Mereka bertemu dalam tujuan masing-masing. Seperti kata temannya dalam hubungan itu tidak ada perasaan yang dipertaruhkan hanya ada profesionalitas semata.
Bersama selama tujuh bulan sebagai pasangan suami-istri palsu adalah hal yang mudah pikir mereka. Tapi apakah benar takdir akan membiarkannya begitu saja?
"Maksudku. Kita tidak mudah akur bukan? kita sering bertengkar dan tidak cocok."
"Bernarkah? tapi aku merasa sebaliknya."
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Munculnya Ide Gila
Baswara menatap jauh keluar dari kaca mobilnya, di seberang jalan terdapat restoran favorit seseorang yang setiap bulan selalu mereka kunjungi bahkan apa makanan favorit dan bagaimana ekspresi wanita itu ketika memakannya masih tergambar jelas dibenak pria itu.
Dari semenjak kuliah mereka bersama, berteman akrab hingga memutuskan untuk menjalani hubungan yang lebih serius. Cinta pertama Baswara yang masih dia rasakan sedikit kenangan manis tertinggal dan agak samar, mungkin jika dulu dia akan mati-matian menunggu wanita itu untuk kembali pulang padanya namun kini dia telah sadar bahwa dunianya berjalan dengan baik meskipun tanpa wanita itu di sisinya.
Suasana rumah Baswara tidak berbeda jauh dengan ruangan di hotel tempat dia bekerja, penuh dengan aura suram dan tidak ada rasa sukacita di dalamnya begitulah kata Jona waktu lalu dia menginjakkan kakinya di sana, rumahnya cukup luas lengkap dengan perabotan minimalis serta di belakang ada halaman luas tempat di mana biasanya keponakan kecilnya puas bermain, hanya sesekali karena pada dasarnya dia benci suasana ramai.
Setelah mandi Baswara bergegas mencari baju untuk tidur di dalam lemari, sembari mengeringkan rambutnya yg basah dengan handuk matanya jatuh pada sebuah kotak yang terletak di sudut bawah lemari, kotak berwarna kuning.
Baswara ragu dan meraih kotak itu, setelah berpakaian lantas dia duduk di ranjangnya dan perlahan membuka kotak itu, munculah kembali kenangan lama. Banyak benda-benda kenangan dia dan wanita itu. Baswara meraih sebuah sapu tangan putih bermotif bunga dengan pinggiran dihiasi renda, pikirannya tiba-tiba jauh menerawang kembali ke masa itu.
10 September 2010
Baswara muda tampak berlari kencang menembus kerumunan orang-orang yang melintasi koridor itu. Di pundaknya tas ransel coklat bergantung mantap, rambutnya agak panjang tampak berkibar-kibar mengikuti ritme tubuhnya, penampilannya tampan dan segar dengan kemeja kotak-kotak hitam merah dipadu dengan celana hitam bisa dibilang dia cukup mengikuti tren berbusana pada jaman itu.
"Permisi, tolong minggir beri jalan," ucapnya sembari menerobos kerumunan orang didepannya yang sedang menyaksikan sesuatu.
Tepat di bawah sana terlihat sahabat karibnya sedang duduk terpaku bersender ke dinding, wajahnya tampak sedih dan menahan rasa malu Axel Wargen nama pria muda malang itu.
Pemuda jakarta yang memiliki darah amerika dari sang ayah, wajahnya tampan dan tubuhnya tinggi namun reputasinya terbilang cukup buruk karena sering bergonta-ganti pacar.
Baswara meraih tubuh Axel hingga dia berdiri dan menariknya meninggalkan orang-orang yang menatapnya dengan geli, "Kali ini siapa lagi yang jadi korban ?" tanpa perlu dikatakan lebih lanjut Baswara sudah tau bahwa temannya ini baru saja ditolak.
Ya, petualangan cinta Axel mungkin terbilang sukses karena berhasil mendapatkan beberapa perempuan cantik dan populer dikampusnya tapi ada juga yang gagal dia dapatkan dan ini justru menjadi berita hits karena itu berarti ada wanita waras yang mampu menolak mahluk setampan Axel.
"Apa kau benar-benar ingin tau, atau hanya sekedar basa-basi? Karena sumpah aku tidak ingin dengar apapun pendapatmu tentang ini."
Baswara merangkul bahu temannya dengan sedikit senyum nakal di wajahnya, "Oh tentu aku tidak bisa berpendapat apapun tentang itu, karena kau sudah tidak tertolong Ax, ayolah katakan siapa orangnya. Kau tau kan setiap kali kau ditolak maka sudah pasti semua orang penasaran dengan perempuan yang menolakmu." berbanding terbalik dengan temannya.
Axel memasang wajah kusut kini tampak mulai kembali ke dirinya yang normal saat dia melihat seorang perempuan yang sedang ada di seberang gedung duduk di taman membaca buku, seketika itu Axel langsung menarik tangan Baswara menuju ke tempat perempuan itu berada.
