Tring
" Melalui pesan ini aku talak kamu. Mulai hari ini kita bukan lagi suami istri."
Dunia wanita 35 tahun itu seakan runtuh. Dia baru saja selesai melakukan operasi sulit pagi ini. Dan pesan yang berisi talak dari suaminya membuat wanita itu terhuyung.
" Kenapa, kenapa kamu ngelakuin ini ke aku."
Dia tentu bingung, selama 3 tahun menjalin pernikahan mereka terlihat baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun berseteru.
Jadi, apa penyebab pesan talak itu sampai terjadi?
Apakah pernikahan wanita itu akan benar-benar hancur? Atau dia akan berusaha untuk mempertahankannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSMSC Chapter 10
Pintu rumah Nilam terbuka, dan pasangan itu mulai menautkan bibir mereka hingga masuk ke dalam kamar. Sukiyah hanya bisa menggelengkan kepalanya. Heran, hanya kata itu yang muncul di sana.
" Bener-bener nggak tahu malu. Dua-duanya sama. yang satu pria gendeng yang satunya wanita gila. Haah, manusia jaman sekarang ini kayaknya urat malunya udah putus kali ya?"
Sukiyah menggerutu. Dia sangat sebal dengan dua orang itu. Terlebih ketika dia harus membereskan pakaian yang berserakan.
Bukan tanpa alasan Sukiyah kesal, dia harus mendengarkan suara desahaan laknat dari kamar majikannya. Rasanya setiap kali Dimitri datang, Sukiyah ingin menyalakan musik keras-keras dan memakai kaca mata kuda agar tidak mendengar dan melihat apa yang mereka lakukan.
" Tidurlah, aku harus pulang," ucap Dimitri sambil keluar dari kamar mandi. Jarum jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Ya, mereka baru saja selesai bermain. Entah berapa kali Dimitri dan Nilam melakukannya. namun sepetinya mereka tidak terlihat lelah sama sekali.
" Apa harus pulang sekarang Mas, aku masih pengen sama kamu."
" Aku harus pulang, biasanya Neha pulang sebelum subuh atau pas subuh. Aku nggak mau bikin dia curiga."
" Huh, sekarang kamu jadi sering banget ya mikirin istrimu. Dulu nggak gitu deh. Tapi ya udah kalau kamu mau pulang. Trus mau pulang pake apa, kan mobilmu ada di kantor."
Dimitri terdiam sejenak. Dia lupa kalau semalem dirinya pulang ke rumah nilam dengan menggunakan mobil Nilam dan meninggalkan mobilnya. Tapi sepertinya tidak jadi masalah. Saat ini banyak ojek online dan taksi online, sehingga mudah untuk mobilitas meskipun masih dini hari.
" Aku ngojek aja. Ya udah kalau gitu, aku pulang dulu. Lumayan masih ada beberapa jam untuk kamu tidur sebelum berangkat kerja."
Nilam mengangguk, dia menarik selimutnya lalu memejamkan mata. Nilam tidak mengantar Dimitri karena matanya begitu berat.
Dimitri pun melenggang keluar dari kamar Nilam. Dia memesan taksi online. Namun entah mengapa tidak ada satu pun yang mengambil pesanannya.
Ia kemudian berjalan hingga keluar komplek, Dimitri tersenyum saat melihat sebuah taksi berwana biru sedang terparkir di sisi jalan. Ia pun kemudian menghampiri taksi tersebut dan minta diantar ke rumah.
" Silakan masuk Pak, ini di perum Dewa Regency Jl. Pahlawan ya?"
" Betul."
Dimitri masuk ke dalam taksi lalu menyandarkan punggungnya. Ia membuang nafasnya yang terasa begitu berat. Perkataan Nilam perihal dirinya yang sekarang sering memikirkan Neha memang benar adanya.
Jika dulu ketika Dimitri menghabiskan waktu dengan Nilam, ia sama sekali tidak mengingat Neha. Nilam membuatnya asyik dan terbuai. Tapi tidak dengan setelah kepulangannya dari luar kota. Ia memikirkan Neha dan khawatir jika dirinya ketakutan.
" Apa aku udahi aja ya ini sama Nilam," gumamnya lirih.
Ckiiit
" Sudah sampai Pak."
" Ah ya, terimakasih. Ini, ambil aja kembaliannya."
Cekleek
Klaak
Setelah memberikan uang, Dimitri turun lalu melenggang masuk ke dalam rumah. Di sana belum ada mobil Neha, jadi istrinya tersebut belum lah kembali ke rumah.
Dimitri tentu bernafas lega, dia masih bisa tidur sebelum Neha kembali. Tanpa ia sadari saat ini ada orang yang tengah memerhatikannya.
