"kalau udah besar nanti, kamu mau kan jadi istri aku?" tanya davian kecil (7thn) menyerahkan cincin yang ia buat dari akar pohon pada dara
"iya, aku mau" dara kecil (6thn) tersenyum memandangi jari manis nya yang sudah tersemat cincin akar buatan davian
******
"Lo sengaja ya, deketin bokap gue, buat morotin harta nya?" davian (18thn)
"kalo om Rama mau, gue sih gabisa nolak. karena secara gak langsung, om Rama itu penolong hidup gue" dara (17thn)
"ajgg!! gue gak Sudi punya nyokap tiri kayak Lo!" davian (18thn)
.......
start : 21 Des 2024
finish : ???????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BabyZee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
janggal
"Davian, Dara.. kalian gapapa?" Tanya Rio dengan nafas ngos-ngosan setelah berlari ke arah mereka, di ikuti Reza Raka dan Reyhan di belakang nya
"kita gapapa kok, cuman.." Dara menoleh pada Davian, ia tidak tau harus bagaimana menjelaskan pada mereka, karna dirinya pun tidak tau bagaimana kronologi yang sebenar nya
"Kita gapapa kok, thanks , Lo semua udah Dateng" Davian melanjutkan ucapan dara, ia juga sama bingung nya, biarlah nanti juga mereka akan tau tanpa dirinya harus bercerita
tak tak tak
perhatian mereka teralih saat suara langkah kaki berjalan ke arah nya
"permisi.. Dimana ruangan anak saya?" tanya seorang wanita setengah baya dengan raut sedih dan khawatir sangat jelas di wajah nya
"Rania Galyna.." ucap wanita itu parau, saat tidak ada jawaban dari salah satu pun di antara mereka
"mari.. Saya antar.." Dara mengarahkan wanita itu pada salah satu ruangan di dekat nya, dari suara nya yang lemah terlihat sekali jika gadis itu sudah lelah
klek
"Rania.." wanita itu melangkah menghampiri perempuan yang masih terbaring di ranjang dengan beberapa perban membalut kaki dan kepala nya
suara nya bergetar, pertanda ia sedang manahan tangis nya, dara hanya diam memperhatikan di dekat pintu
"Ran.. Ini mamah nak, bangun yuk sayang.. Maaf, mamah gabisa berbuat apa-apa buat kamu nak.." Dara merasakan sesak di dada nya saat mendengar tangis pilu dari wanita itu
sekarang ia tau jika wanita itu adalah ibu dari Rania, melihat itu dara jadi teringat dengan putra nya
setetes air mengalir di sudut mata dara, ia juga seorang ibu, sudah pasti akan merasakan hal yang sama jika terjadi sesuatu pada putra nya
Dengan ragu dara mendekat, tangan nya terulur mengusap bahu wanita itu, mencoba memberi kekuatan
"Maaf kan kami Bu, kami janji akan bertanggung jawab atas semua yang menimpa anak ibu.." Suara yang begitu lembut dan tulus dari hati dara
Wanita itu mendongak dengan wajah yang sudah berurai air mata, menatap dara yang sudah berdiri di samping nya
"Terimakasih sebelumnya, saya tidak akan menyalahkan siapapun, saya.. Hanya menyesal pada diri saya sendiri, karna tidak bisa menjaga anak saya.." ucap wanita itu kembali menatap putri nya
"M-ma-mah..." Rania bergumam pelan, merasakan genggaman di tangan nya
"Ran... Ini mamah sayang, ayo bangun nak..." Tangis nya kembali pecah saat Rania berhasil membuka mata nya lalu tersenyum pada sang ibu
Tangan dara terulur menekan tombol nurse call, memanggil dokter untuk memeriksa rania kembali
Dara menyingkir saat dokter sudah masuk dengan beberapa perawat di belakang nya
"Bagaimana mbak Rania? Apa yang dirasa?" tanya dokter tampan itu dengan lembut
"k-kaki saya..." Dokter itu tersenyum saat Rania tidak bisa menjelaskan nya
"tidak apa-apa, nanti terapi ya.." ucap nya memberi ketenangan pada pasien nya
"M-maksud dokter? Anak saya?" Rena, ibu Rania, terbelalak saat mendengar perkataan dokter itu.
Sudah pasti ia mengerti maksud dari terapi yang dokter muda itu katakan, pandangan teralih menatap sendu putri nya.
Air mata nya kembali mengalir, bagimana bisa putri nya mengalami hal seperti ini, bahkan membayangkan nya saja ia tidak sanggup.
"Maafin mamah nak.." tangis nya kembali mengisi ruangan, melihat sang anak hanya terdiam menatap kosong langit-langit ruangan nya
Dara memejamkan mata nya kuat, menahan sesak, keadaan ini membuat nya seperti sulit bernafas
Disisi lain, dia tidak mau menyalahkan Davian, karna laki laki itu juga tidak berniat mencelakai siapapun
.....
