Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA PULUH TIGA
Bara: Sekar lo marah sama gue?
Bara: Gue minta maaf Sekar, tadi ada hama yang ganggu waktu gue telpon lo.
Pesan itu kira-kira yang muncul di ponsel Sekar, setelah makan selesai dia kembali ke kamar. Berusaha melupakan kekesalannya kepada suaminya itu dengan tidur, namun sebelum itu ia melirik ponsel yang tergeletak di sisi kasur mengecek apa ada pesan masuk atau tidak.
"Alah, yang namanya laki-laki semua sama banyak alasan," ucap Sekar, dengan mulut komat kamit karena kesal sambil menyimpan ponselnya di meja dekat lampu tidur.
"biarin aja gak akan dibales, biar tau rasa. Pake bilang ada hama, emangnya padi di sawah yang ada hamanya," gerutunya lagi, sambil menggigit bantal menahan kesal.
Lalu Sekar menarik nafas dalam-dalam agar pikirannya tenang lalu menghembuskan nya, setelah itu ia menarik selimut untuk bersiap tidur. Tak lama ponsel kembali berdering tanda ada pesan masuk, sayangnya Sekar tak tau karena sudah jatuh terlelap.
Bara: Sekar, besok lo siap-siap. Supir bakal jemput kesana, karena gue gak mungkin ninggalin opa sendirian di rumah sakit.
Keesokan harinya, Sekar langsung menjalankan pekerjaan rumah seperti biasa. Tak lupa pukul 08.00 pagi mengajak bapak agar berjemur di depan rumah supaya terkena sinar matahari.
"Bapak gimana, mulai terasa panas banget ga matahari nya?" tanya Sekar sambil berjongkok di depan bapak.
"Enggak, nanti kalau udah panas banget bapak bilang."
"Ya udah, Sekar ke kamar dulu kalau gitu." Setelah mengucapkan itu Sekar beranjak bangun untuk ke kamar.
Ketika ditinggal Sekar, bapak asik melihat sekitar terlihat orang-orang yang berlalu untuk pergi ke kebun sambil membawa cangkul, ada juga anak-anak yang berangkat sekolah dan dari kejauhan bapak melihat Ridwan teman anaknya yang datang menghampiri dirinya.
"Assalamualaikum, pak," ucap Ridwan sambil tersenyum mengambil tangan bapak untuk dicium takzim.
"Loh, nak Ridwan habis dari mana?"
"Dari warung pak, beli rokok," jawab Ridwan dengan mata celingukan.
"Cari siapa? anak bapak."
"Ah, enggak pah, hehe," jawabnya lagi dengan mengusap leher karena malu ketahuan.
"Kirain, kalau cari sekar ada didalam."
"Memang suaminya, kemana?" tanya Ridwan yang mulai penasaran.
"Jakarta, ada urusan disana," jawab bapak membuat Ridwan makin kepo,
"Kok istrinya gak diajak ya malah pergi sendiri?"
"apa jangan-jangan pernikahan mereka ada masalah?" pikir Ridwan dalam hati.
"Kurang tau bapak juga, ya mungkin buru-buru gak sempat pamit. Karena kan gak ikut nginep disini."
"Oh begitu ya pak, me..." ucap Ridwan sambil manggut-manggut lalu saat ingin melanjutkan ucapannya,
Terdengar teriakan ibu Ridwan memanggil anaknya,"Ridwan!! Ridwan!"
"Ah kalau gitu saya permisi dulu, pak dipanggil ibu,"ucap Ridwan sambil berlalu pergi menghampiri ibunya.
"Ya, silahkan," jawab bapak yang masih melihat anak itu.
"Siapa pak? yang teriak-teriak bikin kaget aja," tanya ibu yang baru keluar dari rumah, lalu bapak menoleh menghadap istrinya.
"Itu, ibunya Ridwan yang manggil," ucap bapak
"Ngapain sih? Si Ridwan nyamperin kesini, udah tau si Sekar kan udah nikah padahal. Ibunya juga kenapa masih sensi aja?" ujar ibu yang kesal dengan tetangganya itu yang selalu sinis kepada keluarganya, karena takut menggoda anak mereka.
"Ya, karena kan mau nyamperin bapak, sesama tetangga harus saling tegur sapa,"
"Halah! yang kayak gitu bukan bikin akur malah ngajakin ribut," ucap ibu dengan suara keras, supaya tetangga yang terhalang dua rumah mendengarnya.
