Jihan yang polos dan baik hati perlu mengumpulkan uang dalam jumlah yang besar untuk membayar tagihan medis ibunya yang sakit parah. Terpaksa oleh situasi, dia menandatangani kontrak pernikahan dengan CEO perusahaan, Shaka. Mereka menjadi suami istri kontrak.
Menghadapi ibu mertua yang tulus dan ramah, Jihan merasa bersalah, sedangkan hubungannya dengan Shaka juga semakin asmara.
Disaat dia bingung harus bagaimana mempertahankan pernikahan palsu ini, mantan pacar yang membuat Shaka terluka tiba-tiba muncul...
Bagaimana kisah perjalanan Jihan selama menjalani pernikahan kontrak tersebut.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Beberapa karyawan terlihat sibuk bergosip di divisi keuangan. Mereka sedang membicarakan Jihan yang tadi kedapatan naik dan turun dari lantai khusus ruangan CEO dan petinggi perusahaan lainnya. Melihat Jihan lewat di depan dinding kaca ruang divisi keuangan, sontak menjadi bahan perbincangan hangat di sana. Banyak yang menggunjing, bahkan menuduh Jihan telah menggoda Shaka, hingga akhirnya di nikahi secara mendadak.
Mengenai berita yang beredar bahwa keduanya sudah lama dekat tanpa sepengetahuan siapapun, mereka sama sekali tidak mempercayai hal itu. Sebab merasa tak masuk akal, mengingat jika Jihan hanya karyawan biasa dan dari kalangan menengah. Posisinya jauh di bawah Shaka. Jadi banyak spekulasi buruk tentang Jihan. Menyebut bahwa wanita itu menjebak dan menggoda Shaka dengan melempar tubuhnya agar bisa memaksa Shaka menikahinya.
"Tampangnya saja sok polos, ternyata suhu. Sekali gerak dapat ikan kakap." Cibir salah satu karyawan itu. Terlihat penuh emosi dari nada bicara dan ekspresinya. Entah ada dendam apa pada Jihan, padahal dia juga jarang berinteraksi dengan Jihan.
Beberapa orang terkekeh dan setuju dengan perkataan temannya itu.
"Bahkan kamu kalah saing. Mungkin triknya lebih hebat." Sahut seseorang sambil terkekeh.
"Bukan masalah kalah di triknya, tapi kalah gatal saja.!" Jawabnya jengkel.
Ruangan itu menjadi semakin riuh, cibiran silih berganti untuk menggunjing seseorang yang bahkan tidak pernah melakukan kesalahan pada mereka. Hanya karna seorang karyawan biasa yang di nikahi CEO perusahaan, mereka dengan entengnya menghujat Jihan tanpa tau kebenarannya.
...******...
Shaka keluar dari ruangannya bersama Rio, asisten pribadinya. Keduanya masuk ke lift khusus dan turun di lobby.
Langkah terhenti ketika melihat sosok yang dia kenal sedang berbicara berdua dengan seorang pria. Obrolan keduanya terlihat sangat serius, bisa dilihat dari ketegangan di raut wajah keduanya.
Shaka kemudian melanjutkan langkah, berjalan semakin mendekat kearah dua orang itu. Bukan untuk menghampiri mereka, tapi karna jalur untuk keluar perusahaan harus melewati tempat itu.
"Hidupku sudah banyak masalah, tolong jangan menambah masalah lagi."
"Aku bosan mendapat chat teror dan hinaan dari calon istri Mas itu. Jadi berhenti menghubungi ku lagi.!" Ucap Jihan penuh penekanan. Saat berbalik badan dan hendak meninggalkan Rafka, Jihan malah menubruk tubuh seseorang yang tak lain adalah Shaka. Pria itu mendengar semua perkataan Jihan.
"Maaf Pa,,"
"Dia siapa.?" Ucapan Jihan langsung di potong Shaka. Pria itu melirik Rafka dengan tatapan datar.
Rafka ingin menjawab, tapi lebih dulu di jawab oleh Jihan.
"Pemilik rumah sakit andara's grup. Katanya ada janji bertemu dengan wakil direktur." Jawab Jihan cepat.
"Saya permisi dulu." Jihan pamit, tapi kedua tangannya di tahan Shaka dan Rafka. Adegan itu sempat membuat asisten Shaka tersenyum kikuk sekaligus cemas. Pasalnya tangan istri bosnya di pegang pria lain. Rio khawatir terjadi keributan di sana. Akhirnya mencoba menarik tangan Rafka supaya melepaskan tangan Jihan.
"Lepas Pak.!" Tegas Rio karna Rafka enggan melepaskan tangannya. Kini terjadi saling menatap antara Rafka dan Shaka.
Jihan juga kebingungan dalam posisi itu, dia mencoba menarik kedua tangannya, tapi sia-sia.
"Lepas.!" Tegas Shaka dengan tatapan tidak bersahabat.
