NovelToon NovelToon
The Story Of Jian An

The Story Of Jian An

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:576
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Pada abad ke-19, seorang saudagar China yang kaya raya membawa serta istri dan anaknya menetap di Indonesia. Salah satu anak mereka, Jian An, tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berwibawa. Ketika ia dewasa, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang bangsawan Jawa bernama Banyu Janitra.

Pada malam pertama mereka sebagai suami istri, Banyu Janitra ditemukan tewas secara misterius. Banyak yang menduga bahwa Jian Anlah yang membunuhnya, meskipun dia bersikeras tidak bersalah.

Namun, nasib buruk menghampirinya. Jian An tertangkap oleh orang tidak dikenal dan dimasukkan ke dalam sumur tua. berenang di permukaan air sumur yang kini tidak lagi berada di abad ke-19. Ia telah dipindahkan ke kota S, tahun 2024. Dalam kebingungannya, Jian An harus menghadapi dunia yang jauh berbeda dari yang ia kenal, berusaha menemukan jawaban atas misteri kematian suaminya dan mencari cara untuk kembali ke masa lalu yang penuh dengan penyesalan dan rahasia yang belum terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32

Jian An duduk di ruang galeri, mengamati sebuah kain kanvas yang belum disentuh. Tangannya perlahan-lahan menyentuh tekstur kasar kanvas itu, mengingat masa lalunya ketika melukis dan menyulam adalah bagian dari kehidupannya. Dulu, kegiatan itu adalah pelariannya dari semua kesedihan, dan sekarang, meskipun dirinya menjadi asisten desainer untuk Saka, hasrat itu tetap terasa hangat dalam hatinya.

"Aku tahu kamu suka melukis," suara Saka tiba-tiba terdengar di belakangnya. Jian An sedikit terkejut dan segera menoleh. "Kamu ingin mencobanya lagi? Aku bisa menyediakan semuanya kalau kamu mau."

Jian An terdiam sejenak. Dia merasa ragu, tetapi keinginan untuk kembali menciptakan sesuatu dari kanvas dan benang membuat hatinya bergetar. "Aku... mungkin akan mencobanya nanti," jawabnya pelan, sambil tersenyum tipis. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya, mengapa Saka begitu ingin dirinya selalu terlihat di depannya? Apa yang sebenarnya pria itu cari?

Saka menatap Jian An dengan intens, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya meninggalkan Jian An dengan berbagai alat lukis dan kain sulam di atas meja galeri. Jian An menatap benda-benda itu dengan penuh emosi, mengingat kembali semua kenangan indah yang pernah dia rasakan bersama Banyu di masa lalu, ketika mereka berbagi waktu menciptakan sesuatu dari imajinasi.

Ketika Saka pergi, Jian An mengambil kuas dan mencelupkannya ke dalam cat. Gerakan tangannya terasa kaku pada awalnya, tetapi perlahan-lahan ia mulai menikmati prosesnya. Sebuah pola bunga teratai mulai terbentuk di atas kanvas, mengingatkan dirinya pada simbol-simbol masa lalunya. Meskipun perasaan nostalgia itu membuat dadanya terasa sesak, ada rasa nyaman yang mengalir, seolah-olah dia menemukan kembali bagian dari dirinya yang lama hilang.

Ketika Saka kembali beberapa jam kemudian, ia melihat lukisan yang setengah jadi di depan Jian An. Ada keindahan yang sulit dijelaskan dalam gambar itu. "Kamu berbakat," ucap Saka tulus. Jian An hanya tersenyum kecil, tidak mengatakan apa-apa, tetapi dalam hatinya, ia merasa sedikit lebih utuh.

Saka mengernyitkan alisnya, matanya terpaku pada lukisan bunga teratai yang setengah jadi di hadapannya. Pola dan detailnya terasa begitu familiar, seperti pernah ia lihat di suatu tempat sebelumnya. Dia mencoba mengingat-ingat, tetapi bayangan itu tetap kabur di benaknya.

“Sepertinya, aku pernah melihat gambar yang sama, tapi di mana?” gumam Saka pelan, cukup keras untuk didengar oleh Jian An.

