Judul: The Fatalis
Nazzares, pemuda dengan mata merah yang dilahirkan untuk memburu raksha, memegang pedang abhiseka sebagai simbol takdirnya. Bersama istrinya, Kandita, yang telah bersamanya sejak usia 15 tahun, mereka menghadapi dunia yang penuh perang, pengkhianatan, dan rahasia yang tak terungkap. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat pada takdir yang penuh kejutan dan plot twist yang mengubah segalanya.
The Fatalis adalah kisah aksi, intrik, dan pengorbanan yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jack The Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nazzares vs vitjendra
Dua bulan berlalu sejak saat pertama kali nazzares berlatih dengan guru vitjendra. Nazares mendapat kabar jika guru vitjendra akan kembali ke desa gousan untuk menyelesaikan urusan nya.
Nazares yang sudah menunggu sembari berlatih untuk menghadap gurunya dan membuktikan kalau sekarang dia pantas diakui sebagai fatalis seutuhnya.
Saat dia berlatih mengasah berpedangnya dari kejauhan nazzares merasakan keberadaan gurunya.
"dia sudah kembali rupanya". Zares yang senang dengan kedatangan gurunya.
beberapa saat kemudian ketika gurunya sampai di tempat latihan..
"hei! zaress" panggil vitjendra dari kejauhan
"guru, aku sangat merindukan mu" ucap sang murid setelah sekian bulan tidak bertemu.
"bagaimana latihan mu dua Bulan terakhir. dalam perjalan kesini aku melihat sebagian tempat seperti bekas pertarungan yang cukup brutal" Jawab sang guru dan bertanya kepada muridnya.
"ya! itu pertarungan ku dengan para raksha yang mencoba menuju ke desa. Ketika aku berlatih sekeras apapun, tetapi tetap saja, aku membutuhkan pengalaman langsung" jawab zares
"dasar monster! Sepertinya kau sudah siap bertarung denganku kan" seketika dia teringat wajah kakeknya zares.
"ya aku sudah siap" zares yang senang karena bisa berlatih bertarung dengan vitjendra karena dia sedikit bosan melawan raksha yang terlalu lemah.
Pertarungan dimulai..
Keduanya sudah siap memasang kuda kuda ditengah hamparan rumput yang dikelilingi pepohonan dan bebatuan beserta angin sepoi sepoi yang menambah suasana tegang diantara dua petarung.
Woooosssshhhh
Zares berlari kearah depan vitjendra dengan sangat cepat. ketika vitjendra mengedipkan matanya tiba tiba pandanganya mulai miring, tanpa disadari zares datang dari arah samping dan mendorong kepalanya kesamping..
"praakk!"
"Gerakan macam apa itu?". vitjendra dengan heran melihat kecepatan nazzares. namun, dengan cepat vitjendra dapat mengimbangi gerakan zares dan beradu pedang denganya.
"Sring, sring, sring, sing, tang"
Mereka beradu pedang dengan sangat cepat. Vitjendra yang melihat kemampuan zares meningkat begitu pesat dia berpikir untuk sedikit menggunakan kekuatanya.
"hei bagaimana kau bisa berkembang sepesat ini dalam waktu kurang dari 3 bulan?" Tanya guru vitjendra ditengah pertarungan
"aku hanya memburu raksha. terus berlatih dan menambah porsinya setiap saat guru" jawab zares sambil menahan tebasan pedang dari gurunya.
Setelah beradu pedang kini keduanya sama sama berdiri dipuncak pohon dengan posisi guru vitjendra berada di pohon yang lebih tinggi.
Guru vitjendra mulai melipatkan tanganya ke dada seperti orang santai. lalu banyak pedang berterbangan di sekitar guru vitjendra. Itu adalah jurus guru vitjendra yang dijuluki kesatria sejuta pedang.
"jadi ini salah satu jurus dari teknik guru. Hebat, aku jadi semangat.?" Zares yang melihat gurunya dengan terkagum kagum.
"bersiaplah muridku" teriak guru vitjendra dari puncak pohon "yaaa..." Menjawab dengan senyuman menyeringai
Lalu puluhan pedang itu pun mulai mengarah ke zares dengan kecepatan yang sangat luar biasa "sring". Zares mulai menghindar dan menangkis pedang yang berdatangan ke arahnya.
"Ting ting ting tang ting tang tong" suara pedang abhiseka yang digunakannya untuk menangkis serangan puluhan pedang dari guru vitjednra.
Sementara itu Kandhita menuju tempat latihan..
"Meow meow, meow..... meow meow meow meow meow.." Suara kandhita sedang bersenandung dalam perjalanan menuju tempat latihan zarres dengan membawa banyak makanan. Dia membawa banyak makanan karena dia tahu dari zares bahwa guru vitjendra akan kembali ke desa hari ini.
Kembali ke pertarungan..
pertarungan semakin sengit. Zares terus berlari meliak liuk diantara sungai dan pepohonan sambil menangkis pedang yang terus mengejarnya.
Dalam kondisi terpojok zarres mulai mengeluarkan teknik mistisnya dan dalam berkelanjutannya pertarungan zares bisa terbang dengan teknik mistisnya.
"Apa?.. dia bisa terbang?" Guru vitjendra yang melihat muridnya sedang menghadapi jurusnya "mengagumkan" ucap guru vitjendra dengan senyumnya.
Lalu zares tiba tiba berhenti dari pelarian nya di atas udara dia melayang menunggu pedang pedang yang mengejarnya menghantamnya.
"Haaa kenapa dia berhenti ditengah jalan" guru vitjendra yang melihat zares "apa yang kau pikirkan?"
Tiba tiba zarres melebarkan telapak tanganya dan mengarahkan tanganya ke pedang pedang yang mengarah kepadanya lalu tiba tiba
"Sring.. Lebb"
perisai tak terlihat menghentikan pedang pedang tersebut.