"Maaf, saya masih ada urusan dengan pacar saya." Ujar Rafka santai. Kedua bola mata Jihan melotot sempurna akibat perkataan Rafka.
Pria itu terlalu percaya diri menyebutnya sebagai pacar.
"Kamu pacaran sama istri saya.?" Shaka menaikan sebelah alisnya. Lalu melirik Jihan.
Wanita itu langsung menggeleng cepat. Lalu muncul ide untuk membuat Rafka berhenti mengganggunya.
"Sayang, dia hanya omong kosong. Hubungan kami sudah lama berkahir." Kata Jihan tegas.
Genggaman tangan Rafka perlahan mengendur. Pria dengan setelan kemeja lengan panjang itu tampak syok mendengar Jihan memanggil sayang pada CEO perusahaan itu.
Rafka cukup mengenal sosok pria di depannya, siapa yang tidak tau CEO muda perusahaan samudera's grup. Sosok Shaka cukup terkenal, selalu muncul di buku ataupun majalah bisnis.
"Kamu sudah menikah.?" Nada bertanya Rafka terdengar lirih putus asa. Tatapan matanya yang semula penuh semangat karna bertemu Jihan, kini meredup dan berubah sendu. Dengan Shaka menyebut Jihan sebagai istrinya, itu sudah menunjukkan kalau mereka memang sudah menikah. Namun Rafka seolah berharap bahwa semua itu tidak benar.
Jihan berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Rafka saat genggaman itu melemah, kemudian bergeser mendekat pada Shaka. Tujuannya untuk menyakinkan Rafka kalau dia dan Shaka memang sudah menikah.
"Setelah ini aku mohon sama Mas Rafka, jangan hubungi aku lagi. Aku sudah memiliki kehidupan sendiri, bukankah Mas Rafka juga begitu.?" Jihan menatap penuh harap, meski sebenarnya ada sayatan kecil yang menggores hatinya. Tidak bisa di pungkiri, masih ada cinta di hatinya untuk Rafka walaupun mulai terkikis.
Jihan cukup sadar diri, mengharapkan Rafka sama saja seperti perumpamaan Bagai pungguk merindukan bulan. Menginginkan sesuatu yang sulit untuk di gapai karna terhalang restu.
"Lupakan semua tentang kita, lupakan aku.!" Tegas Jihan kemudian menggandeng Shaka pergi dari sana. Shaka tidak protes, dia diam saja dan membiarkan Jihan menggandeng tangannya. Jihan menghentikan langkah saat posisinya sudah jauh dari Rafka.
Jihan buru-buru melepaskan tangan Shaka.
"Maaf Pak, saya nggak punya bermaksud apa-apa pegang tangan Pak Shaka. Makasih sudah datang di waktu yang tepat." Jihan benar-benar tulus meminta maaf dan berterimakasih pada Shaka.
Setelah membungkuk sopan, Jihan pergi begitu saja tanpa menunggu respon dari Shaka.
Pria itu mematung di tempat, menatap punggung Jihan yang semakin menjauh dari pandangan. Dari kejauhan, Shaka bisa melihat gerakan tangan Jihan seperti sedang mengusap air matanya.
Shaka hanya tersenyum miring saat mengetahui kalau Jihan menangisi mantan kekasihnya.
Melihat sorot mata Jihan penuh kekecewaan dan terluka saat melihat mantan kekasihnya, tidak heran kalau pada akhirnya Jihan menangis.
...*******...
Pukul setengah 12, Jihan dan rekan kerja satu divisinya sudah berada di restoran mewah pilihan Shaka. Semua orang semakin antusias saat tau kalau acara makan siangnya di alihkan ke restoran. Dan begitu sampai di sana, mereka di buat syok karna restoran itu sudah di booking oleh Shaka, khusus untuk acara makan siang itu.
Jihan lebih syok dari mereka, sebab Shaka tidak memberitahu kalau restoran itu akan di booking.
"Gunung es itu benar-benar berlebihan. Gampang sekali buang-buang uang.!" Gerutu Jihan lirih. Di saat semua teman-temannya sibuk mengambil menu yang sudah di siapkan, Jihan malah sibuk mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi Shaka. Wanita itu sudah menyiapkan kata-kata mutiara untuk mengomeli Shaka.
Sayangnya panggilan telfonnya malah di tolak disaat baru tersambung. Membuat Jihan semakin jengkel pada pria dingin itu.
Tak berselang lama, sebuah pesan masuk muncul di layar ponselnya. Siapa lagi kalau bukan Shaka pengirimnya.
"Saya masih ada urusan di luar, nikmati saja makan siangnya."
Jihan mencebikan bibir setelah membaca pesan dari Shaka. Tidak ada yang bisa di harapkan dari pria sesibuk Shaka. Setelah ini, Jihan harus mempersiapkan jawaban jika rekan kerjanya menanyakan Shaka yang tidak bisa datang.