NovelToon NovelToon
Mentari Di Balik Kabut

Mentari Di Balik Kabut

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Percintaan Konglomerat / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Fika Queen

Roseane Park, seorang mahasiswi semester akhir yang ceria dan ambisius, mendapatkan kesempatan emas untuk magang di perusahaan besar bernama Wang Corp. Meskipun gugup, ia merasa ini adalah langkah besar menuju impian kariernya. Namun, dunianya berubah saat bertemu dengan bos muda perusahaan, Dylan Wang.

Dylan, CEO tampan dan jenius berusia 29 tahun, dikenal dingin dan angkuh. Ia punya reputasi tak pernah memuji siapa pun dan sering membuat karyawannya gemetar hanya dengan tatapan tajamnya. Di awal masa magangnya, Rose langsung merasakan tekanan bekerja di bawah Dylan. Setiap kesalahan kecilnya selalu mendapat komentar pedas dari sang bos.

Namun, seiring waktu, Rose mulai menyadari sisi lain dari Dylan. Di balik sikap dinginnya, ia adalah seseorang yang pernah terluka dalam hidupnya. Sementara itu, Dylan mulai tergugah oleh kehangatan dan semangat Rose yang perlahan menembus tembok yang ia bangun di sekelilingnya.

Saat proyek besar perusahaan membawa mereka bekerja lebih dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fika Queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 29

Sudah tiga bulan berlalu sejak Rose mengakhiri hubungannya dengan Dylan. Waktu terasa berjalan lambat, tapi juga penuh perubahan. Rose menghilang dari sorotan publik, memutuskan untuk mengambil jeda dari dunia hiburan. Tidak ada penampilan di televisi, wawancara, atau postingan media sosial—semua itu sengaja ia lakukan untuk merenungkan langkah hidupnya.

Rose memilih tinggal di kota kecil di pinggiran, jauh dari hiruk-pikuk metropolitan. Ia membuka studio seni kecil-kecilan, tempat ia mengajarkan lukisan kepada anak-anak dan remaja. Kegiatan itu memberinya kedamaian yang selama ini sulit ia temukan dalam dunia yang penuh tekanan dan ekspektasi.

Sementara itu, Dylan masih terjebak dalam rutinitasnya yang tidak pernah berhenti. Ia menetap di kantor cabang London, jauh dari keluarganya di Tiongkok. Ia menggunakan pekerjaannya sebagai pelarian dari pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul setiap kali ia pulang: "Kapan menikah, Dylan? Kamu sudah cukup sukses untuk membangun keluarga."

Hari-harinya penuh dengan rapat, negosiasi, dan pengambilan keputusan penting. Bahkan saat akhir pekan tiba, Dylan tetap berada di kantor, menatap laporan-laporan yang menumpuk. Namun, di balik kesibukan itu, ada kehampaan yang tidak bisa ia abaikan.

Malam itu, setelah selesai bekerja, Dylan memutuskan untuk berjalan-jalan di sepanjang Thames. Angin malam yang dingin membuatnya menarik mantel lebih erat, tapi pikirannya tetap tidak bisa lepas dari Rose. Ia bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan wanita itu. Apakah Rose sudah benar-benar melupakannya?

Di sebuah bangku taman, Dylan duduk dan menatap sungai yang tenang. Ingatannya kembali pada saat-saat bersama Rose—senyumnya, cara ia mendukungnya ketika dunia terasa berat, dan perdebatan kecil yang selalu berakhir dengan tawa.

Dylan mengeluarkan ponselnya, membuka galeri, dan menemukan foto terakhir mereka bersama. Dalam foto itu, Rose tersenyum cerah, sementara Dylan terlihat sibuk menatap layar ponselnya. Melihat foto itu, hatinya terasa berat. Ia menyadari betapa ia telah mengabaikan hal-hal penting demi mengejar sesuatu yang tidak pernah berakhir.

