Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Benarkan Atira? Pasti sih burung itu menangis lalu mengurung diri.. Hahahah emang dasar pria aneh!"
Prokkk.... Prokkkk.. Prokkk... Elang bertepuk tangan membuat Hana berhenti tertawa dan langsung menoleh ke arah sumber suara.
"E-elang." Ucap Hana "sejak kapan kau disitu? Maksudku? Apa kau mendengar semua perkataanku?"
"Kau tahu apa yang aku lakukan?" Tanya Elang sambil menatap tajam pada Hana, dan dengan spontan Hana menganggukkan kepalanya.
Dan dengan langkah yang tegap, Elang menarik lengan Hana dan menarik tubuh Hana, membawa Hana masuk ke dalam kamar mandi. Di guyurkan tubuh Hana dengan air yang mengalir dari shower. Membuah tubuh Hana menjadi basah kuyup.
"Elang hentikan." Ucap Hana namun tidak ada jawaban sama sekali dari Elang.
"Elang hentikan!" Teriak Hana sekencang mungkin membuat Elang menatap tajam pada Hana.
Keduanya saling bertatapan. Hana dapat melihat dengan jelas di balik mata Elang terdapat amarah yang memuncak.
"Maafkan aku jika perkataanku membuatmu marah" Ucap Hana penuh dengan sopan. Namun tetap saja Elang tidak menjawab.
"Maaf." Ulang Hana lagi, dan tetap saja Elang masih terdiam sambil menatap wajah Hana, membuat Hana menunduk karena tidak mampu melawan tatapan mata Elang, yang seperti ingin memangsanya.
Dan beberapa saat kemudian, Elang kembali menarik lengan Hana dan membawa Hana menuju gudang.
Tanpa banyak kata Elang langsung mendorong tubuh Hana masuk kedalam gudang.
"Elang, buka pintunya." Teriak Hana, sambil mengendor pintu. "Tolong buka pintunya."
"Tuan. Tolong maafkan nyonya Hana, saya yang salah tuan." Kata Atira sambil memohon pada Elang. "Tolong keluarkan nona Hana."
"Jangan buka pintu ini sampai besok pukul 12 malam."
"Tapi tuan." Atira melihat jam, yang baru menunjukkan pukul 10 malam. Itu artinya masih ada 26 jam lagi Hana di kurung di dalam gudang dengan keadaan basah kuyup.
"Tidak ada tapi. Ini perintah." Ucap Elang dengan penuh penekanan membuat Atira tidak bisa berkutik lagi.
Elang langsung pergi, dengan membawa kunci gudang tersebut.
"Buka pintunya, tolong buka." Teriak Hana dari dalam gudang sambil mengendor pintur.
"Nyonya, yang sabar.."
"Atira.. Tolong buka pintunya, aku takut Atira." Teriak Hana, karena sejujurnya Hana sangat takut dengan kegelapan..
"Maaf nyonya, kunci di bawa oleh tuan. Jadi saya tidak bisa membukanya nyonya."
Mendengarkan hal itu, Hana hanya bisa pasrah, kakinya seperti agar-agar yang melemas. Hana terduduk dan bersandar di pintu.
"Jahat sekali kamu Elang" Lirih Hana sambil menahan suara tangisnya. "Ayah... Ayah.., aku rindu ayah."
•••••••
"Berani sekali wanita itu menginaku" Ucap Elang dan langsung meminun minumannya.
"Kau ada masalah?" Tanya Adit, karena penasaran melihat Elang yang sejak tadi minum dengan wajah yang emosi.
"Wanita semua sama saja." Geram Elang.
"Hahahahahah, itulah mengapa aku tidak ingin terlibat dengan wanita, apalagi sampai mencintai. Karena bagiku wanita hanya sebagai mainan untuk semalam." Kata Adit sambil tersenyum.
"Kau benar! Wanita hanya melihat uang. Mereka rela melakukan apa saja demi uang. Bahkan rela di ajak menikah hanya karena uang"
Dan lagi-lagi Elang meminum minumannya hingga ia mabuk, dan dengan keadan yang sudah setengah sadar ia kembali ke rumah, namun kali ini Elang tidak di antar oleh Roy, melainkan dengan asisten Adit. Dan saat Elang sampai di rumahnya, sama seperti biasa di dalam kamar ia terus memuntahkan isi dari dalam perutnya, namun kali ini berbeda, semua muntahan tetap berserakan di lantai hingga di kamar mandi. Elang yang sudah lemas, terpaksa tidur di lantai.
Keesokan harinya. Secara perlahan mata Elang terbuka, karena mendengar ketukan pintu.
"Tuan Elang. Anda baik-baik saja?" Teriak Atira memanggil sambil mengetuk pintu. "Tuan."
"Bau apa ini?" Ucap Elang dengan suara serak ciri khas orang baru bangun. Elang mengumpulkan tenaganya dan membuka matanya dengan lebar-lebar.
"Astaga apa ini?" Ucap Elang dan langsung berdiri dan melihat sekelilingnya sudah penuh dengan muntah. Elang langsung masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuhnya. Selang beberapa saat Elang keluar dengan keadaan yang sudah segar.
"Bersihkan kamarku." Titah Elang saat membuka pintu kamar.
"Baik tuan." Jawab Atira. "Tapi tuan."
"Ada apa?" Bentak Elang.
"Nyonya Hana. Kasihan nyonya Hana tuan."
"Kau mau menggantikan wanita itu di dalam gudang?" Tanya Elang membuat Atira terdiam. "Dan satu lagi, jangan panggil dia nyonya, karena dia bukan nyonya di rumah ini!" Bentak Elang, ia tidak suka jika Atira menyebut Hana sebagai nyonya.
"Mengerti!"
"Iya tuan."
Secara perlahan Hana membuka matanya karena sinar matahari masuk melalui cela jendela.
"Sudah pagi." Gumam Hana, lalu berdiri dan menatap tubuhnya sampai ujung kaki. "Belum kering" ucap Hana melihat baju yang ia kenakan semalam masih belum kering sepenuhnya.
Hana tersenyum karena baru pertama kali ia tidur dengan keadaan basah kuyup.
Hana berjalan melihat seisi gudang, membuka satu persatu karton dan melihat isi dari dalam karton tersebut. Hingga tanpa segaja mata Hana tertuju pada satu foto, dimana foto itu terdapat tiga pria yang sedang berdiri dengan pakaian yang rapi.
"Elang." Tunjuk Hana pada foto Elang yang berada di tengah. "Lalu pria ini.." Tunjuk Hana pada pria yang berada di sini kiri "pria pantai" Hana hafal betul dengan pria itu. Pria yang tanpa sengaja bertemu dengan Hana saat Hana teriak di pantai..
Dan satunya lagi. Hana menatap wajah pria yang berada di sini kanan. "Tunggu! Bukan kah dia pria itu" Ucap Hana dan langsung mencari lagi apa saja yang berhubungan dengan pria yang baru saja ia lihat di dalam foto..
semangat terus thor
pediih tau
Karena bagi yang tidak mengetahui rasa sakitnya Hana, pasti akan mudah luluh dg perlakuan sepele Elang