Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Pagi nya terasa begitu nyaman bagi Andin yang sepanjang malam tidur berbantalkan lengan Gevano.
"Enak banget coba aja kalau tiap malam bisa tidur kayak gini" gumam Andin sembari meregangkan tubuh nya dan bangkit dari tidur nya.
"Eh?" Andin terdiam menoleh ke samping. Terlihat Gevano sudah membuka mata dan tersenyum tipis.
"Kok langsung bangun?" tanya Gevano dengan tersenyum tipis.
"Memang nya harus apa?" tanya Andin balik, dia tak mengerti apa yang di bicarakan oleh Gevano.
Gevano tersenyum tipis penuh arti. Dengan segera bangun dan tanpa aba-aba mengecup bibir Andin.
Cup
Deg
"Morning kiss dulu harus nya" jawab Gevano usai mengecup bibir yang cantik dan lembut itu.
Andin membeku dengan mata melotot menatap Gevano.
Gevano pun beranjak dari kasur dan langsung membersihkan diri untuk siap berangkat ke kantor.
"Apa tadi? Bibir aku? Di cup sama dia? Serius? Kok bisa?" gumam Andin lalu mengelus bibir nya.
"First kiss ku! Harus nya ku kasih ke orang yang mencintai ku" pekik Andin, tak tau saja dia Gevano sudah mulai menambatkan hati pada nya.
Beberapa menit kemudian Gevano keluar dengan handuk yang menutupi sebagian tubuh nya.
Andin yang masih senantiasa duduk di kasur merenung pun tersadar dan langsung menutup mata.
"Kok keluar nggak pakai baju!" protes Andin membuat Gevano terkekeh.
"Baju aku ketinggalan di sofa" jawab Gevano sambil mengambil paper bag yang ada di atas sofa.
Andin pun membuka mata perlahan dan menatap wajah Gevano tanpa bergerak sama sekali.
"Kedip Ndin, aku tau aku emang ganteng" ujar Gevano menyombongkan diri nya sembari menyisir rambut nya ke belakang.
"Sombong sekali" cibir Andin dengan memutar bola mata malas.
"Eh aku tadi mau protes sama kamu" ucap Andin menahan Gevano yang hendak masuk ke ruang ganti.
Gevano mengernyit dan menatap balik Andin bingung. "Tentang?" tanya Gevano.
"Yang kata kamu morning kiss itu! Itu first kiss aku ya, harus nya aku ngasih itu ke orang yang mencintai ku!" jawab Andin dengan mata sedikit melotot berharap Gevano takut.
Gevano terkekeh. "Harus nya first kiss itu lebih dari hanya kecup" ucap Gevano sembari mendekat ke arah kasur.
Andin mengernyit. "Berarti first kiss ku masih aman?" tanya Andin di jawab Gevano dengan mengangkat kedua bahu nya.
"Kata kamu yang boleh cium kamu cuma orang mencintai kamu aja ya?" tanya Gevano di angguki yakin oleh Andin.
"Kalau begitu..."
Cup
Gevano kembali mencium Andin, kali ini bukan sekedar kecupan, melainkan luumatan kecil untuk memberi sensasi.
Andin membeku masih dengan mata melotot nya, tak lama ia sadar dan segera mendorong tubuh Gevano.
"Berani nya kamu ini! Ku laporin Bapak nih!" ancam Andin makin membuat Gevano santai.
Kalau Andin melapor pada Bapak, bukan Gevano yang kena, tapi Andin yang kena amuk. Kenapa menolak kewajiban istri?
"Aku berani karena kamu istri aku, aku bisa bebas mau apapun kalau sama istri ku sendiri" balas Gevano membuat Andin terdiam.
Yaaa, benar sih. Tapi.. Ah sudah lah!
"Bahkan kalau aku mau, aku bisa lepas handuk ini dan pakai baju di depan kamu, nggak perlu ke ruang ganti" ucap Gevano sembari memegang ujung handuk yang menjadi kunci bertahan nya handuk itu.
"Eh? Jangan! Kamu nggak punya malu ya" omel Andin ikut memegang ujung handuk.
Gevano terkekeh melihat ekspresi Andin yang panik dan takut menjadi satu.
"Nggak kalau sama istri sendiri, buat apa malu? Kita akan buka-bukaan juga nanti nya, jadi harus di biasakan" sahut Gevano membuat Andin frustasi.
"Ah tau lah, sana hus hus aku mau mandi" Andin tak ingin menyahut lagi kalau ujung-ujung nya dia yang di buat mati kutu.
Andin langsung ngacir masuk ke dalam kamar mandi hingga melupakan handuk yang bertengger di samping pintu kamar mandi.
Gevano yang terus menatap Andin pun terkekeh. "Ndin, kamu lupa bawa handuk. Mau keluar tellanjang?" ucap Gevano membuat pintu kamar mandi terbuka lagi.
Tanpa suara, Andin mengambil handuk milik nya dan kembali masuk ke dalam kamar mandi tanpa melihat ke arah Gevano.
"Lucu" gumam Gevano melihat tingkah Andin yang sangat menggemaskan.
Di dalam kamar mandi, Andin masih bolak-balik di depan cermin sembari mengelus bibir nya sendiri.
"Kok jadi ke ingat ya? Kok enak? Kok bisa aku diam aja? Kok bisa aku mati kutu?!" Andin mengacak-acak rambut nya karena membuat nya pusing sendiri.
"Huft.. Tenang Andin, anggap kejadian tadi hanya mimpi, anggap kejadian tadi nggak ada dalam keseharian" Andin berbicara pada diri nya sendiri lewat cermin.
Setelah nya Andin pun membersihkan diri, dan ngacir masuk ke ruang ganti.
"Dia udah keluar?" gumam Andin saat menutup pintu ruang ganti dan menguncinya.
"Bagus lah" sahut Andin bergumam lagi dan mengambil pakaian nya di lemari tanpa menyadari ada yang ganjal di dalam ruang ganti itu.
Dengan santai nya, Andin melepaskan handuk yang menjadi satu-satu nya penutup tubuh nya.
Dan segera memakai pakaian dalam dengan santai dan tanpa berbalik arah atau menoleh kemanapun.
Glek
Susah menahan sesuatu yang sejak tadi Gevano tahan, ia membeku di belakang Andin yang masih tak menyadari kehadiran nya.
Ingin bersuara, tapi rasa nya ada yang menahan di bagian tenggorokan untuk tidak mengucapkan apapun.
Hingga Gevano tak sadar menjatuhkan gesper milik nya yang masih di pakai.
Jreng
Deg
Andin langsung menoleh dan terkejut melihat keberadaan Gevano.
"Kamu ngapain masih disini?" tanya Andin tak menyadari keadaan nya dan berbalik membuat Gevano semakin menahan nafas.
"Aku.. Aku kesusahan.. Masang gesper.. Ini" jawab Gevano dengan sekuat tenaga menahan sesuatu yang bergejolak di dalam diri nya.
Andin mengernyit. "Mana sini ku bantuin, gitu aja susah" Andin melangkah mendekati Gevano tanpa menyadari sudah lengkap kah pakaian yang ia pakai?
Jangan turn on boy! Tahan!