"Ngapain sih Bu, sama tetangga malah musuhan kayak gitu."
"Kalau tetangga gak bikin gara-gara ya aku gak mungkin mulai duluan, dia nya aja syirik sama kita."
"Ayo kita masuk Bu, udah mulai panas cuacanya."
Ketika ibu bersiap untuk menjalankan kursi roda bapak masuk rumah, tiba-tiba mobil Alphard hitam berhenti didepan rumah mereka membuat tetangga mereka mengintip dari balik jendela untuk mencari tau.
"Pak! pak itu kan mobil yang bawa bapak pulang dari rumah sakit, mau ngapain ya kesini?" ucap ibu sambil menepuk nepuk bahu bapak.
Setelah mesin mobil mati pak sopir langsung turun menghampiri mereka.
"Assalamualaikum pak, Bu. Saya diperintahkan mas Bara buat jemput istrinya." ucap sopir tersebut.
"Kalau boleh tau, bapak itu siapanya Bara?" tanya ibu kepo.
"Saya sopir keluarganya," jawabnya sambil tersenyum.
"Apa?!"
Bapak dan pak sopir langsung terlonjak kaget mendengar lengkingan suara ibu yang keras melebihi toa mesjid.
Lalu ibu, seperti orang linglung yang hanya memandang kosong ke depan sambil membeo, "jadi bara kayak punya sopir, kenapa si Rara malah mundur bukannya cari tau dulu keluarganya dulu"
Sekar langsung keluar rumah mendengar teriakkan ibunya lalu menghampiri mereka, "pak, kenapa ibu kayak orang sawan gitu mukanya?" tanya Sekar saat melihat ibunya hanya bengong bak orang bodoh, lalu pandangannya beralih kepada sopir Bara yang tiba-tiba muncul di rumahnya.
"Loh, pak kok ada disini?"
"Saya disuruh mas Bara jemput untuk dibawa ke Jakarta," ungkap sopir memberitahukan perintah.
"Tapi kok, mas Bara gak bilang?"
"Tadi waktu mau berangkat, bilangnya sudah kirim pesan kok, apa lupa ya?" ucap sopir sambil menggaruk kening heran.
"Tunggu pak, saya ke dalam dulu," ucapnya.
Sekar langsung berlari masuk ke rumah untuk ke kamar, dia ingat hari ini belum membuka hp nya
saat dibuka terlihat pop up notifikasi dilayar dari Bara seperti yang dibilang sopir.
"Kenapa gak bilang sih, mau dijemput. Aku kan jadi belum siap siap untung udah mandi tinggal ganti baju, kalau enggak makin lama sopir nunggu kasian kan jadinya," gerutu Sekar sambil memasukan beberapa baju ke dalam tas, "kayaknya segini cukup nanti tinggal langsung cuci aja disana, kan gak tau bakal selama apa" ucap Sekar sambil menerbitkan senyumnya.
Ibu langsung menerobos kamar Sekar langsung menggoyang-goyangkan badan anaknya itu.
"Sekar, kamu kenapa gak kaget gitu denger yang sopir tadi bilang?" tanya ibu heran.
Apa Sekar selama ini tau yang sebenarnya terjadi? jadi dia tau Bara itu kaya atau mungkin malah kayak banget? astaga memikirkan itu membuat ibu jadi pusing seketika.
"Aku tau Bu. Mas Bara minta buat aku rahasiakan identitasnya" ungkap Sekar, mematahkan kenyataan ibu anaknya Rara gagal memiliki suami kaya.
"Kalau gitu kamu balikin Bara sama Rara kan tadinya milik kakakmu, kamu gak berhak buat bareng sama dia!" perintah ibu membuat hati Sekar sesak seketika, ternyata ibunya masih sama saja ingin membahagiakan anaknya dan mengorbankan anak lainnya tampa tau ada hati salah satu mereka yang terluka.
"Kenapa gak bilang aja sama mas Bara. Kenapa malah paksa aku buat pisah sama dia," ucap Sekar dengan bibir bergetar menahan tangis, karena ibu yang menyakiti dirinya.
"Kamu kan tau si Bara pasti sakit hati omongan ibu, cuman kamu yang bisa bujuk dia buat pisah."
Ingin rasanya Sekar berteriak didepan ibunya, namun ia masih takut yang namanya dosa. Boleh gak sih? tukar tambah ibu plus kak Rara sebagai bonusnya jengkelin soalnya!!
paksa hancurkan pernikahan anaknya..