Demi melunasi hutang karena kalah judi, Kanya dijual oleh Haikal pada pria hidung belang hingga akhirnya membuat Kanaya kehilangan mahkota yang selama ini dia jaga. Tak hanya itu saja, kejadian kelam itu ternyata menghadirkan benih di dalam rahimnya.
Tanpa diduga oleh Kanaya, ternyata pria yang sudah merenggut mahkota dan membuatnya hamil adalah ayah dari Dean— pria yang sudah menjalin hubungan cukup lama dengannya bahkan keduanya sudah berniat untuk mengesahkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius.
Bagaimanakah reaksi Dean saat mengetahui jika ayah kandungnya menghamili calon istrinya bahkan berniat untuk menikahi Kanaya sebagai bentuk rasa tanggung jawabnya atas janin yang dikandung oleh Kanaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 - Luka Yang Kembali Menganga
Dean tak dapat memungkiri hati jika ia sangat sakit mendengar informasi tentang wanita yang masih sangat dicintainya saat ini. “Kanaya hamil?” Lirih Dean. Kedua tangannya terkepal erat menahan rasa sakit sekaligus kecewa yang tak bisa diutarakan.
“Dean, maaf kalau informasi yang aku katakan membuat kamu jadi tak enak hati.” Kata Almeer. Seharusnya dia tidak menyampaikan hal tersebut tadi pada Dean.
“Apa kandungannya terlihat sudah besar?” Bukannya merespon perkataan Almeer, Dean justru mempertanyakan hal lain.
Almeer mengangguk pelan. “Cukup besar. Mungkin usia kandungannya sudah menginjak lima bulan.” Balas Almeer menduga.
Napas Dean terasa tercekat di tenggorokan. Ternyata apa yang dikatakan Kanaya saat itu benar. Alasannya meninggalkan dirinya karena ada pria lain yang dipilih Kanaya menjadi pasangan hidupnya.
“Kanaya, apakah ini balasan yang kamu berikan kepadaku setelah semua kebahagiaan yang kita lewati bersama selama ini?” Dean rasanya ingin berteriak. Pertemuannya dengan Almeer pun terasa tidak nyaman karena suasana hatinya yang sedang kacau saat ini.
“Maaf, aku harus pulang lebih cepat.” Kata Dean. Dia tidak bisa memaksa diri terus bersama Almeer dengan kondisi hatinya yang sedang kacau seperti ini.
Almeer mengangguk. Dia mengerti dengan kondisi Dean saat ini. “Dean, aku yakin kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari Kanaya.”
Dean hanya tersenyum miring. Mendapatkan wanita lain? Jangankan untuk bersama wanita lain. Memikirkan untuk mencari wanita selain Kanaya saja Dean tidak pernah. Sampai saat ini, rasa cinta di hatinya masih terpaut pada Kanaya. Entah sampai kapan perasaan tersebut akan hilang dari dalam hatinya. Dean tak dapat memastikannya walau pun ia sudah mendengarkan kenyataan pahit kalau Kanaya sudah bersama pria lain.
Bukannya pulang ke rumah sesuai yang Dean katakan tadi pada Almeer, Dean justru pergi ke pinggir kota dimana terdapat sebuah bukit yang biasanya ia dan Kanaya datangi ke sana.
“Kanaya….” Dean berteriak. Menyebut nama wanita yang sangat dicintainya. Nyatanya, Dean tidak mudah untuk melepaskan Kanaya begitu saja walaupun dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya.
“Kenapa kamu melakukan semua ini kepadaku, Kanaya. Kenapa? Apa semudah itu bagi kamu melupakan semua kenangan kita selama ini. Apa semudah itu kamu mengganti namaku di hatimu dengan nama pria lain?!” Dean kembali berteriak sambil menangis. Sungguh, hatinya hancur sekali saat ini.
Di tengah kesunyian, Dean meratapi hidupnya yang pilu karena saat ini dia benar-benar sudah kehilangan Kanaya. Wanita yang dia cintai sudah bersama pria lain bahkan mengandung darah daging pria lain. Impian untuk hidup bersama dengan Kanaya telah lebur dan tiada tersisa.
Cukup lama Dean menangis. Meratapi nasib cintanya di perbukitan. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, Dean pulang ke rumah dengan keadaan kacau. Matanya yang terlihat sembab, pun dengan rambutnya yang berantakan. Untung saja saat Dean pulang Oma Sarah dan Darius sudah tidur sehingga tidak melihat kondisi Dean yang sangat menyedihkan.
Keesokan harinya, Dean terjaga dengan wajah yang nampak kusut. Pandangannya pun nampak tak bersahabat. Nyatanya, kepelikan hidup bukan hanya ia rasakan di dunia nyata. Bahkan di bawah alam sadarnya sekalipun. Dean bermimpi jika dia melihat Kanaya tersenyum bahagia dengan pria lain sambil menggendong seorang anak kecil.
Keluar dari dalam kamar setelah bersiap-siap pergi ke kantor, Dean disambut oleh Oma Sarah yang sudah menunggu kedatangannya ke meja makan.
“Dean, kamu mau langsung pergi ke kantor? Gak mau sarapan sama Oma dan Papa kamu dulu?” Wajah Oma Kelihatan bingung melihat Dean yang sudah menjinjing tas kerjanya.
“Enggak, Oma. Aku mau langsung ke kantor. Banyak hal yang harus aku kerjakan hari ini karena aku memutuskan untuk berangkat lebih awal ke Malaysia dari waktu yang sudah aku tentukan.”
Oma Sarah tentu saja terkejut mendengar pernyataan Dean. “Kamu serius, Dean? Oma baru aja beberapa hari di sini. Kamu udah mau pergi aja ninggalin Oma!” Oma Sarah terlihat tidak menerima keputusan Dean.
Darius yang baru saja turun dan mendengar percakapan anak dan ibunya dibuat heran. “Dean, apa maksud kamu mau berangkat lebih awal?” Tanya Darius.
Dean menatap datar wajah papanya itu. Semakin hari, wajah Dean semakin terlihat dingin dan tak tersentuh. Dean bahkan tidak bisa bersikap manis walau bersama dengan papanya. Dan kini, wajah Dean terlihat semakin dingin saja setelah mengetahui informasi tentang kehamilan Kanaya.
“Aku memajukan jadwal keberangkatan karena begitu banyak hal yang mau aku kerjakan di sana. Maaf, kalau keputusanku membuat Oma dan Papa gak bisa terima.”
Oma Sarah menatap wajah Darius. Meminta lewat tatapan mata agar Darius membujuk Dean agar tak pergi lebih cepat.
“Biarkan saja Dean pergi lebih cepat, Mah. Dia sudah besar. Dia pasti tahu apa yang terbaik untuk hidupnya.” Kata Darius setelah Dean pergi meninggalkan rumah. Sebagai orang tua, Darius tidak ingin mengekang Dean. Darius membebaskan semua keputusan Dean asalkan bisa membuat Dean merasa lebih bahagia.
***
Teman-teman, mari berikan komentar kalian tentang Dean dan Kanaya, yuk! Apakah mereka lebih baik berpisah atau kembali bersama?😖😔