Datang sebagai menantu tanpa kekayaan dan kedudukan, Xander hanya dianggap sampah di keluarga istrinya. Hinaan dan perlakuan tidak menyenangkan senantiasa ia dapatkan sepanjang waktu. Selama tiga tahun lamanya ia bertahan di tengah status menantu tidak berguna yang diberikan padanya. Semua itu dilakukan karena Xander sangat mencintai istrinya, Evelyn. Namun, saat Evelyn meminta mengakhiri hubungan pernikahan mereka, ia tidak lagi memiliki alasan untuk tetap tinggal di keluarga Voss. Sebagai seorang pria yang tidak kaya dan juga tidak berkuasa dia terpaksa menuruti perkataan istrinya itu.
Xander dipandang rendah oleh semua orang... Siapa sangka, dia sebenarnya adalah miliarder terselubung...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Tuduhan
Victor berjalan cepat ke arah Xander dan Selene, ekspresi wajahnya mencerminkan campuran kemarahan dan kekhawatiran. "Hei, apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya tajam, matanya menyipit penuh kecurigaan saat melihat posisi Xander yang terlalu dekat dengan Selene. Di belakangnya, Raven muncul bersama dua sepupu mereka, Noah dan Alex.
Selene, yang akhirnya sepenuhnya sadar dari insiden barusan, langsung mundur selangkah dari Xander. Tangannya sibuk membersihkan pakaian dan tangannya sendiri, seolah-olah baru saja terkena sesuatu yang menjijikkan. Meski begitu, rona merah di pipinya masih tampak jelas, dan dia bisa merasakan degup jantungnya yang tak terkendali. "Apa yang kau lakukan padaku, Xander? Kau benar-benar tidak tahu malu! Beraninya kau melecehkanku seperti itu!" katanya dengan nada keras, mencoba menutupi kegugupannya.
Xander, yang berdiri dengan tenang, mengangkat kedua tangannya sebagai tanda tidak bersalah. "Aku hanya menolongmu karena kau hampir terjatuh," jawabnya dengan nada datar.
Keributan itu dengan cepat menarik perhatian. Para tamu undangan serta beberapa anggota keluarga Voss mulai berkumpul di lorong, bisik-bisik mereka semakin ramai, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Raven, yang terkenal suka memancing keributan, segera mengambil kesempatan. "Dia berani melecehkan sepupuku, Selene!" serunya lantang, membuat suasana semakin tegang.
"Xander, apa yang dikatakan Raven itu benar?" tanya Evelyn yang muncul dari belakang Selene.
"Tidak, tentu saja tidak," jawab Xander dengan tegas. Wajahnya tetap tenang, meski jelas terlihat dia tidak nyaman dengan tuduhan yang semakin tak terkendali. "Aku hanya membantunya. Dia terpeleset, dan aku menangkapnya. Itu saja."
Victor melangkah lebih maju, suaranya membahana. "Berhenti berbohong! Kau sungguh tidak tahu diri! Bagaimana mungkin kau melakukan tindakan amoral seperti itu di tengah jamuan makan malam yang terhormat ini? Kau benar-benar telah mencoreng nama baik keluarga Voss dan para tamu yang hadir!" katanya sambil menunjuk Xander dengan penuh amarah.
Xander menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tidak pernah melakukan apa yang kau tuduhkan, Victor," ujarnya dengan nada lebih tegas. "Aku hanya mencoba mencegah Selene jatuh. Hanya itu."
Tiba-tiba, para pengawal pribadi Xander muncul dari kerumunan, wajah mereka menunjukkan kesiapan untuk mengambil tindakan. Namun, Xander segera mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka mundur. Para pengawal itu menurut, meski tetap berjaga di sekitar dengan waspada.
Declan yang sedang berbincang santai dengan Sophia dan Govin menyadari adanya keributan di pintu keluar. Sophia, yang penasaran, bertanya,
"Apa yang sedang terjadi di sana, Tuan?" tanya Sophia.
