NovelToon NovelToon
Claimed And Kept

Claimed And Kept

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Cinta Terlarang / Beda Usia / Wanita Karir / Romansa / Office Romance
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Kyurincho

"Aku memang lebih muda darimu, Elea," bisik Darren dengan suara rendah, nyaris berdesir di telinganya. Napas hangatnya menggelitik kulit Elea, membuat tubuhnya tanpa sadar bergetar. "Tapi, aku tetaplah seorang pria normal," lanjutnya, suaranya penuh keyakinan, meninggalkan ketegangan yang menggantung di antara mereka.

***

Darren Alaric Everleigh, pewaris tunggal sebuah perusahaan besar, memutuskan untuk menjalani kehidupan yang berbeda. Menyamar sebagai karyawan biasa, ia masuk ke perusahaan milik keluarganya tanpa seorang pun tahu siapa dirinya sebenarnya. Namun, hidupnya berubah saat ia ditempatkan sebagai asisten Elea Victoria Whitmore.

Elea adalah seorang wanita pekerja keras yang diam-diam menyimpan mimpi besar. Namun, mimpi itu selalu dihancurkan oleh suaminya, Adrian, seorang pria yang tidak pernah mendukungnya. Di tengah tekanan pekerjaan dan pernikahan yang dingin, Elea menemukan kenyamanan dalam kehadiran Darren—seorang asisten muda yang penuh perhatian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyurincho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Beginning of Dangerous Game

Darren menatap Lisa, matanya bersinar dengan kepercayaan diri khasnya. "Aku bahkan berniat lebih dari itu."

Lisa tersentak. "Apa maksudmu?"

"Aku tidak berniat menjadi simpanan siapa pun. Tapi kalau kau bertanya apakah aku serius menyukai Elea... jawabannya, ya. Aku serius. Dan aku tidak akan berhenti di sini," jawab Darren dengan senyum miringnya yang nakal.

Lisa menatap Darren dengan ekspresi campuran antara terkejut dan bingung. "Kau tahu apa yang kau bicarakan, Darren? Dia sudah menikah. Kau akan memperumit hidupnya, hidupmu juga."

Darren menatap Lisa dengan tatapan yang tidak biasa—bukan tatapan polos yang suka bercanda seperti biasanya, tetapi tatapan seorang pria yang sudah memikirkan keputusannya dengan matang. "Lisa, aku tahu apa yang kulakukan. Tapi terima kasih atas kekhawatiranmu."

Lisa menggelengkan kepala, merasa tidak yakin bagaimana harus bereaksi. "Kau gila, Darren. Tapi aku harap kau tahu apa yang kau lakukan."

Darren tersenyum kecil, lalu berkata dengan nada menggoda, "Tentu saja aku tahu. Lagipula, hidup akan membosankan tanpa sedikit tantangan, bukan?"

Lisa menghela napas panjang sebelum meninggalkan Darren. Di dalam hati, dia khawatir. Dia memang tahu pernikahan Elea dengan Adrian tidak harmonis, tetapi itu bukan alasan bagi Darren untuk masuk ke dalam hidup wanita itu dengan cara yang seperti ini.

***

Elea merasa ada yang memperhatikannya. Ia mengangkat pandangannya dan melihat Darren dengan cepat mengalihkan matanya ke layar komputer. Elea mengerutkan kening.

"Darren, kau tidak sedang mengerjakan laporanmu?" tanyanya, suaranya cukup keras sehingga beberapa orang menoleh.

Darren tersenyum, mengangkat cangkir kopinya seolah menutupi rasa malunya. "Aku sedang mencari inspirasi, Elea."

"Inspirasi?" Elea mengulanginya dengan nada skeptis.

"Ya, inspirasi. Kau tahu, kadang melihat seseorang yang penuh dedikasi bisa sangat memotivasi," jawab Darren, matanya berbinar.

***

Kantor Elea begitu sepi malam itu. Suara gemerisik kertas dan ketukan keyboard memenuhi ruang kerja yang biasanya ramai oleh suara telepon dan obrolan para karyawan. Lampu-lampu kantor yang modern dan terang benderang menyorot wajah Elea yang terlihat serius menatap layar komputernya. Sebuah dokumen penting harus selesai malam ini, dan Elea tidak memiliki pilihan lain selain lembur bersama dua rekan kerjanya, Lisa dan Darren.

Lisa duduk di seberang meja, tampak gelisah sambil terus memeriksa ponselnya. Darren, di sisi lain, terlihat lebih santai, bersandar di kursinya dengan senyum iseng di wajahnya, memainkan pena di tangannya. Meski perannya sebagai "junior" seharusnya membuatnya lebih tekun, Darren sering kali terlihat lebih tertarik pada Elea daripada pekerjaannya.

"Aku sudah kirim revisi ke emailmu, Elea," kata Lisa akhirnya, suaranya terdengar tegang. "Tapi aku benar-benar harus pergi. Ibuku baru saja masuk rumah sakit. Aku harus ke sana sekarang."

Elea mendongak dari layar komputernya, alisnya mengerut tanda khawatir. "Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?"

Lisa mengangguk cepat, meski matanya berkaca-kaca. "Dokter bilang tidak terlalu serius, tapi aku harus ada di sana. Aku minta maaf jika harus meninggalkan kalian—"

"Pergilah," potong Elea lembut. "Keluarga lebih penting. Darren, kau bisa mengantar Lisa, kan?"