Di sisi lain, Rose duduk di ruang tamunya yang sederhana, mendengarkan musik klasik sambil memandangi kanvas kosong di depannya. Pikirannya juga melayang ke Dylan, pria yang pernah ia cintai begitu dalam. Ia bertanya-tanya apakah keputusan meninggalkannya adalah hal yang benar.

Malam itu, dua jiwa yang pernah saling terhubung berada di tempat yang berbeda, tapi memikirkan hal yang sama. Keduanya bertanya-tanya, apakah masih ada jalan untuk kembali, atau apakah takdir sudah memutuskan segalanya.

Waktu terus berjalan, tapi apakah hati mereka akan menemukan cara untuk saling menyapa lagi? Hanya waktu yang akan menjawab.

***

Hari itu, Rose menerima panggilan dari manajernya, Dina, yang sudah cukup lama tidak menghubunginya. Dina terdengar antusias, tapi ada nada hati-hati dalam suaranya, seolah tahu bahwa Rose mungkin tidak terlalu senang dengan kabar ini.

"Rose, ada undangan untukmu menghadiri jumpa pers peluncuran lagu baru nanti. Mereka ingin kau hadir sebagai tamu kehormatan dan membicarakan perjalananmu selama ini," kata Dina.

Rose terdiam sejenak. "Lagu baru? Aku bahkan tidak tahu mereka masih peduli dengan karierku," jawabnya, suaranya terdengar lelah.

"Mereka lebih dari sekadar peduli, Rose. Banyak yang merindukanmu. Dunia seni musik kehilangan sosokmu," ujar Dina mencoba meyakinkan.

Rose menghela napas panjang. "Aku tidak yakin. Aku bahkan tidak tahu apakah aku masih memiliki sesuatu untuk diberikan di dunia ini. Tapi... baiklah, aku akan datang."

Setelah menutup telepon, Rose berdiri di depan cermin di ruang tamunya. Ia memandangi dirinya sendiri. Wajahnya tirus, dan tubuhnya jauh lebih kurus dibandingkan beberapa bulan lalu. Pandangannya terpaku pada sorot matanya sendiri, yang tampak kehilangan semangat.

Ia sadar bahwa keputusannya untuk menjauh dari dunia hiburan dan menjalani hidup sederhana telah memengaruhinya, baik secara fisik maupun mental. Tapi di dalam dirinya, ada keinginan kecil untuk membuktikan bahwa ia masih mampu—entah kepada dunia atau kepada dirinya sendiri.

Hari peluncuran pun tiba. Rose mengenakan gaun sederhana berwarna biru lembut, yang dipilih dengan cermat oleh Dina. Saat ia melangkah ke lokasi acara, kilatan kamera langsung menyambutnya. Para wartawan dan penggemar yang sudah lama tidak melihatnya terlihat antusias.

Namun, Rose merasa canggung. Sorotan itu terasa asing baginya sekarang. Ia duduk di meja yang disediakan untuk tamu kehormatan, berusaha menjaga senyumnya meskipun hatinya masih penuh keraguan.

Ketika sesi tanya jawab dimulai, seorang wartawan bertanya, "Rose, sudah lama Anda menghilang dari dunia hiburan. Apa yang membuat Anda memutuskan untuk kembali?"

Rose menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Jujur, saya tidak yakin apakah ini benar-benar 'kembali.' Saya hanya merasa bahwa setiap orang punya perjalanan dan titik balik masing-masing. Saat ini, saya hanya ingin berbagi bagian kecil dari diri saya yang mungkin masih berarti bagi mereka yang mengikuti perjalanan saya."

Jawabannya disambut tepuk tangan hangat. Namun, jauh di dalam hatinya, Rose tahu bahwa kehadirannya hari ini lebih dari sekadar menghadiri acara. Ini adalah langkah kecil untuk menghadapi keraguannya dan mencoba berdamai dengan dirinya sendiri.