Declan mengepalkan tangannya dengan kuat, rahangnya mengeras saat ia melihat kerumunan yang semakin ramai. Ia tahu, apa pun penyebabnya, situasi ini bisa mencoreng reputasi keluarga Voss. "Izinkan aku memeriksanya sebentar, Tuan, Nona. Kita akan melanjutkan perbincangan kita setelah ini."
Declan melangkah dengan tergesa, wajahnya memerah menahan amarah. Suaranya menggema di sepanjang lorong ketika ia menerobos kerumunan yang semakin ramai. "Apa yang sedang terjadi di sini? Bukankah kita sedang berada dalam jamuan makan malam yang sangat penting?" serunya, tatapannya menyapu semua orang yang berkumpul.
Victor, dengan senyum miring penuh kemenangan, menjawab lebih dulu. "Paman Declan, Xander sudah melecehkan Selene," katanya, "Dia benar-benar menghina kita dan seluruh keluarga Voss."
"Apa?" Declan menahan amarahnya sekuat mungkin. Tatapannya memelotot nyalang pada Xander yang masih tampak tenang meski sudah dikerumuni banyak orang. "Apa yang sebenarnya kau lakukan, hah? Apa kau sengaja mengacaukan acaraku dengan tingkah tidak terpujimu? Kau benar-benar keterlaluan, Xander!"
Selene melirik sekeliling sekilas, kemudian berdiri di samping Declan. la tidak menduga kejadiannya akan berkahir seperti ini. Xander sama sekali tidak melecehkannya sedikit pun, yang terjadi justru menolongnya.
"Selene," suara Declan terdengar lebih rendah, tapi tetap penuh dengan emosi yang ditekan. "Apa benar dia sudah melecehkanmu? Cepat katakan! Jika itu benar, kita akan membawa masalah ini ke hadapan Tuan Govin dan Nona Sophia. Mereka pasti akan memberhentikannya dari pekerjaannya sebagai pengawal."
Selene menunduk, jemarinya saling memilin di atas dada, gugup. Ia melirik Xander yang berdiri tegak dengan wajah tenang, lalu memalingkan pandangan ke arah taman. Kata-kata terasa begitu sulit keluar dari bibirnya.
Melihat keengganan Selene menjawab, Alex melangkah maju. "Selene pasti sangat terpukul dengan kejadian barusan, Paman," katanya, yang langsung diangguki oleh Raven, Victor, dan Noah.
Xander, tetap dengan sikap tenangnya, mengulangi pernyataannya. "Aku sudah mengatakan bahwa aku sama sekali tidak melakukan pelecehan pada Selene. Aku hanya menolongnya. Kalian tidak bisa menuduhku macam-macam tanpa bukti."
"Itu benar, Paman," ujar Evelyn, memandang Declan dan kerumunan lainnya. "Bisa dikatakan aku yang paling mengenal Xander di sini. Selama ini, Xander tidak pernah sekalipun melecehkanku, meskipun dia memiliki banyak kesempatan untuk melakukannya. Aku bisa menjamin itu."
Xander tersenyumn saat untuk pertama kalinya Evelyn membelanya. "Evelyn."
Evelyn menunduk cepat, mencoba menyembunyikan rona merah yang tiba-tiba muncul di pipinya. Jantungnya berdebar sangat kencang, karena Xander tersenyum padanya Dalam hati, ia tahu Xander tidak mungkin bertindak seperti yang dituduhkan. Namun, saat tatapannya tak sengaja bertemu dengan Selene, sepupunya itu segera memalingkan wajah.
Evelyn tahu sepupu-sepupunya sengaja melakukan hal ini untuk mengerjai Xander. "Jika kalian semua ingin kebenaran, kita bisa memeriksa rekaman CCTV terlebih dahulu."
Tiba-tiba, Avery mendekati Evelyn dan berbisik pelan. "Apa yang kau lakukan, Evelyn? Kenapa kau justru membela pria itu? Kau tidak akan mendapat keuntungan apa pun. Kalaupun Xander terbukti tidak melakukannya, namanya tetap akan rusak di hadapan Tuan Govin dan Nona Sophia."