Namun, sebelum Darren sempat menjawab, Lisa buru-buru menolak. "Oh, tidak perlu. Aku bisa naik taksi." Ia melirik Darren dengan senyum yang menyiratkan sesuatu, dan Darren balas menatapnya dengan ekspresi yang sama. Seperti ada kesepakatan diam-diam di antara mereka, sesuatu yang membuat Elea merasa sedikit curiga.

"Kenapa kalian berdua saling menatap seperti itu?" tanya Elea sambil mengangkat alis, nada suaranya tajam.

"Ah, tidak apa-apa," jawab Darren dengan santai. "Dia hanya... memberi jalan untukku, kurasa." Matanya berbinar dengan godaan, sementara Lisa terkikik kecil sebelum mengambil tasnya dan bergegas pergi.

Setelah pintu tertutup di belakang Lisa, Elea kembali menatap layar komputer, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang muncul dari interaksi singkat itu. Darren, di sisi lain, terlihat semakin nyaman, bersandar di meja kerja Elea sambil mengawasinya dengan penuh perhatian.

"Kenapa kau tidak mau mengantar Lisa?" Elea akhirnya bertanya, memecah keheningan.

Darren tersenyum, kali ini lebih lembut. "Kau lebih membutuhkan aku di sini, Elea."

Elea mendesah panjang, tidak berniat memperpanjang percakapan. Meski begitu, ada sesuatu dalam nada suara Darren—sebuah kesungguhan yang sulit diabaikan. Ia memutuskan untuk tidak menjawab, memilih fokus pada pekerjaannya.

***

Pukul sembilan malam, suara jam dinding menggema di ruangan yang kini hanya dihuni mereka berdua. Elea menggosok pelipisnya, mencoba mengusir rasa lelah yang mulai menyerang. Dokumen di mejanya hampir selesai, hanya tinggal beberapa penyesuaian kecil.

"Kau boleh pulang duluan, Darren," katanya tiba-tiba. "Aku bisa menyelesaikan ini sendiri."

"Dan meninggalkanmu sendirian di sini? Itu bukan aku, Elea," jawab Darren tanpa ragu. "Aku akan menunggumu sampai semuanya selesai. Kalau perlu, aku akan mengantarmu pulang."

Elea mendongak, menatap Darren dengan ekspresi tak percaya. "Mengantarku pulang hanya untuk melihatku bertengkar lagi dengan Adrian? Tidak, terima kasih."

Ada keheningan sejenak setelah itu, suasana menjadi lebih berat. Darren menatap Elea, ekspresinya berubah serius. "Aku tidak mengerti, Elea. Bagaimana bisa kau menikah dengan pria seperti Adrian?"

Pertanyaan itu seperti pukulan. Elea membeku, tangannya berhenti mengetik. "Apa maksudmu?" tanyanya pelan, meski nada suaranya mengandung peringatan.

Darren mengangkat bahu, tapi matanya tidak berpaling dari Elea. "Kau terlalu baik untuknya. Dia bahkan tidak terlihat mencintaimu. Kau pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik."

"Apa kau merasa cukup mengenalku untuk mengatakan itu?" balas Elea dingin, matanya menatap Darren dengan tajam.

"Ya," jawab Darren tegas. "Aku mengenalmu lebih dari yang kau kira, Elea."

Elea memalingkan wajah, berusaha mengabaikan debaran aneh di dadanya. "Kau tidak tahu apa-apa tentang pernikahanku, Darren," katanya, suaranya melembut. "Adrian dan aku... kami memiliki hubungan yang rumit, tapi aku mencintainya."

"Tapi apakah dia mencintaimu?" Darren bertanya, nadanya lebih lembut kali ini. "Setiap kali kau berbicara tentangnya, yang kudengar hanya luka dan kekecewaan."

Elea tidak menjawab. Ia menundukkan kepala, menyadari bahwa Darren mungkin benar. Tapi itu bukan sesuatu yang ingin ia bahas, terutama dengan Darren, pria yang baru beberapa minggu bekerja sebagai asistennya.

"Kau tidak akan mengerti," katanya akhirnya, kembali mengetik. Tapi ada getaran kecil dalam suaranya, sesuatu yang Darren tangkap dengan sangat jelas.

Darren tidak mengatakan apa-apa lagi, tapi matanya terus mengawasi Elea, penuh dengan campuran rasa penasaran dan perlindungan. Bagi Darren, Elea bukan hanya atasan yang tangguh dan mandiri. Ia adalah teka-teki, seseorang yang Darren ingin pahami lebih dalam—dan mungkin, seseorang yang Darren ingin jaga, bahkan dari dirinya sendiri.

***

1
Sherin Loren
next thor,alurnya dipercepat
Kyurincho: sabar ya ka, lagi disusun biar pas timingnya /Whimper/
total 1 replies
Kyurincho
Recommended
Coffeeandwine
Bagus
Sherin Loren
up nya banyak dan percepat thor
Kyurincho: Ditunggu yaa kaa /Determined/
total 1 replies
Sherin Loren
lanjut byk2 thor
Kyurincho: siap ka, ditunggu yaa..
makasih udah komen, jadi semngat up /Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!