Dara keluar dari ruangan karna tidak sanggup lagi melihat tangisan rena yang tidak kunjung berhenti, ia melihat satu persatu semua orang yang menatap ke arah nya
"Lo pulang aja ya, biar kita yang nunggu Disini.." Davian meraih lengan gadis itu agar mendekat ke arah nya
"Iya Ra, Lo pulang aja, Raffi pasti udah nungguin Lo.." Reza menyahut ia juga tidak tega melihat wajah letih gadis itu
Dara mengangguk kecil sebagai jawaban, memang tubuh nya lelah sekali, bahkan ia belum sempat mengabari Raffi atau pun Rama jika dirinya akan pulang malam
"Ayo, gue anter..." Reyhan mendekat meraih tangan dara
"Gue aja" Davian melepas tangan dara dalam genggaman Reyhan
"Ayo.." Dara mengalah, ia lelah, ia tidak sanggup untuk mendebat siapapun saat ini, dirinya berjalan lebih dulu di ikuti Davian di belakang, setelah pamit pada teman-teman nya
Hening
Tidak ada pembicaraan apapun selama perjalanan, Davian melirik kecil ke arah dara yang membuang pandangan ke jendela
"sorry, udah ngerepotin Lo.." Davian mencicit pelan, namun dara masih bisa mendengar nya
"Gapapa, gue juga gabisa bantu banyak.." Dara menoleh menatap Davian yang sedang fokus menyetir
"Semua Masalah pasti ada jalan keluar nya kan?" Davian tersenyum pedih menatap gadis itu
Dara mengangguk kecil lalu mendorong wajah cowok itu agar kembali melihat jalan
"Lo mau bikin tragedi part dua?" celetuk nya
Davian terkekeh, setidak nya ia masih bisa tersenyum jika bersama gadis itu. memang, hanya dara yang bisa membuat nya tenang, dalam keadaan apapun
Setelah sampai ia tidak ikut masuk, ia hanya mengantar dara hingga ke depan gerbang rumah nya saja
Deb
"Lo gak masuk dulu?" tanya dara setelah keluar dari mobil
"Langsung aja gue, salam buat anak kita.." sahut Davian dengan senyum tengil nya
"Ck! Udah Sono!" Dara mencebik melihat respon Davian yang masih saja menyebalkan dimata nya
"Jangan ngambek, ntar kalo masalah gue Udah kelar, gue kelonin Ampe puas" ujar nya enteng, menutupi rasa panik di hati nya
"Dih! Tai Lo! Udah sana pergi!" Dara berjalan membuka gerbang lalu masuk setelah mengunci nya
Senyum Davian memudar setelah dara sudah menghilang di balik pintu, ekspresi nya benar-benar brubah 180°, senyum bahagia kini hilang, berganti kilat tajam dan dingin di wajah nya
......
ceklek
Dara melangkah masuk setelah mengunci pintu, Rama menoleh saat mendengar langkah kaki
"Dara? Malem banget pulang nya? Davian mana?" Dara menghela nafas menenangkan hati nya, hal pertama yang harus lakukan adalah menutupi masalah Davian dari Rama, sesuai permintaan cowok itu
"Maaf pah, Davian masih ada urusan di kantor nya.. jadi kemungkinan dia gak pulang hari ini" Ujar nya setelah mencium tangan Rama
"Tumben banget gak ngabarin papa.." Rama meraih ponsel nya, mengecek apa ada pesan dari Davian atau tidak
"Lupa kali pah.." Dara tersenyum menanggapi keluhan Rama
"m.. Pah, dara mau nitip Raffi disini dulu buat beberapa hari, gapapa?" tanya dara hati-hati
"Loh.. gapapa dong, selamanya juga gapapa, papa seneng jadi ada temen nya.." jawab Rama antusias melupakan tujuan nya yang hendak menelpon Davian
"makasih ya pah, maaf kalo Raffi ngerepotin papa.." ucap nya tidak enak hati menatap Rama
"Gapapa sayang, jangan sungkan lagi sama papa.. Istirahat gih, Raffi udah tidur di kamar Davian" sahut Rama dengan lembut
Dara mengangguk kecil sebelum beranjak dari sofa, ia menghela nafas lega, setidak nya ia bisa membantu Davian dari hal kecil lebih dulu
.......
"Gimana? Lo suruh nikahin itu cewek, kalo misalkan dia gabisa jalan lagi gitu?" Rio menganga tak percaya dengan permintaan ayah Rania itu
Davian mengangguk kecil, kini mereka semua sedang makan di kantin rumah sakit.
mengingat Davian tidak bisa pergi kemana mana karna perempuan itu tidak ada yang menjaga nya
teman teman nya bilang jika ibu Rania meminta ijin pulang sebentar, untuk mengambil beberapa keperluan Rania selama dirinya di rawat
Namun hingga sekarang rena belum juga kembali ke rumah sakit
"Woi! No smoking area, noh ! Bisa inggris kaga Lo?" Raka melempar tutup botol ke arah Davian yang hendak menyalakan rokok nya
Davian berdecak kesal melemparkan kotak rokok nya ke atas meja
"kek nya ada yang janggal sama bokap nya" Celetuk Reyhan membuat semua menoleh ke arah nya
"......"