Victor, yang tak tahan dengan pembelaan Evelyn terhadap Xander, menunjuknya dengan nada tajam. "Kenapa kau sangat membela pria tidak bermoral itu, Evelyn? Apa kau masih mencintai Xander? Atau kau tersihir oleh penampilannya yang sekarang? Evelyn, aku sungguh tidak menyangka kau lebih memihak Xander dibandingkan kami sepupumu sendiri. Kau benar-benar keterlaluan."
"Evelyn, hentikan pembelaanmu itu," tambah Alex, "kau harus lebih mementingkan kondisi Selene saat ini daripada membela pria seperti dia."
"Itu benar, Evelyn," sahut Noah.
Evelyn menggeleng keras, matanya mulai memerah. "Aku sama sekali tidak—"
Tiga pengawal Xander berdiri dengan postur tegap, siap untuk mengambil langkah tegas jika situasi semakin berbahaya. Mereka mengamati gerakan setiap orang, terutama Raven, Victor, Noah, dan Alex yang jelas-jelas sedang mencoba memprovokasi Xander. Tapi, Xander mengangkat tangan, memberi tanda pada mereka untuk tetap diam dan tidak melakukan tindakan apa pun.
Xander sudah terbiasa dengan perlakuan tidak adil dari keluarga Voss, dan kali ini, ia ingin melihat sejauh mana mereka akan melangkah. Meskipun nanti ia terbukti tidak bersalah, ia tahu mereka tidak akan pernah meminta maaf, tapi kali ini akan berbeda. Xander sudah memutuskan, ia akan memberikan pelajaran dan hukuman pada mereka yang sudah menuduhnya dengan tanpa dasar.
Declan, yang tidak sabar dengan keberadaan Xander di tengah kerumunan, menunjuknya dengan jari penuh kebencian. "Kau," katanya memelototkan matanya pada Xander, "aku akan mengadukan perbuatanmu pada Tuan Govin dan Nona Sophia. Mereka berdua harus tahu bagaimana sikap aslimu, Xander!"
Namun, seiring dengan teriakan Declan, suara berat lainnya terdengar. "Apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Govin dengan nada datar, langkahnya memecah kerumunan yang terbagi dua.
Di belakangnya, Sophia muncul dengan ekspresi penasaran. "Apa aku melewatkan sesuatu yang menarik?"
Seketika itu, semua anggota keluarga Voss saling melirik satu sama lain, beberapa di antaranya terlihat cemas dan waspada.
Xander memberikan anggukan kecil pada Govin. Tanpa sepengetahuannya, Selene melihat hal itu dan mulai-mulai bertanya-tanya.
"Aku benar-benar minta maaf, Tuan, Nona," ujar Declan seraya menarik napas panjang, "Pengawal Anda yang bernama Xander sudah melecehkan putriku, Selene. Keponakan-keponakanku adalah saksi perbuatannya."
Govin pura-pura terkejut, berbeda dengan Sophia yang memang benar-benar kaget meski tidak percaya bahwa Xander akan melakukannya. Sophia berpikir bahwa Xander tidak perlu melakukannya jika ingin bersama seorang gadis
"Tuan, Nona, Xander pernah tinggal bersama keluarga kami selama dua tahun. Selama itu, kami selalu berbuat baik padanya. Tetapi yang dia lakukan selalu mendatangkan masalah bagi kami. Kami akhirnya mengusirnya pergi. Dan sekarang, lihatlah, dia pasti melakukan tindakan tidak bermoral itu hanya untuk membalaskan rasa sakit hatinya." Declan berapi api menjelaskan.
Xander memilih diam meski di dalam hati mengumpat Declan. Pemimpin keluarga Voss itu benar-benar pembual. Selama dua tahun lamanya, ia hanya dianggap sampah tidak berguna dan mendapat perbuatan buruk yang tidak selayaknya diterima manusia dari keluarga Voss. Akan tetapi, dengan mulusnya Declan berbicara bahwa keluarga ini memperlakukannya dengan baik.
