"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Tidak Ada Yang Tahu
Tidak ada yang tahu jika, pimpinan, sekretaris serta asisten Cakrawala Company telah mengundurkan diri. Mereka keluar gedung megah itu seperti biasanya saja. Para karyawan pun mengira mereka akan pergi bertemu klien atau rekan bisnis Cakrawala Company seperti biasanya.
Itu karena mereka pergi dengan tangan kosong. barang-barang pribadi milik mereka sudah lebih dulu dicicil oleh pak Bambang untuk dimasukan ke dalam bagasi mobil milik Eki. Gilang sengaja tidak pamit pada semua yang berada di Cakrawala Company. Itu karena rasa kecewanya pada tuan Aksa. Yang sudah kesekian kalinya.
Tidak ada yang tahu, jika sebenarnya hubungan anak dan ayah sambung itu tidak terlalu baik. Tidak harmonis seperti yang terlihat didepan umum. Hubungan itu merenggang setelah Gilang kehilangan ibu dan adik-adiknya. Gilang diusir dari rumah besar tuan Aksa oleh ibu tuan Aksa yang saat itu masih ada. Sebagai anak sambung, menurut nyonya Wardana, Gilang dianggap sebagai beban saja.
Tapi tuan Aksa tidak menelantarkan Gilang kecil begitu saja. Dia sudah berjanji didepan jenazah istrinya, bahwa dia akan merawat dan membesarkan Gilang. Dan memberikan nama Cakrawala pada Gilang, karena menganggap Gilang sebagai anak kandungnya. Apalagi, kedua anak kembarnya tidak diketahui keberadaanya.
Gilang kecil tinggal di rumah sederhana bersama bu Asih sebagai pengasuhnya dan pak Bambang sebagai sopir yang dipekerjakan tuan Aksa untuk menjaga Gilang. Karena itulah Aksa masih punya sedikit rasa hormat pada pria paruh baya tersebut. Tuan Aksa tidak menelantarkannya begitu saja.
Gilang pun mau menempati kursi kepemimpinan di Cakrawala Company, mengingat kesehatan tuan Aksa yang tidak terlalu baik beberapa waktu yang lalu. Sebenarnya bukan karena tuan Aksa saja yang menjadi alasan Gilang. Tapi juga karena ada Devina disana.
Gilang sengaja membuat sekretaris pilihan HRD tidak betah bekerja dengannya. Sampai akhirnya dia mengajukan nama Sandra untuk menduduki posisi sekretaris
"Kita akan kemana Mas?" tanya Devina. Dia terpaksa menuruti keinginan Gilang untuk menjadi asisten pribadi pria itu.
Devina sempat protes. "Mas Gilang sudah punya Eki sebagai asisten. Kenapa masih meminta Saya jadi asisten Mas Gilang?"
namun jawaban Gilang membuat Devina melongo. "Eki sebentar lagi akan menjadi wakil Ceo," ucap Gilang.
"Wakil pimpinan Cakrawala Company maksud Mas Gilang?" tanya Devina. Jika benar seperti itu, itu berarti Eki akan menggantikan om Topan, adik dari tante Meri.
"Apa om Topan akan menggantikan Gilang?" Devina bertanya pada diri sendiri. Dalam hati Devina tidak ingin hal itu terjadi.
Setelah sedikit berdebat, Devina akhirnya memutuskan menerima permintaan Gilang untuk menjadi asisten pria itu. Bukan karena Devina sudah memiliki rasa pada Gilang. Tapi, ada misi lain yang ingin Devina lakukan.
Devina ingin memperjuangkan hak kedua adik kembarnya sebagai anak kandung dari tuan Aksa Cakrawala Wardana. Devina berubah pikiran tentang masa depan kedua adik kembarnya, setelah tahu Gilang bukan anak kandung dari tuan Aksa Cakrawala Wardana. Tapi Gilang tetaplah kakak dari Langit dan Bumi. Mereka terlahir dari rahim yang sama.
"Kita akan ke Hans Company," jawab Gilang.
Devina menoleh pada Gilang. Dia ingin bertanya, ada urusan apa mereka pergi ke Hans Company. Namun Devina mengurungkan niatnya, setelah pak Bambang menghentikan kendaraan yang dia kendarai, tepat di depan pintu lobby perusahaan Hans Company. Perusahaan asing yang Devina ketahui sebagai rekan bisnis Cakrawala Company.
Baru kali ini Devina mengunjungi Hans Company. Gedungnya lebih besar dan lebih mewah dibandingkan Cakrawala Company. Devina jadi penasaran dengan pimpinan perusahaan besar ini. Karena setiap kali ada pertemuan dengan Hans Company, Gilang tidak pernah melibatkan Devina.
"Selamat datang kembali tuan Hans."
Alis Devina menyatu, mendengar perkataan, "Selamat datang kembali tuan Hans," dari pria yang menyambut mereka. "Sejak kapan Gilang Cakrawala berganti nama menjadi Hans?" pikir Devina, bertanya pada dirinya sendiri.