"Apa?.. hahahahaha" guru vitjendra yang melihat dengan matanya itu sangat kagum dan kaget dan bertanya tanya sebenarnya teknik mistis apa yang dilihatnya sekarang.
Zares mampu menghancurkan semua pedang pedang itu. Lalu, zares mulai memfokuskan teknik mistisnya kedalam pedang abhiseka. Zares memasang kuda kuda akan menebas ke arah guru vitjendra.
"Dia akan menebas? Dari jarak sejauh itu?." Guru vitjendra mulai waspada merasakan aura energi mistis yang meluap luap dari nazzares dan...
"Slaaaaaaaaasssshhhh"
Tebasan mengarah langsung ke arah guru vitjendra. Tanpa pikir panjang dia mengeluarkan pedangnya lalu menahan dan membelokannya ke arah lain.
"Slasshh"
Tebasan zares membuat belahan disepanjang jalur tebasan nya yang dibelokan oleh guru vitjendra tadi.
"Itu terlalu berenergi" ucap guru vitjendra dengan tersenyum karena muridnya sudah berkembang pesat dalam waktu dekat.
Guru vitjendra menembakan pedang ke arah zares namun, dengan cepat zares dapat menangkisnya. Ketika pedang itu berputar didekat zares. dengan mengejutkan..
"Flash"
guru vitjendra bertukar tempat dengan pedangnya (berteleport) lalu senyuman di wajah vitjendra yang sudah bertatap muka dengan zarres. lalu pada akhirnya..
"apa!" nazzares yang kaget dengan tiba tiba wajah gurunya didepan mukanya.
"Bam.. praakkk.. bammm.. aaaaaaaaa.. prakk.. bam.. tang... Tong.. crack.."
Kandhita sudah di area latihan..
"La la la la.. haaa ada apa dengan tempat ini.? Kenapa penuh dengan kerusakan..?" kandhita yang sampai ke tempat latihan terheran dengan tempat yang sudah setengah hancur.
"Hei kenapa kau..? Kenapa mukamu babak belur begitu?" kandhita yang terkejut melihat wajah nazzares penuh benjolan dan lendir hidung yang keluar.
"Hahahahaha" ketawa nazzares sambil menahan sakit.
"Kesini aku sembuhin"
kandhita pun mengeluarkan botol ramuan obat yang selalu dibawanya ketika menemani nazzares latihan.
"kandhita.." sapa guru vitjendra kepada kandhita.
"Oh guru sudah lama tidak bertemu". Jawab kandhita. "Telingamu masih sama guru" kandhita yang memandangi telinga guru vitjendra yang selalu bergerak.
"Haaa.. oi telangku memang tidak pernah berubah" ucap dalam hati guru vitjendra.
"Apakah itu makanan untuku" tanya vitjendra kepada kandhita.
"Tentu daja guru, makanlah yang banyak". Jawab kandhita dengan senyum yang sangat cantik.
"Baiklah.. selamat makan," teriak guru vitjendra dengan semangat.
Ditengah zares dan vitjendra makan, kandhita mulai mengoleskan ramuan ke luka lebam zares dengan lembut. Membuat segel mudra dan mengumpulkan energi mistis lalu kandhita mengarahkan kedua telapak tanganya ke luka zares diwajahnya.
Terlihat cahaya berwarna hijau di kedua telapak tangan kandhita. Dia, telah mahir menggunakan energi mistis untuk pengobatan. Perlahan lebam yang ada pada muka zares menghilang.. "ceeeessssssssss" diikuti asap yang keluar dari luka lebam zares.
"Aduh aduh pelan pelan sayang.. sakit tau" rintihan zares yang menahan rasa sakit.
"Halah.. kamu diem aja" jawab kandhita
Guru vitjendra melihat kemampuan kandhita yang mampu menyembuhkan luka pun terkesan.
"Kau seperti sudah mahir melakukanya" ucap guru vitjendra.
"Terimaksih guru. Aku belajar dari ayahnya zarres, masih banyak yang harus aku pelajari. Kemampuanku, masih jauh jika dibandingkan beliau." Jawab kandhita.
"Usia kalian baru mau menginjak 12 tahun kan..? Akademi akan menerima pelajar baru ketika kalian berumur 16 tahun. Jadi, apakah kalian sudah menentukan masa depan kalian..?" Guru vitjendra yang berbicara sambil mengunyah makanan.
"Aku sudah memutuskannya guru!, setelah aku dan zares menikah kita akan langsung pergi ke ibukota untuk menimba ilmu di akademi majapahit" jawab kandhita
"Masuk akademi majapahit devisi ilmu medis cukup susah karena tesnya. Jika kau mau aku akan memberikan rekomendasi ke kerajaan untuk memasukan mu secara mudah" ucap guru vitjendra yang menwarkan bantuan.
"Terimakasih guru untuk penawarannya. Aku ingin berusaha lebih keras untuk mengukur seberapa jauhnya kemampuanku. Jika memang aku gagal masuk aku akan mencobanya lagi sampai berhasil" jawab kandhita.
"Baiklah.." jawab guru vitjendra dengan tersenyum.
"Ngomong-ngomong guru berapa lama kau akan disini?" Tanya kandhita.
"Satu tahun penuh, ada yang harus aku lakukan di hutan blora ini" jawab guru vitjendra
"Heee.. cukup lama" jawab kandhita dengan senang.
"Ya dalam satu tahun itu aku akan lebih kuat dan meninggalkanmu guru" ucap zares dengan semangat.
"Hahahahaha. Baiklah ini pasti menyenangkan" jawab guru vitjendra dengan tertawa.
Bersambung..