membantu Alea yang hampir terjatuh karena ulah Ameera.
“Alea, kamu tidak apa-apa?”
Alea menepis tangan Jessika yang mengusap-usap pundaknya, “Aku tidak apa-apa.”
Nyonya Liam yang menonton tidak bermaksud menegur Putri bungsunya, justru ia bangga dengan apa yang dilakukan Ameera. “Cepat duduk, kita makan bersama.” Ajaknya.
Tapi nyatanya ini bukan acara makan bersama, melainkan, fakta yang sedang dipertontonkan Nyonya Liam. Jessika sudah kembali. Seharusnya Alea sadar dan tau diri.
“Jessika, apa kamu sudah bertemu, Abraham?” Tanya Nyonya Liam, dengan ekor mata yang ia sorotkan pada Menantunya.
“Belum. Bibi, sebenarnya aku takut bertemu Abraham.”
“Apa yang kamu takutkan, Abraham pasti sangat senang dengan kepulanganmu. Bagaimana jika Bibi yang mengatur pertemuan kalian?”
Jessika melirik Alea yang sedang tertunduk, menatap piring dan sendok di meja. “Alea, apa kamu tidak keberatan?”
“Apa yang membuatnya keberatan, dia tidak punya hak apapun pada Kak Abraham,” sela Ameera, “Wanita licik yang memanfaatkan kelemahan Kak Abraham sampai bersedia menikahinya, tapi pada akhirnya dia tidak bisa melahirkan keturunan untuk Keluarga ini,” sambung Ameera.
“Ameera, kamu tidak boleh bicara seperti itu,” timpal Jessika, dengan mimik wajah penuh iba saat melirik Alea.
Alea yang tidak tahan, meremas kuat ujung gaun yang ia pakai, ia mengangkat wajah menatap Ameera dan Nyonya Liam yang sedang senyum-senyum. Ameera yang di tatap tentu tidak terima, dari bawah meja, gadis ini sudah menyiapkan sesuatu yang ingin ia gunakan untuk mencelakai Alea.
Tapi….
“Nyonya Muda, Tuan Muda sudah kembali di Villa Mars. Sebaiknya Anda pulang sekarang,” Kepala pelayan datang dan secara tidak langsung menyelamatkan Alea dari bahaya.
Alea langsung bangun dari duduknya, lelaki itu pasti marah jika pulang, tidak ada dirinya di Villa, “Ma, aku permisi,” pamit Alea dan langsung pergi mengikuti kepala pelayan.
“Nyonya Muda. Di masa depan, jika Nyonya Liam meminta Anda datang seorang diri, mohon abaikan saja,” kata kepala pelayan seraya membuka pintu mobil untuk Alea.
Alea tidak ingin bertanya kenapa, “Aku mengerti. Terima kasih.”
Villa Mars
Abraham berdiri menjulang di depan pintu dengan kedua tangan yang ia selipkan di saku celananya.
Lelaki ini masih mengenakan pakaian kemarin, setelan jas hitam dengan kemeja putih. Dia tampan dan sangat menawan tapi wajah beku menutupi ketampanan itu. Alea berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk, tidak ada keberanian untuk mendongak, menatap wajah tampan yang menjadi pujaannya sejak dulu.
“Apa tujuanmu datang kesana?”
Maksud Abraham, datang ke rumah besar Liam.
“Mama yang memintaku untuk datang.”
Abraham mendengus, “Lalu, apa yang kamu dapatkan?”
Dia pasti sudah tau kan!
Dengan keberanian yang ia kumpulkan, Alea mengangkat wajahnya menatap Abraham, “Abraham, Jessika kembali,” katanya.