"Apa sudah siap semuanya seperti yang Saya perintahkan?" Tanya Gilang pada pria itu.
"Mengapa mas Gilang bersikap seperti dia di Cakrawala Company?" Devina kembali membatin.
"Semua sudah siap seperti yang Tuan inginkan."
"Bagus," balas Gilang jawaban pria tersebut.
"Ayo Sayang," ucap Gilang mengajak Devina agar mengikutinya.
Sementara itu di Cakrawala Company, asisten tuan Aksa menyampaikan pengumuman bahwa, Gilang Cakrawala tidak lagi memimpin di Cakrawala Company. Kini perusahaan itu diambil alih kembali oleh tuan Aksa.
Salma yang mendengar pengumuman tersebut segera melakukan panggilan pada Devina. Dia ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi.
Devina baru saja duduk di kursi kerjanya sebagai asisten Gilang saat panggilan telepon Salma masuk.
"Devi, kamu sudah dengar pengumuman asisten tuan Aksa?" tanya Salma.
"Pengumuman apa?" Devina balik bertanya. Bagaiman dia bisa tahu pengumuman yang disampaikan asisten tuan Aksa. Dia bukan lagi karyawan Cakrawala Company.
Devina menepuk kening, saat dia menyadari dia belum memberitahu Salma tentang pengunduran dirinya.
"Maaf Salma, aku lupa memberitahu kamu. Aku sudah mengundurkan diri dari Cakrawala Company." Devina berusaha menjelaskan.
"Apa? Aku tidak salah dengar, kan? Kenapa?" tanya Salma beruntun. "Apa karena pak Gilang?" tambah Salma pertanyaannya.
Andai saja bukan sahabatnya, Devina malas sekali untuk menjawab pertanyaan beruntun seperti itu. Tapi itulah Salma, yang tidak pernah mengajukan hanya satu pertanyaan.
"Ada masalah pribadi yang belum bisa aku ceritakan ke kamu, Salma. Maaf. Tapi bukan karena pak GIlang." jawab Devina.
"Kamu tahu Devi, pak Gilang tidak lagi memimpin Cakrawala Company. Tuan Aksa yang mengambil alih kursi kepemimpinan saat ini."
"Apa itu pengumuman yang kamu tanyakan padaku?" tanya Devina.
"Iya itu yang ingin aku tanyakan," jawab Salma.
"Itu lebih baik," balas Devina. Jawaban Devina tidak dipahami Salma. Tapi sahabat Devina itu tidak bisa bertanya lebih banyak lagi. Karena dia dan karyawan Cakrawala Company lainnya diminta berkumpul di aula.
Devina terdiam sesaat setelah Salma menutup panggilannya. Devina setuju dengan keputusan tuan Aksa yang kembali mengambil alih kursi kepemimpinan. Bukan di serahkan pada pak Topan, adik iparnya.
"Atau tuan Aksa sudah mengetahui rencana pak Topan?" Devina bertanya pada dirinya sendiri.
Devina pernah tidak sengaja mendengar percakapan pak Topan dengan asistennya. Pria itu berencana maju dalam pemilihan pimpinan baru, tahun depan. Tidak ada yang salah dengan keinginan pak Topan. Hanya saja, pria yang usianya tidak terlalu jauh berbeda dengan Gilang itu, terlihat berambisi sekali untuk menguasai Cakrawala Company.
Menguasai bukan memimpin. Ingat itu!
Devina sedang mempelajari tentang Hans Company. Matanya membulat, saat tahu Hans Company adalah perusahaan yang didirikan oleh tuan Hans, yang tak lain adalah kakek dari Gilang.
"Pantas saja wajahnya tidak murni wajah Indonesia," gumam Devina.
Gilang mewarisi wajah ayahnya. Sementara kedua adik kembarnya mewarisi wajah ibu mereka. Pantas saja jika Devina tidak mengira Gilang adalah saudara seibu dengan Langit dan Bumi.
Sementara Devina sedang sibuk dengan pekerjaan barunya. Di Cakrawala Company tuan Aksa sedang mengumumkan secara langsung pada media, jika saat ini Gilang tidak lagi sebagai pemimpin Cakrawala Company.
Berita tersebut sampai di telinga Sandra. Karena tuan Aksa mengundang media. Entah apa tujuan tuan Aksa mengumumkan pengunduran diri Gilang.
"Apa karena kasus kemarin, Gilang sampai mengundurkan diri?" tanya Sandra pada Dita yang menemaninya istirahat di backstage. Untuk acara musik malam nanti.
"Mungkin saja," jawab Dita yang juga tidak terlalu paham.
"Mungkin karena wajahnya sudah tersorot kamera," ujar Sandra lagi.
Sejak dulu pria itu memang tidak suka di ekspos dan menjadi sorotan publik. Bahkan saat konferensi pers, Gilang mengenakan masker. Sandra jadi semakin merasa bersalah, telah menghancurkan karir Gilang.
Tidak ada yang tahu, sebenarnya Gilang adalah Ceo Hans Company. Termasuk Sandra. Karena itu, dia tidak terlalu suka menampakkan wajahnya di depan umum.