Jian An menghentikan goresan kuasnya dan menatap Saka dengan bingung. “Apa maksudmu? Ini hanya sesuatu yang aku buat dari ingatan. Tidak ada yang spesial,” ucapnya, mencoba mengabaikan keterkejutannya sendiri.

Namun, Saka merasa ada sesuatu yang ganjil. “Tidak mungkin hanya kebetulan. Aku yakin pernah melihat pola ini, bahkan simbol di sudutnya seperti mengingatkan pada sesuatu…” Dia mengarahkan pandangannya ke bawah lukisan, di mana Jian An tanpa sadar telah menambahkan cap berbentuk lingkaran kecil dengan sentuhan aksara Jawa.

“Cap ini,” kata Saka tiba-tiba. “Ini sama dengan yang ada di galeri keluargaku, di salah satu kain batik tua kami. Lukisan ini… entah kenapa seperti berhubungan dengan masa lalu keluargaku.”

Jian An terdiam. Tangannya yang memegang kuas mulai bergetar. “Aku… aku hanya melukis dari imajinasi,” ucapnya dengan suara berbisik, tapi matanya menghindari tatapan Saka. Ada sesuatu di dalam dirinya yang ikut tergetar, seolah ada bagian dari kenangan yang perlahan muncul ke permukaan.

Saka memperhatikan ekspresi Jian An dengan seksama. "Kamu yakin tidak ada yang kamu ingat tentang lukisan ini? Atau mungkin kamu pernah melihat sesuatu yang mirip sebelumnya?" tanyanya, kali ini dengan nada lembut.

Jian An menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan diri. "Aku tidak tahu... mungkin hanya kebetulan. Tapi jika kamu mengatakan ini mirip dengan sesuatu di galerimu, mungkin aku harus melihatnya."

Saka mengangguk perlahan, tetapi pikirannya terus dipenuhi oleh rasa penasaran yang semakin besar. Ada sesuatu tentang Jian An dan lukisan ini yang terasa seperti sebuah teka-teki besar yang menunggu untuk dipecahkan.

***

Saka teringat dengan jelas lukisan yang dia maksud. Itu bukan sekadar karya seni biasa; lukisan tersebut berada di sebuah ruangan khusus di galeri keluarga mereka, tepat di sebelah kamar sang kakek. Ruangan itu adalah tempat penyimpanan barang-barang berharga keluarga yang telah berusia ratusan tahun—lukisan, kain batik kuno, hingga perhiasan tradisional. Semua tersimpan rapi, hanya sesekali dikeluarkan untuk pameran atau acara tertentu.

“Aku yakin lukisan yang kamu buat sangat mirip dengan lukisan di galeri keluarga kami,” ujar Saka sambil menatap Jian An penuh arti. “Aku akan membawamu ke sana suatu hari nanti.”

Jian An hanya menunduk, tidak menjawab. Entah kenapa hatinya merasa gelisah mendengar penuturan Saka. Sebuah firasat samar mengusik pikirannya, seolah sesuatu yang besar akan terungkap. Tapi dia memilih untuk tetap diam.

Di sisi lain, Saka merasa semakin yakin ada sesuatu yang istimewa tentang Jian An. Cara dia melukis, detail pola yang begitu serupa dengan artefak keluarga mereka, hingga simbol-simbol kecil yang hanya bisa diketahui oleh orang-orang tertentu. Dia mulai bertanya-tanya, apakah Jian An memiliki hubungan tak terduga dengan masa lalu keluarganya?

Keesokan harinya, setelah jam kerja di galeri selesai, Saka memutuskan untuk mengunjungi rumah keluarganya. Dia membawa Jian An bersamanya, dengan alasan sederhana ingin memperlihatkan koleksi lukisan kuno yang selama ini tersimpan. Jian An sempat ragu, tetapi rasa penasaran akhirnya membuatnya setuju.

Saat mereka tiba di rumah keluarga Saka, Jian An tertegun melihat betapa megahnya bangunan tersebut. Nuansa tradisional Jawa berpadu dengan elemen kolonial, menciptakan suasana yang anggun sekaligus berwibawa. Saka langsung membawa Jian An menuju ruangan khusus di dekat kamar kakeknya.

