Penjara Hasrat Kakak Tiri Kejam

"Kenapa? kau tidak mau melakukannya disini?" Tanya Noah balik, ia terlihat sibuk menyuapi Nara dengan mie goreng yang ia beli. Meskipun yang sebenarnya Nara tidak berselera makan tapi ia takut menolak niat baik sang Kakak.

"Mau.." Nara menjawab singkat, tapi hal itu berhasil membuat Noah tersenyum simpul. Senyum yang jarang sekali Noah berikan untuknya, tidak pernah sekalipun.

"Kalau begitu habiskan semua makanan ini, aku mau mandi dulu." Noah menyerahkan sendok serta makanan tadi ketangan Nara, bangkit dengan tangan memegang paper bag yang berisi baju ganti.

Nara hanya mengangguk mantap, matanya terus mengekori sampai Noah tidak terlihat lagi. Masih memikirkan sebenarnya, yang ia lakukan kali ini benar atau tidak.

"Sikap manis seperti ini dari Kakak, benar-benar aku rindukan. Aku merasa jika Kak Noah yang dulu sudah kembali padaku.." Gumam Nara didalam hati.

Padahal seperti biasanya Nara tidak akan mampu makan banyak, tapi kali ini nafsu makannya semakin meningkat. Nara makan sangat lahap sampai semua bungkus makanan yang dibeli Noah habis tidak tersisa. Apa karna perlakuan manis dari Noah yang membuat Nara menjadi nafsu makan?

"Aduh.. aku ingin pipis.." Nara mengeluh, padahal masih ada Noah di dalam bathroom. Tapi, menahan lebih lama lagi Nara sudah tidak bisa menahannya. "Nanti Kak Noah bakal marah kalau aku buang air kecil disini.." Nara bangkit, ia menuju pintu bathroom.

Suara gemericik air masih terdengar, itu menandakan jika Noah masih mandi. Meskipun penuh keraguan Nara memberanikan diri mengetuk pintu, bagaimana lagi ia tidak bisa menahan rasa ingin buang air kecil yang menyesakkan itu.

"Kak, Nara ingin buang air kecil.." Nara sedikit berteriak, kalaupun sang Kakak marah nanti Nara akan tetap pasrah saja.

Tidak berapa lama pintu bathroom terbuka, Noah tanpa sehelai pakaian sedikitpun. Kepalanya penuh dengan busa, sepertinya Nara benar-benar sudah menganggu aktivitas Noah mandi.

"Masuk.." Noah mempersilahkan, kebetulan Nara yang sudah tidak bisa menahan lagi langsung masuk begitu saja ke dalam bathroom.

Mungkin karna sebuah penginapan jadi closed berhadapan dengan Noah yang tengah mandi dibawah shower. Jadi, Nara selama buang air kecil ia terus memperhatikan Noah yang tengah mandi.

"Sudah?" Tanya Noah disaat Nara sudah bangkit memakai celananya kembali.

Rasanya sangat canggung bagi Nara, ya meskipun mereka sering melakukan lebih dari hal ini tapi tetap saja terasa aneh bagi Nara.

"Sudah, Kak.. Maaf menganggu Kakak mandi," Nara ingin pergi tapi sepertinya Noah masih ingin bertanya satu hal kepadanya.

"Kenapa cepat sekali?" Tanyanya, seperti Nara terkena penyakit serius saja kalau dari ekspresi Noah. "Maksudnya kenapa kau membuang air kecil secepat itu, apa kau sakit?" Noah memperjelas karna menyadari Nara bingung.

Nara menggelengkan kepalanya cepat, memang biasanya ia buang air kecil seperti itu. Bagaimana menjelaskan semua ini pada sang Kakak, Nara bingung.

"Tidak, Kak. Nara tidak sakit, buang air kecilku memang seperti itu." Jawab Nara yang semakin membingungkan Noah, tapi pria itu mengangguk saja seolah mengerti.

"Setelah kita pulang dari Villa aku akan membawamu ke Dokter," Ucap Noah, ia memakai handuk untuk mengelap tubuhnya yang basah.

