Menolak dijodohkan, kata yang tepat untuk Azalea dan Jagat. Membuat keduanya memilih mengabdikan diri untuk profesi masing-masing. Tapi siapa sangka keduanya justru dipertemukan dan jatuh cinta satu sama lain di tempat mereka mengabdi.
"Tuhan sudah menakdirkan kisah keduanya bahkan jauh sebelum keduanya membingkai cerita manis di Kongo..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Satu selera
Aza masih memantau meski raganya kini berada di toilet. Ia tidak kebelet ataupun memang sedang benar-benar ingin mainan air. Ia hanya menunggu sampai lelaki yang bernama Jagat itu pergi dengan sendirinya. Hanya saja jangan sampai subuh! Aza menghentakan kakinya gemas ingin keluar.
Sementara disana, ditempatnya...bunda sudah geram dengan Aza. Bahkan beberapa kali wanita paruh baya nan cantik ini menghubungi Aza, namun Aza hanya membiarkan panggilannya begitu saja.
Jagat memperhatikan bunda Indah yang komat-kamit kesal pada Aza sang putri.
Ini anak kebiasaan banget deh! Pasti ke toilet kalo lagi ditungguin...makan apa sih?!
Jagat terkekeh tanpa suara melihatnya, bukan ia yang genit memperhatikan bunda Indah, namun ia hanya sedang mengira-ngira saja, seperti apa kiranya wajah Aza. Kemungkinan tak berbeda jauh dengan bunda Indah. Ia mengangguk kagum, jujurly...bunda Indah memiliki paras yang rupawan.
Dari sampingnya, Dika sudah mencolek-colek lengan, "mau ditungguin sampai bedug subuh?" cibirnya. Baru sadar! Jagat melihat jam di tangannya, "bu, maaf... Mungkin sepertinya hari ini belum jodoh. Kebetulan saya sedang menemani rekan membeli kebutuhan untuk nanti setelah magrib, kami akan dinas luar..." ujar Jagat tak enak hati, sebenarnya ia pun cukup kecewa karena tak dapat bertemu dengan Aza. Ia cukup penasaran dengan sosok gadis bernama Azalea Kamila.
"Yaaa...maaf ya Jagat. Emang dasar nih Aza. Suka kadang-kadang begitu, padahal bunda maunya kalian ketemu sebelum sama-sama pergi, biar nanti bisa kerasa kangennya. kebetulan banget kan padahal kita ketemu gini...jodoh!"
Jagat tersenyum getir, hm jodoh ya...
"Iya bu. Ngga apa-apa, lain kali nanti bisa ketemu..." jawabnya. Bunda menyarangkan usapannya di lengan Jagat meskipun ia harus sedikit meraih ke atas karena perbedaan tinggi badan.
"Insya Allah...kamu hati-hati ya nak, jaga kesehatan, jaga diri, jaga hati juga buat Aza..." kekeh bunda berpesan. Jagat tersenyum meraih tangan bunda begitu sopan dan hormat, semakin membuat bunda sayang jika harus kehilangan calon mantu seperti Jagat.
"InsyaAllah bu."
"Ahhhh,,,ngga rela bener deh...kenapa harus pada pergi sebelum ketemu gini sih, si Aza bener-bener deh! Kebangetan!" omelnya lagi pada sang putri di depan Jagat yang kemudian membalasnya dengan tawa, "ngga apa-apa bu, Aza nya jangan dimarahi. Kalau begitu saya duluan bu..." tukasnya karena sedari tadi Dika sudah kembali mencolek-colek dirinya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Calon mertua...hm, saya jadi iri sama kamu, Gat." Ujar Dika ketika mereka sudah berlalu.
Jagat memasukan tangannya ke saku celana, hanya menanggapi ucapan Dika dengan senyuman tipis. Ia menyesal sekarang, apakah kini ia merasa mendustakan nikmat Allah yang sudah diberikan, seharusnya ia bersyukur Allah masih memberinya jodoh yang memiliki orangtua penyayang seperti bunda Indah tadi. Seharusnya ia bersyukur calon jodoh yang telah dipilih ibu dan bapak adalah wanita yang lahir dari keluarga baik-baik seperti bunda Indah dan ayah Lukman, bukan malah kabur membuat bapak dan ibu kecewa, apalagi jika mereka tau alasan sebenarnya ia bertugas ke Kongo.
Jagat hanya bisa menggeleng seraya mengalihkan pikirannya dengan memandang ke sekeliling, namun tak sengaja matanya tertumbuk pada toko yang sedang ia lewati bersama Dika.
...**REIGER** ...
...**Tropical Adventure**...
Dengan tanda segitiga seperti gunung menjadi logonya.
"Dik, mampir kesini dulu sebentar...." ajaknya menunjuk pintu kaca yang baru saja di dorong dari dalam mengeluarkan dua orang lelaki sambil membawa tentengan paper bag.
"Oh, kamu mau belanja Gat?"
"Hanya melihat-lihat saja dulu, biar tau harganya." jawab Jagat langsung mendorong pintu kaca dan masuk diikuti Dika.