"Hai," ucap Axel yang tampak tidak terganggu dengan sikap acuh lawan bicaranya.
"Dia pasti tidak mau diganggu, ayo kita pergi," ucap Baswara sembari mengamati sosok perempuan yang duduk membelakanginya, lalu sekejap dia menyimpulkan bahwa perempuan ini adalah subjek yang mereka bicarakan dari tadi.
Tiba-tiba perempuan itu menoleh kearah Axel sambil menghela nafas dan berdiri merapikan bukunya tanpa sepatah kata dia berjalan pergi dan melewati Baswara, mereka bertemu pandang perempuan itu memandangi wajah Baswara lalu dengan cepat mengalihkan pandangan kejalan di hadapannya.
"Dia pasti menyesal. Aku yakin, mungkin aku harus merubah taktik lain, bukan begitu? Benar! Aku akan memikirkannya nanti. Ayo kita ke kantin Bas," ucap Axel sembari pergi dengan langkah gontai.
Di sisi lain Baswara yang masih tertegun memandangi punggung perempuan itu tiba-tiba sadar bawah tidak jauh dari kakinya ada sebuah sapu tangan putih terjatuh, Baswara mengambilnya dan buru-buru memasukkannya kedalam kantong celananya.
Baswara menghirup sapu tangan itu, samar-samar masih ada aroma yang tertinggal di sapu tangan yang sudah bertahun-tahun berada di dalam kotak, aroma dari seseorang yang sangat disayanginya.
Dulu, dia yang meninggalkannya empat tahun yang lalu dan menoreh luka dalam di hati Baswara, seseorang yang namanya tersulam rapi di ujung sapu tangan itu Hany Biru Kirana.
Waktu menunjukkan pukul jam sembilan malam, di luar tampaknya hujan mulai turun membasahi pokok pohon yang baru ditanam Baswara seminggu lalu, tiba-tiba suara bel pintu berbunyi siapa yang bertamu malam-malam begini ? pikirnya. Bukan Axel namanya kalau tidak memberikan kejutan yang tidak dinanti.
"Tadinya aku akan mengunjungi Nico di klubnya ada pesta ulang tahun pacarnya, dia mengundangku datang sepertinya kau juga. Tapi tiba-tiba aku teringat sesuatu yang jauh lebih penting makanya aku mampir," ucapnya sembari mencari sesuatu untuk bisa dia nikmati dari dalam lemari es milik temannya itu.
"Jika itu bukan hal yang benar-benar penting, aku akan membunuhmu Ax." Axel tampak sangat yakin dan bersemangat dengan apa yang ada dibenaknya.
"Ini menyangkut hidup dan matimu, aku dengar kau dapat restu dari ibumu untuk menikah ya? Wah! aku tidak menyangka kau akan menikah duluan padahal aku pikir sampai setidaknya sepuluh tahun kau tidak akan berada ditahap itu," ucap Axel sambil menyeringai nakal kearah Baswara yang tampak jengah dengan kelakuan sahabatnya itu, bukan rahasia bahwasannya Axel sudah melakukan pertobatan atas dosa masa lalunya.
Kini dia berjanji akan setia dengan satu wanita yang mengikat hatinya yang katanya merupakan momen terindah hidupnya karena mereka bertemu di bawah menara Eiffel.
"Ini hidup dan matiku. Jadi jangan ikut campur Ax lagipula ini bukan restu tapi mandat yang harus dilaksanakan. Aku akan mengurusnya dengan tepat dan cepat," ucap Baswara mantap.
Namun tampaknya Axel pesimis dengan itu, "Bagaiman caranya? Apa kau akan membuat sayembara? Atau membuka lowongan kerja merangkap lowongan istri? Lagipula kau tidak bisa sembarangan mencari wanita asing yang tidak jelas, ini menyangkut reputasi, bukan hanya dirimu tapi seluruh keluargamu." Baswara tampak merenung sejenak.
"Itu hal yang mudah. Sudahlah aku akan mengurusnya nanti." Tiba-tiba mata Axel tampak berbinar, dia seperti telah menemukan ide cemerlang yang dapat merubah tatanan hidup manusia.
"Aku punya ide cemerlang, kau pasti menyukainya Bas. Kujamin ini solusi yang paling aman dan cepat." Entah kenapa Baswara merasa agak sedikit khawatir dengan apa yang baru saja didengarnya, karena sebagian besar ide-ide cemerlang Axel selalu berakhir gagal maka dari itu dia enggan mencobanya.
"Haruskah aku mendengarnya?" ucap Baswara tidak tertarik.
"Lakukan kawin kontrak. Dengan batas waktu tertentu, ikatan tanpa perasaan dan sikap profesional dari pasanganmu maka ini solusi yang paling tepat! Kau harus memujiku untuk ide cemerlang ini Bas," ucap Axel dengan wajah bahagia sekaligus bangga.
Baswara menatap Axel dengan takjub tak lupa dia memberikan senyum terbaiknya sembari berkata, "Pergi dari rumahku! dasar gila!".