Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelahiran Umar 3
"Kasian suamiku" akupun memijit kepalanya agar dia istirahat. Baru beberapa menit dia langsung tertidur mungkin karena beberapa hari ini dia tidak bisa tidur dengan baik maka nya dia langsung pelor seperti itu. Aku memasang bantal bertingkat untuk menghalangi dan memberi jarak antara ayah dan anak itu karena suamiku kalau tidur berantakan. Takutnya nanti dia malah menindis anaknya.
Setelah itu aku keluar kamar untuk melihat ibu mertua dan mertua serta ayahku. Ternyata beliau ada diluar halaman sambil memetik buah pepaya dibantu dengan bapak mertuaku. Melihat pemandangan indah tersebut aku pun tersenyum.
"Alhamdulillah mereka sangat akur dan saling menghormati satu sama lain". Ucapku pelan.
Keesokan harinya ayahku pun pulang dengan keluargaku, keluarga besarku datang, tante dan om, kedua adikku serta sepupuku juga datang. Kalian tau barang yang mereka bawah lumayan banyak untuk keponakan pertama mereka belum lagi amplop yang diberikan katanya kiriman dari keluarga lain untukku yang dititip melalui tante karena mereka tidak bisa datang maklum mereka berada diluar provinsi dan daerah. Tante dan om yang satu ini memang royal membantu keponakannya, apalagi aku dan adik perempuan ku adalah keponakan kesayangan mereka. Begitupun dengan om dan tante ku yang lain.
Sebelum ayahku pulang beliau memberikanku uang lumayan untuk keperluan ku selama disini. Dan dia bahkan pergi membeli popok untuk anakku sebanyak 3 bal dengan berbeda ukuran setiap bal nya berisi 1 lusin popok ada ukuran S, M, L. dan susu menyusui untukku 2 dos besar sangat cukup untuk melancarkan asi bahkan beliau juga membelikanku banyak buah serta cemilan, belum lagi perlengkapan mandi dan pengharum untuk si Bayi. Dia pergi berbelanja bersama suamiku sore hari setelah kami berada dirumah ke minimarket besar di pusat kota. Aku dan mertuaku hanya bisa melongo melihat belanjaannya.
"Astaga ayah kenapa belanjanya banyak sekali. Mau diapakan itu semua ayah??". Tanyaku saat sudah kembali dari keterkejutan ku.
"Untuk cucuku dan anakku lah, Ini susu dan buah untukmu supaya asinya bagus dan sehat. Kamu juga harus makan banyak sayur supaya lancar". Aku menghela nafas, bukan tak bersyukur tapi ini terlalu berlebihan.
Popok dan seluruh yang dibeli ini sangat cukup setahun bahkan lebih. Aku merasa terlalu merepotkan ayahku belum lagi dia sudah memberiku uang yang sangat lumayan katanya untuk pegangan.
Aku takut suamiku dan orang tuanya malah minder melihat apa yang dilakukan orangtuaku kepadaku.
"Maklum ya pak, buk soalnya saya sangat senang karena ini adalah cucu pertama yang sangat saya tunggu apalagi, anak nakal ini susah sekali diberi uang, dia selalu menolaknya, baru kali ini dia mau mengambil nya. Mumpung dia mau mengambil nya jadi ya beginilah", ucap ayahku dengan senyum Pepsodent...
Kamarku penuh dengan barang pemberian dari keluarga besarku ditambah dengan pemberian dari ayahku begitupun dengan Dana yang diberi juga sangat lumayan itulah sebabnya menjadi pegangan ku sampai suamiku mendapat pekerjaan. Sebenarnya aku ingin menggunakannya untuk haqiqah sikecil, tapi keadaan ekonomi ku sedang dibawah, makanya aku tidak mengadakan acara haqiqah.
Setelah ayahku pulang kedua mertuaku menghampiri ku dengan wajah sendu mungkin mereka tidak enak karena tak memberikan apapun kepadaku.
"Kami minta maaf ya nak keluarga besar kami tidak memberikan hadiah seperti keluarga besarmu".
"Tidak apa ma, To mereka juga datang menjenguk dan memberikan uang saat datang kan samami itu hadiah".
"Tapi itu seperti pannyori nak yang harus dibayar berbeda dengan keluargamu". Ucap mama mertuaku.
"Tidak apa ma, Tapi mama saja yang kerumah sakit menjenguk mereka karena kan mama tau sendiri kondisiku".
"Iya nak kalau mama ada uang kami pasti kesana. Membayar apa yang mereka kasih".
"Tidak perlu ma kalau ada yang melahirkan beritahu saja padaku berapa yang disumbangkan kemaren sama mereka aku akan memberikannya sama mama".
Setelah beberapa hari menjadi ibu Aku selalu terbangun malam hari karena si anak soleh selalu bangun. Aku selalu berusaha memberikan asi yang baik dan rutin kepada anakku walaupun keluarnya tidak banyak mungkin karena faktor pikiran makanya asi ku seret. Walaupun ada pegangan tapi jika tidak ada pemasukan pasti akan habis.
Ya pekerjaanku bertambah, hanya saja sekarang suamiku lah yang menyapu halaman dan menjemur pakaian sambil membantu orangtuanya disawah dan kadang dia juga pergi bersama temann dan om nya untuk melamar pekerjaan karena suamiku lelaki tak tau jalan, maklum dia anak introvert yang sangat senang jika tinggal dirumah daripada kelayapan tidak jelas.
Walaupun Introvert dia memiliki banyak teman. Kami berdua memang pasangan introvert yang jarang keluar rumah tapi kami bisa gampang akrab dengan orang lain hanya saja kami memang tipe orang malas keluar rumah jika tidak ada yang penting,
Aku malas keluar berkumpul dengan tetangga apalagi Ibu-ibu karena pasti ujung-ujungnya menggibah orang lain lagi. Aku selalu berpikiran aku manusia banyak dosa kalau keluar rumah dan berkumpul dengan para tetangga yang ada dosaku akan lebih banyak lagi.
Jika ditanya aku akan menjawab semampuku tapi jika tidak maka aku akan diam saja dan tak mau ikut serta dalam forum menjelekkan orang lain. Bahkan jika itu keluarga suamiku sekalipun aku hanya menanggapi seadanya jika berurusan dengan masalah orang lain berbeda jika berhubungan dengan perkembangan Si anak Soleh.
Perjalanan kisahku sebagai seorang ibu telah berlanjut hingga 5 bulan lamanya. Anak solehku tumbuh menjadi anak yang menggemaskan walaupun sangat rewel, dia tidak mau dengan orang lain jika tidak begitu mengenalnya bahkan kakek dan neneknya dari ayahnya pun dia tidak dekat mungkin jarang interaksi walau kami tinggal serumah apalagi memang mertuaku jarang dirumah karena adik iparku yang merupakan anak emas itu tengah hamil anak ketiganya, dia juga jarang dekat dengan anakku karena segala sesuatu yang berhubungan dengannya aku yang langsung menangani tanpa meminta bantuan dari para mertuaku. Berbeda ketika dia bersama abutua nya. Kakek dari pihak ku, dia sangat dekat walau jarang bertemu. Entahlah kenapa bisa seperti itu.