Di dalam ruangan itu, Jian An terdiam mematung. Matanya langsung tertuju pada sebuah lukisan besar yang terpajang di dinding tengah. Lukisan bunga teratai dengan detail aksara Jawa di sudutnya. Persis seperti yang dia lukis.

“Ini dia,” kata Saka sambil menatap lukisan itu. “Kamu lihat? Sama sekali bukan kebetulan.”

Jian An melangkah mendekat, tangannya gemetar saat mencoba menyentuh kaca pelindung lukisan tersebut. “Ini… ini seperti sesuatu yang aku tahu, tapi aku tidak ingat darimana…” bisiknya.

Saka memandang Jian An dengan ekspresi serius. “Mungkin ada bagian dari masa lalumu yang terhubung dengan keluargaku. Kita harus mencari tahu.”

Jian An hanya menelan ludah, sementara pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Siapa sebenarnya dirinya? Dan bagaimana bisa lukisannya menyerupai sesuatu dari masa lalu keluarga Saka?

Jian An terpaku melihat kain jarik bermotif sidomukti yang tersimpan rapi di balik lukisan itu. Jantungnya berdegup kencang, dan tubuhnya terasa dingin seketika. Motif sidomukti yang terlihat di depannya bukan sekadar kain bagi Jian An—itu adalah bagian dari kenangan kelam yang terus menghantuinya.

Kilasan peristiwa itu kembali muncul dalam pikirannya. Dia teringat dengan jelas saat seorang lelaki dengan wajah penuh amarah menculiknya. Jian An tidak tahu alasan lelaki itu melakukannya, tetapi ingatan terakhirnya adalah ketika dia dilempar ke dalam sumur gelap dengan tangan terikat. Sebelum penutup matanya dibuka, lelaki itu menunjukkan sebuah kain jarik yang sama persis dengan yang ada di depannya sekarang.

"Apa ini?" bisik Jian An dengan suara bergetar. Tangannya perlahan-lahan menyentuh kaca pelindung kain itu. "Kenapa kain ini ada di sini?"

Saka yang memperhatikan perubahan ekspresi Jian An segera bertanya, “Kamu kenapa? Apa kamu mengenali kain itu?”

Jian An menoleh ke arah Saka dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya... tapi kain ini mengingatkanku pada sesuatu yang sangat menakutkan," ucapnya terputus-putus. "Aku pernah melihatnya... saat seseorang menculikku."

Mata Saka membelalak. "Apa maksudmu? Seseorang menculikmu?"

Jian An mengangguk lemah. "Iya, beberapa tahun lalu. Aku hampir mati di dalam sumur, dan ini... kain ini adalah hal terakhir yang kulihat sebelum semuanya gelap."

Saka terdiam, mencoba mencerna kata-kata Jian An. Dia tidak pernah mendengar cerita ini sebelumnya, dan pikirannya mulai dipenuhi pertanyaan. Bagaimana mungkin kain yang berada di ruangan keluarganya terhubung dengan masa lalu kelam Jian An? Apakah ada kaitan antara keluarga mereka dengan penculikan itu?

“Ini mungkin bukan kebetulan, Jian An. Kita harus menyelidiki ini lebih jauh,” ucap Saka tegas.

Namun, Jian An hanya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu apakah aku sanggup. Ingatan itu terlalu menyakitkan."

Saka memegang bahu Jian An dengan lembut. "Kamu tidak sendiri. Jika ini ada hubungannya dengan keluargaku, aku akan memastikan semuanya terungkap."

Jian An hanya bisa menunduk, terjebak dalam kebingungan dan ketakutan. Sementara itu, Saka bertekad untuk menggali lebih dalam misteri di balik kain sidomukti itu dan bagaimana semuanya terhubung dengan Jian An.

1
yanah~
Mampir kak, tulisannya rapi, enak dibaca 🤗
¶•~″♪♪♪″~•¶
semangat kk/Determined//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!