Supir taksi berwana biru yang mengantarkannya dari rumah Nilam, ternyata masih berada di depan rumah. Tidak persis ada di sana, taksi itu maju sekitar 5 meter.
" Bos, baru aja sampai nih."
" Oke, tetep di sana."
" Siap!"
Braaak!!
Setelah mendapat kabar itu, seorang pria nampak murka. Nafasnya memburu, matanya nyalang dan darahnya mendidih karena marah. Jika tadi dia yang jadi supir taksinya, maka mungkin saat ini Dimitri akan pulang dengan wajah yang tidak berbentuk.
" Saya aja yang pergi Bos, kalau Bos yang jalan yang ada semua rencana bakalan gagal."
Seperti itulah ucapan anak buah Nayaka Janu Lagford. Pada akhirnya adik dari Neha itu meminta salah satu anak buahnya untuk mengawasi Dimitri.
Sebuah laporan masuk ketika anak buah Nayaka tengah ada di bandara waktu itu. Ya, sepasang mata yang melihat Dimitri dipeluk oleh Nilam adalah anak buah Nayaka. Orang itu langsung mengambil gambar dan mengirimkannya kepada Nayaka.
Terang saja Nayaka marah bukan main. Awalnya Nayaka ingin langsung memberitahu Neha tapi ia urung. Nayaka ingin memastikannya dulu dan mencoba untuk menyelidikinya juga.
" Pria bajingan itu, kurang apa mbak gue heh! Malah main sama cewek gatel kek gitu. Bajingan emang, awas aja ya, kalau sampai mbak gue kenapa-napa, dia bakalan yang gue jadiin dendeng lebih cepet."
Nayaka mengusap wajahnya kasar. Baru saja sang kakak merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-3 dan sekarang dia malah mengetahui fakta bahwa kakak iparnya berselingkuh. Nayaka tahu betul bahwa Neha begitu bahagia saat ini. Ada rasa gelisah salam dirinya jika ingin memberitahu Neha tentang apa yang dilakukan oleh suaminya dibelakang.
Gamang, marah, galau, resah dan takut, seperti itulah yang saat ini Nayaka rasakan. Ia bingung harus berbuat seperti apa sekarang.
" Apa bilang ke Mama ya? Tapi ... ."
Nayaka menggelengkan kepalanya kuat. Dia tidak bisa melakukan itu saat ini. Atau bisa dibilang dia tidak boleh terburu-buru.
Apalagi Nayaka juga tahu bagaimana dulu kisah tentang ibunya yang pernah di khianati. Tapi mungkin sang kakak kali ini lebih parah dari pada ibunya dulu.
Jika Naisha---ibu dari Nayaka dan Neha tidak jadi menjalani rumah tangga, ini Neha sudah menjalani pernikahan selama 3 tahun lamanya.
" Ya Allah, kenapa juga harus Mbak Neha. Laki-laki itu, dulu udah paling bener gue nggak setuju Mbak nikah sama dia, karena gue ngrasa ada yang nggak sreg aja. Haaah dan sekarang semua kebukti."
Nayaka semakin kalut, tapi lagi-lagi dia harus menahannya. Dia tidak bisa frontal memberitahu Neha. Nayaka ingin mencari bukti yang lebih banyak lagi, baru dia akan memberitahukannya kepada sang kakak.
Drtzzz
Ponsel Nayaka berdering. Ia tersenyum saat melihat nama yang tertera di sana. Dan kebetulan dia juga ingin menghubungi orang itu.
" Happy birthday bro kuuuu. Sorry ye telat sehari nih. Kemarin lo pasti ngumpul sama keluarga lo, dan gue juga kemarin sedikit sibuk. Ada apa, tumben subuh-subuh gini nelpon gue."
" Thanks, gue bukan bocah lagi yang harus selalu diucapin selamat ulang tahun. Anu Ka, ehmmm gue bakalan lanjutin study ke LN. Gue bilang gini, aaah ntar lah kita ketemu. Gue siap-siap buat balik dulu."
" Ya, Neel!"
Tuuuut
Neel memutus panggilan secara sepihak, membuat Nayaka menjadi kesal. Dia jelas terkejut mendengar perkataan dari temannya itu.
Study lanjutan, study ke luar negri, sungguh hal yang tidak bisa dia pahami dari Neel karena selama ini anak itu sama sekali tidak pernah menyinggungnya. Jadi Nayaka merasa ada yang janggal.
" Ada apa nih anak tiba-tiba mau kabur. Nggak yang biasa-biasanya. Apa ada masalah di RS, tapi kan nggak mungkin dong dia diapa-apain, secara nggak bisa dipungkiri yang namanya koneksi tuh nyata. Gue harus nemuin tuh bocah."
TBC