Olivia baru pertama kali berpergian tanpa pantauan kedua orang tuanya yang sangat posesif. karna rasa penasaran akan seperti apa dunia malam membuat Olivia masuk dalam penjara tawanan gairah pemuda impoten, Keenan Pradipta.
Percintaan panas yang terjadi satu malam menjadi alasan kuat Keen untuk menjadikan Olivia sebagai istrinya.
“Gairahku hanya ada padamu, cantik. Lalu kenapa aku harus melepaskanmu?” tanya Keen dengan tangan yang melingkar mesra dipinggang Olivia.
“Gairah-gairahmu kenapa juga aku yang menderita, ha? dasar pria gila impoten lagi!” umpat Olivia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCPI 26
"Oliv, kenapa melamun disana? Kemarilah duduk bersama, kau belum menyapa Kakak Keenan." Panggil Danu sampai Oliv tersadar dari lamunan panjangnya. Oliv dan Keen saling tatap satu sama lain tapi hanya sebentar karena Keen mengalihkan pandangannya ke arah Lovie yang terus mengajak bicara.
Perlahan tapi pasti langkah Oliv menuju semua orang yang asik bicara, jantung Oliv berdebar sangat kencang dan sangat menyesakkan dadanya. Apa lagi disaat aroma Keen yang sangat dirindukan mulai tercium di hidung Oliv semakin membuat rasa rindu ini menyesakkan dada.
"Ayolah, Oliv. Tetap santai seperti tidak terjadi apapun, lihat.. Keen saja bisa tenang tidak mengenalimu seharusnya kau juga melakukan hal yang sama.." Oliv terus menguatkan diri sendiri.
Secara tiba-tiba sang Mama membawa Oliv untuk duduk disamping Keen, agar mudah saling bicara sepertinya. "Ini dia Keenan yang selalu saja Oliv benci, lihat.. Dia sangat tampan bukan?" Lovie terus membicarakan ini itu kepada Oliv yang sangat canggung sebenarnya.
Tatapan tajam dari Keen itu sangat membuat aliran tubuh Oliv seakan membeku. Sampai Oliv tidak mampu berkata apapun, ia terlalu takut.
"Lama tidak bertemu, Oliv. Kau semakin cantik saja.." Puji Keen begitu saja terdengar gamblang dan tidak mau tahu akan respon orang sekitar.
Mata Oliv menuju Danu yang bangkit sepertinya mau mulai tidur, diikuti oleh Lovie di belakangnya.
"Kalian mengobrol saja dulu, Dadmu sudah ngajak tidur.." Lovie berlalu pergi bersama dengan Danu menuju lantai atas.
Oliv merasa sedikit aman karena masih ada Enzo, tapi sialnya sang Kakak malah asyik tertidur disofa. Tiada henti Oliv merutuki Kakaknya itu, sama sekali tidak peka jika Oliv dalam posisi yang sangat maut sekarang.
"Ah.. aku mau membuat minum untuk Kakak dulu, mau tidak?" Tanya Oliv sembari mencoba tetap senyum selebar lebarnya kepada Keen yang menatapnya tanpa kedip sedikitpun.
"Kenapa kau masih bisa tersenyum setelah pergi begitu saja, Oliv?" Tanya Keen dengan sedikit berbisik, suaranya sangat menekan kehidupan Oliv sebenarnya. "Kau masih bisa tertawa lepas disaat aku sendiri mau gila karena kepergianmu!" Keen mencurahkan segala unek-uneknya.
Sampai Oliv tidak bisa berkata-kata, ia melirik ke Enzo dulu yang masih tertidur pulas. Berusaha menarik napas dalam-dalam sebelum mengeluarkan responnya, Oliv berusaha tetap tenang dan tidak murka sedikitpun.
"Lihat, aku adalah putri Danu Pratama. Sekalipun keluarga kami kaya tidak pernah sederajat dengan keluargamu, Keenan."
"Apa maksudmu, Oliv?"
Oliv menghela napas panjang, ia menjauh sedikit dari Keen yang berusaha mendekat. "Aku ingin kita lupakan saja pernikahan sirih yang sempat terjadi dan juga segala hal yang telah terjadi diantara kita, Kak."
"Bagaimana mungkin?"
"Aku mengerti beban yang menimpa dirimu, itu sebabnya aku ingin lupakan saja pernikahan sirih kita!"
Keen tetap menggelengkan kepala, tidak setuju dengan semua yang Oliv katakan. Menarik paksa tangan Oliv, memegangnya sangat erat sampai Oliv sendiri meringis kesakitan.