Nara sangat malu melihat sang Kakak bergantian di depannya, merasa seperti suami istri saja. Dengan gerakan cepat Nara pergi ke luar dari bathroom, jantungnya berdegup kencang jika berada di suasana yang canggung. Nara duduk di pinggir ranjang, ia menatap kedua kakinya yang bahkan sudah tidak sakit lagi sekarang.

"Aneh, setiap tubuhku terasa dua kali lebih kuat jika bersama Kak Noah.." Nara sedikit cemberut menyadari bahwa dirinya semanja itu dengan sang Kakak.

Suara pintu terbuka dari bathroom membuat fokus Nara teralihkan menuju Noah. Pria tampan itu berjalan menuju kearahnya, Nara langsung naik keatas tempat tidur.

"Duduklah dipangkuan Kakak sekarang," Perintah Noah, ia menepuk kedua pahanya sebagai petunjuk.

Nara yang memang lagi mau sangat nurut pada Noah tanpa dipaksa langsung duduk dipangkuan pria itu. Lalu menyandarkan kepalanya pada dada Noah, sehingga membuat Nara menjadi sangat tenang. Posisi membuat Nara merasa sangat dekat dengan sang Kakak, seolah-olah Noah berada digenggamannya.

"Kau benci dengan Erlin?" Pertanyaan Noah mendapatkan tatapan tidak terbaca dari Nara.

Tanpa ragu Nara mengangguk. "Dia bisa membuat Kakak tertawa dan berbicara banyak, aku iri." Nara menjawab dengan bibir cemberut.

"Tapi hanya kau yang membuat aku mendesah, Nara." Noah mengecup bibir Nara lagi, ia tertawa melihat ekspresi Nara yang terkejut. Noah langsung memeluk erat Nara, ia gemas sekali dengan adik angkatnya itu.

Awalnya memang tidak melakukan apapun tapi lama-lama tangan Noah merambat ntah ke mana-mana. Menuju dua bongkahan sintal Nara, padahal masih sangat sakit disentuh.

"Ssshhhh.. jangan disentuh, Kak.. sakit.." Lirih Nara, ia merasa sedikit sakit karena mungkin sering sekali Noah melakukan tindakan secara kasar disana.

Noah meremasnya terkadang juga menarik inti dua bongkahan itu, merasa tidak puas Noah melepaskan piyama tidur yang Nara pakai. Terlihat dengan indah dua bongkahan tersebut, langsung Noah melahapnya. Nara terus mendesis merasakan sakit bercampur geli yang menjadi satu.

"Emmm.. pelan, Kak.." Nara membawa kepala Noah untuk memperdalam lagi, ia sampai mendongak merasakan rasa geli dan sakit itu.

Tubuh Nara tentu saja tidak fokus selama dipangkuan Noah, hingga merasakan senjata Noah yang sudah mengeras dibawah sana. Langsung Nara perlahan sedikit menaikan tubuhnya, ia merasa ada yang sedikit menjanggal.

"Ahhh.. aku tidak bisa menahannya lagi." Noah mengubah posisi hingga Nara berada dibawahnya. Tidak ada yang Noah pikirkan saat ini kecuali segera mendapatkan tubuh Nara yang sangat membuatnya candu.

"Nara, aku menginginkan mu lagi!" Noah membuka satu persatu pakaiannya, sepanjang itu Nara mengigit bibirnya sendiri karena masih takut dengan rasa sakit saat penyatuan nanti. "Aku tidak mau ada air mata lagi, terima segala takdirmu dengan sangat baik mulai dari sekarang, Nara." Noah memperingati Nara yang mulai ragu.

Tubuh Nara menegang sempurna karna tangan Noah sudah mendarat pada liang miliknya, sudah pasti memasukkan salah satu jari hingga membuat Nara merintih.

"Layani aku dengan tulus, maka aku akan memperlakukan dirimu dengan sangat baik." Noah semakin lihai membuat Nara terus mendesis dibawahnya.