Setelah acara selesai, Rose kembali ke studio seninya, merasa lega sekaligus lelah. Ia sadar perjalanan ini belum selesai, tapi mungkin, hanya mungkin, ia masih punya kesempatan untuk menemukan kembali siapa dirinya.

***

Dylan merebahkan tubuhnya di sofa, lelah setelah seharian penuh bekerja. Ia menyalakan televisi dengan harapan bisa mengalihkan pikirannya, meski hanya sebentar. Namun, saat layar menyala, ia terdiam. Gambar pertama yang muncul adalah Rose, sedang berbicara dalam sebuah wawancara eksklusif di acara peluncuran lagu baru.

Matanya langsung terpaku pada layar. Rose terlihat jauh lebih kurus dibandingkan terakhir kali ia melihatnya. Pipi tirus, tulang selangka yang jelas terlihat, tapi tetap ada sesuatu dalam dirinya yang memancarkan kecantikan yang sulit dijelaskan. Namun, yang membuat hati Dylan berdebar adalah tatapan Rose—tatapan yang pernah ia kenal baik, tapi kini terlihat lelah dan kosong.

"Rose...," gumam Dylan tanpa sadar.

Ia mendengar pembawa acara memuji penampilan Rose, menyebutnya sebagai simbol kekuatan dan ketegaran. Rose tersenyum tipis, tetapi Dylan yang mengenalnya begitu baik tahu bahwa senyum itu menyembunyikan rasa sakit.

Ketika pembawa acara bertanya tentang perjalanan hidupnya selama menghilang dari dunia hiburan, Rose menjawab dengan suara lembut, "Saya membutuhkan waktu untuk menemukan diri saya kembali. Hidup sering kali membawa kita ke arah yang tidak kita duga, dan terkadang kita harus melangkah mundur untuk memahami apa yang benar-benar penting."

Dylan merasa setiap kata Rose seperti mengarah padanya. Ia teringat saat-saat bersama Rose, ketika ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga mengabaikan apa yang benar-benar penting—mereka berdua.

Setelah wawancara selesai, tayangan beralih ke rekaman penampilan Rose di acara tersebut. Ia menyanyikan sebuah lagu dengan suara yang begitu emosional. Liriknya sederhana, tetapi penuh makna: tentang kehilangan, penyesalan, dan harapan yang samar-samar untuk menemukan jalan kembali.

Dylan merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan selama tiga bulan terakhir. Perasaan rindu yang begitu dalam. Ia menyadari bahwa meskipun ia mencoba melupakan Rose dengan menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan, hatinya tetap tidak bisa lepas dari wanita itu.

Tanpa sadar, ia meraih ponselnya. Ia membuka kontak Rose, jari-jarinya melayang di atas layar. Ia ingin menghubunginya, mendengar suaranya lagi, tetapi ada keraguan yang menghentikannya. Apakah Rose masih mau berbicara denganku? pikirnya.

Dylan akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan sederhana:

"Rose, aku melihatmu di televisi tadi. Kau terlihat luar biasa, meskipun aku tahu kau sedang melalui banyak hal. Aku ingin kita bicara, jika kau siap."

Ia menatap layar ponselnya, ragu-ragu sebelum menekan tombol "kirim." Setelah mengirim pesan itu, Dylan merasa dadanya penuh dengan harapan sekaligus ketakutan.

Di tempat lain, Rose sedang duduk di studionya, memandangi bunga yang dikirim oleh penggemarnya sebagai ucapan selamat atas peluncuran lagu. Ketika ponselnya bergetar, ia melihat nama Dylan muncul di layar. Rose terdiam sejenak, hatinya berdebar. Setelah membaca pesan itu, ia menatap langit malam di luar jendela.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Rose merasa ada sesuatu yang hangat di hatinya—sebuah tanda bahwa mungkin, hanya mungkin, perjalanan ini belum benar-benar berakhir.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!