"Lepas!" Oliv berusaha melepaskan diri dari kekuatan Keen yang menguasai.
"Tidak akan ada yang berakhir, Oliv. Pernikahan kita tetap berlanjut, tunggu saja.. setelah aku bisa menyakinkan Ayah maka aku akan langsung menyatakan hubungan kita." Ucap Keen terus memberikan keyakinan kepada Oliv.
Oliv hanya bisa tertawa kecil saja, ia melepaskan tangannya secara paksa dari Keen. "Kau egois, Keenan. Bahkan setelah tau fakta sebesar ini kau tetap kekeh ingin menyembunyikan semua ini?"
"Atau kau mau ikut aku mengatakan semua malam ini?" Tanya Keen bukan malah menjawab pertanyaan Oliv tadi, ia menatap Oliv sangat serius. "Jika kau ingin aku berkorban maka ayo lakukan, Oliv. Asal kau tetap bersamaku sekalipun aku kehilangan harta Pradipta.. tidak pernah aku beratkan semua itu."
Tidak ada yang bisa Oliv katakan, hanya terdiam dengan pikiran yang melayang jauh. Oliv menahan tangisnya, bahkan semua pilihan Keen tidak ada yang menyenangkan baginya. Oliv menoleh kearah Keen dengan kedua mata indah yang penuh air mata. Tapi, Oliv berusaha mati-matian menahan rasa sedihnya.
"Sadarlah, Kak.. kau hanya egois dan memikirkan urusanmu sendiri, tidah pernah memikirkan perasaanku!" Teriak Oliv tapi dengan nada pelan, ketahuilah terdengar sesak sekali bagi Keenan.
"Bukan seperti itu, Oliv. Aku_"
"Kau hanya memikirkan urusanmu sendiri, Kak. Tidak memikirkan aku, katanya kau mencintai aku dan sebagainya.. Tapi, dari semua yang kau katakan ini membuatku berpikir... jika kau tidak mencintaiku, semua hanya berbatas napsu saja!" Ucap Oliv panjang lebar, ia mendorong dada Keen sebelum berlalu pergi.
"Bukan begitu, Oliv. Kau tidak mengerti maksudku, sebaiknya dengarkan penjelasanku dulu!" Keen berusaha menarik Oliv tetap ditempat, tapi lagi dan lagi Oliv tetap bersikukuh ingin pergi.
Hingga pada akhirnya Oliv berhasil melepaskan diri, ia berlari kencang menuju lantai atas menghindari Keen yang menurutnya sangat egois. Keen spontan ingin mengejar tapi langkahnya terhalang oleh kaki meja hingga mengejutkan Enzo yang tengah tertidur.
"Astaga, Keen. Kau mengejutkan aku!" Enzo terduduk sembari menatap Keen heran, karena pria jangkung itu terus berdiri menatap anak tangga. Dimana sekalipun mata Enzo masih sangat berat untuk terbuka tetap saja Enzo melihat Oliv yang berlari kencang. "Ada apa dengan bocah itu?"
Keen menoleh kearah Enzo, ia menggelengkan kepala saja sebagai jawaban. "Aku mau pulang dulu, Enzo. Terimakasih sudah membawaku kesini," Ucap Keen, ia mengambil kunci mobil yang tergeletak dimeja.
"Kau bicara apa, Keen? Kau ini seperti saudara bagi kami, datang saja kapanpun kau mau. Tidak usah ragu, mengerti?"
Keen tersenyum tipis mendengar apa yang Enzo katakan, nyatanya Keen sendiri telah merusak kepercayaan dan kasih sayang keluarga Pratama yang ada untuknya.
"Menginaplah disini, sudah larut malam.." Ajak Enzo, kali ini lebih memaksa sebenarnya.
Awalnya Keen seperti enggan tapi masih merasa jika Oliv harus mendengarkan penjelasannya dahulu. Banyak yang perlu dijelaskan dan diperbincangkan diantara mereka, tapi sepertinya tidak akan mudah dilakukan.
"Ayo!" Enzo menarik tangan Keen menuju kamar tamu, merasa jika Keen sangat lelah seharian ini terus bekerja dan melakukan banyak hal.
Hai, Maaf yaaa... lama enggak update karena aku sangat sibuk dengan urusan real life, semoga kalian masih sabar menunggu. Setelah ini nggak akan ada masalah nggak update lagi, mulai rutin dan kalian jangan numpuk bab lagi...