Benar-benar menjijikkan.
Xander kembali memberi anggukan kecil pada Govin. Dan untuk kedua kalinya, Selene melihatnya. Ia tak bisa mengabaikan perasaan aneh yang mulai menggelayuti hatinya. Ada sesuatu yang tidak beres. Xander yang seharusnya hanya seorang pengawal terlihat seperti memberi perintah kepada Govin, Hati Selene mulai berpacu lebih cepat.
"Ayah," ucap Selene dengan suara kecil. Entah mengapa ia mulai berpikir bahwa Xander adalah atasan Govin meski hal itu terdengar sangat tidak masuk akal. Akan tetapi, jika itu benar, maka ia dan keluarganya sedang dalam masalah sekarang.
Declan yang merasa berada di atas angin, tidak menyadari kegelisahan di hati putrinya. Meski Xander telah pergi meninggalkan keluarga Voss, kebencian terhadap nya tak pernah padam, terlebih saat melihat dengan nyata bahwa Xander berada di lingkaran Phoenix Vanguard, sebuah perusahaan yang sangat sulit didekati olehnya maupun keluarga Voss yang lain.
Ayah." Selena kembali menarik tangan Declan.
Declan mengabaikan hal itu, memilih mendekat pada Govin dan Sophia. la ingin keduanya segera memecat Xander agar pria bodoh itu kembali ke jalanan. “Tuan Govin, Nona Sophia, sebagai seorang kepala keluarga dan ayah dari seorang putri yang dilecehkan, aku sangat keberatan sekali melihat Xander berada di rumah kami. Jika tidak karena Tuan dan Nona, aku pasti sudah menyeret keluar Xander ke penjara dan memberinya pelajaran setimpal."
Govin dan Sophia tetap memasang wajah tenang.
"Paman, aku pikir kita bisa melihat CCTV lorong ini untuk memutuskan apakah Xander bersalah atau tidak," usul Evelyn untuk keduanya.
Semua anggota keluarga Voss menatap Evelyn.
"Evelyn, apa yang kau lakukan?" bisik Avery dengan amarah tertahan, memegang tangan Evelyn kuat-kuat. la tidak akan bisa melindungi Evelyn jika keluarga Voss memarahinya karena membela Xander, "Biarkan si sampah itu menerima ganjaran atas perbuatannya."
Evelyn melirik Xander yang masih tenang. Bayangan momen kebersamaannya dengan Xander selama ini tiba-tiba menguasai isi kepala. Dadanya kembali berdebar kencang. la masih percaya jika Xander tidak mungkin melakukan hal tercela itu.
"Kami berempat yang menjadi saksi nyata, Evelyn," tegas Raven dengan suara agak keras, "kita belum tentu bisa melihat kebenaran utuh dari CCTV."
"Itu benar, Evelyn," sahut Victor, Noah dan Alex bersamaan.
Xander tersenyum tipis ketika untuk keduanya mendapat dukungan dari Evelyn. Setidaknya di tengah kekesalannya, masih ada sinar hangat yang dipancarkan oleh wanita yang dicintainya.
Declan yang melihat Xander tersenyum justru semakin murka. "Tuan Govin, Nona Sophia, Xander benar-benar sudah melakukan tindakan tidak terpuji yang bisa saja mencemari nama baik Tuan Govin dan Nona Sophia, terlebih Phoenix Vanguard. Aku mohon dengan sangat, pecat Xander dari pekerjaannya sebagai pengawal. Aku ingin dia menyesali perbuatan tak senonohnya di penjara."
Declan tersenyum penuh kemenangan. Ia merasa di atas awan tinggi dan melihat Xander laksana kerikil kecil yang bisa dirinya hancurkan dengan mudah. Kehancuran Xander sudah di depan matanya saat ini.
Di saat yang sama, Raven, Victor, Noah dan Alex tersenyum penuh kemenangan.
terlalu drama
terlalu naif
tak realistis
iq jongkok
out aja,.