Aza berjalan mengendap-endap ke tempat bunda berada, dimana bunda sudah menyusulnya ke depan toilet.
"Kamu gimana sih?!" sembur bunda ngamuk.
Aza menampilkan wajah nyengir dengan deretan gigi rapi nan putihnya, "wait...wait....tarik nafas, keluarkan...ucap istighfar bunda...." interupsinya, jangankan tenang, bunda justru semakin menggerutu dan menghadiahinya dengan tepukan di pan tat Aza, "ASTAGHFIRULLAH HAL'ADZIM banget bunda punya anak kaya kamu!!!"
"Awshhh," keluh Aza mengusap-usap pan tatnya.
"Orang nungguin sampe jamuran! Bunda sampe ngga enak sama Jagat sama temennya, ini malah kontes di wesseee, Astaghfirullah!"
"Bunda tuh maunya kalian ketemu dulu sebelum Jagat pergi nugas luar, kamunya juga jadi relawan...awas ya, bunda ngga mau sampe kehilangan calon mantu idaman gitu, ya baik, ya cakep, ya soleh...ya allah!" benar-benar putrinya itu, minta dikawinin sekarang.
Aza hanya nyengir saja menghadapi amukan bunda, disenyumin aja, "iya. Maaf ih."
"Maaf...maaf..." omel bunda lagi menggerutu seraya keduanya berjalan menjauhi toilet.
"Sampe-sampe bunda lapar nungguin kamu tau ngga!"
"Oh bunda lapar? Ya udah, kalo gitu bunda makan aja, biar Aza belanja dulu sendiri, cuma beli celana cargo sama nyari jaket bomber. Abis itu sisanya paling perlengkapan kesehatan pribadi."
Bunda menatap putrinya itu, "yakin?"
"Yakin. Di Reiger..." tunjuk Aza pada store andalan ayah itu.
"Oke. Bunda kesitu aja. Jadi nanti kalo kamu lapar atau bunda udah keburu selesai nyemil, kamu yang nyamperin bunda."
"Siap bos!" hormatnya. Akhirnya kedua anak--ibu ini berpisah di depan store, Aza yang masuk ke dalam toko dan bunda melanjutkan langkahnya yang tinggal menyebrang ke arah gerai ayam cepat saji, dimana foodcourt berada.
Aza mendorong pintu kaca toko, dan mulai mencari barang yang ia inginkan.
Jagat meraih gantungan yang mempertegas bentukan jaket bomber berwarna hijau army.
"U.S Army...mantap!" oceh Dika mengacungi jempol, ia pun tak kalah memilih, "saya kalo pake yang kaya gini, berasa jadi rambo!" Dika menatap pantulan dirinya dari cermin bersama tangannya yang menempelkan jaket di badannya.
Jagat menatap Dika sekilas dan kembali fokus pada dirinya, dirasa bosan dengan warna hijau, ia beralih meraih gantungan lain, dan pandangannya tertumbuk pada jaket bomber berwarna biru navy, "eh."
Tangannya bersentuhan dengan tangan Aza yang ternyata ingin mengambil itu pula, "sorry-sorry, lo mau ambil itu juga, ya..." Aza menampilkan senyuman sekilasnya namun terkesan manis.
"Monggo." Gadis itu mempersilahkan Jagat untuk mengambilnya, sementara ia mengambil warna lain.
"Ladiest first. Biar saya yang lain saja."
Aza mengangguk dan kembali menguarkan senyumnya, "thanks." Aza mengambilnya dan menempelkannya di badannya lalu ikut permisi pada Dika, "misi ya mas...ikut ngaca."
"Oh monggo neng cantik..." seperti biasa, Dika memang selalu begitu. Dan Aza tak mau meladeninya, ia lebih memilih fokus pada dirinya sendiri.
Bukannya lanjut memlilih Dika dan Jagat justru mencuri-curi pandang memperhatikan Aza yang sepertinya tak terganggu oleh keduanya, atau mungkin Aza menganggap keduanya cuma nyamuk kebon.
Gadis itu memutar badannya yang begitu pas saat memakai jaket bomber itu, meski lekuk tubuhnya tak begitu terlihat aduhai. Aza tersenyum saat menemukan kepuasan melihat dirinya, "pas."
*Srrettt*!
Ia membuka resleting jaket dan menyampirkannya di lengan, "permisi." ia pamit dan lanjut memilih celana cargo.
"Wee ayune, Gat. Yang kaya begitu tuhhh jodoh saya!" ujar Dika cengengesan kembali digelengi Jagat, ia melanjutkan acara memilih jaketnya yang tertunda karena Aza.
"Do'amu harus dilangitkan sepanjang hidupmu, Dik." cibir Jagat.
"Weee, siapa tau khan. Saya adalah hamba kesayangan Allah, besok lusa, saya dijodohkan juga sama gadis ayu begitu sama si mbok."
"Aamiin...aamiin..." Jagat mengamini, "wes. Saya udah dapet, yuk bayar!"
.
.
.
.
.