Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memilih Gaun
Angga dan Diana sedang berada di butik untuk mencoba gaun pesta pertunangan mereka yang telah dipesan sebelumnya.
"Kak, bagaimana menurutmu?", tanya Diana yang mencoba salah satu gaun di butik.
"Bagus"
Angga menanggapi dengan sikap acuh tak acuh.
"Benarkah? Lebih bagus yang ini atau yang tadi?"
Diana kembali bertanya sambil memperhatikan gaun yang sedang dia kenakan.
"Gaun yang mana pun tetap saja bagus"
Lagi-lagi Angga menanggapi dengan sikap acuh tak acuh, bahkan dia tidak benar-benar memperhatikan gaun yang dipakai Diana. Sikapnya membuat orang lain mengira kalau dia dipaksa untuk ikut mencocokkan gaun.
Diana tersenyum canggung pada karyawan butik yang membantunya.
"Maaf ya, sebentar. Mungkin suasana hati calon suamiku sedang buruk saat ini"
Pekerja butik yang bersama Diana hanya menganggukkan kepala dengan senyum dibibir mereka.
"Kak Angga, kenapa kamu bersikap begitu? Ayolah, jangan buat aku malu. Lihatlah dengan benar!"
Diana bicara dengan suara pelan, bahkan dia hampir berbisik agar tidak ada yang mendengar permbicaraan mereka.
"Aku harus bagaimana lagi? Bukankah harusnya kamu sudah senang karena aku bisa menemanimu padahal pekerjaanku sangat banyak".
Angga menanggapi Diana dengan sikap yang dingin. Tidak ada kelembutan dari cara bicaranya maupun tatapan matanya.
Drrt drrt drrt
Ditengah sikap canggung antara Diana dan Angga, ponsel Diana berdering. Itu menjadi cara Diana keluar dari rasa canggung Angga. Dia langsung menerima panggilan teleponnya tanpa pikir panjang.
"Halo"
"Halo nona. Ini saya"
Setelah mendengar suara yang familiar ditelinganya, Diana terlihat kaku lalu berpindah sedikit lebih jauh dari Angga agar percakapannya tidak didengar.
"Bagaimana? Apa kamu sudah menemukannya?".
Diana langsung bertanya tanpa basa basi.
"Saya tidak bisa menemukannya. Saya sudah mencari ke semua tempat yang mungkin dia datangi, tapi tetap tidak ada"
Pria dari ujung telepon itu menjelaskan apa yang terjadi pada pelayan yang bekerja saat pesta Angga.
"Bagaimana mungkin tidak bisa ditemukan? Tidak mungkin dia hilang ditelan bumi kan? Cari lagi sampai ketemu! Kamu harus bisa menemukannya sebelum pesta pertunanganku!"
Diana bicara dengan wajah kesal lalu menutup panggilan teleponnya begitu saja tanpa menunggu tanggapan apapun.
"Menyebalkan! Sebenarnya mereka itu bisa kerja atau tidak sih?! Menemukan satu orang saja tidak becus!"
Diana terus menggerutu kesal karena orang-orang yang dia perintahkan untuk mencari saksi hidup perbuatannya tidak bisa ditemukan.
"Diana, apa sudah selesai? Kita harus segera kembali"
Angga memanggil Diana yang cukup lama melakukan panggilan telepon.
"Ya. Sudah. Aku akan ganti pakaian dulu"
Diana pun bergegas mengganti pakaiannya sebelum pergi meninggalkan butik.
Saat Angga menunggu Diana mengganti pakaiannya, dia melihat seseorang yang sangat familiar. Dia menatap lekat sepasang pria dan wanita yang berjalan berdampingan sambil sesekali berbincang ceria.
"Aleen, apa dulu kamu pernah tersenyum lepas seperti itu? Aku tidak pernah menyadari apa yang pernah kamu lakukan saat bersama denganku"
Batin Angga mulai mengeluh saat dia melihat senyum Aleen yang sangat cantik saat berbincang dengan Dev.
"Ayo Kak. Aku sudah selesai".
"Ya Ayo!"
Suara Diana menyadarkan Angga dan membuatnya mengalihkan pandangan dari Aleen dan Dev.
Diana yang penasaran dengan apa yang dilihat Angga mencari tahu arah tatapannya. Wajahnya kembali terlihat kesal saat melihat ada Aleen dan Dev disana.
"Lagi-lagi Aleen. Sepertinya kamu tidak bisa melupakannya dengan mudah!"
...****************...
Sementara itu Aleen dan Dev mengunjungi designer ternama yang sebelumnya telah Ray hubungi untuk menyiapkan pakaian pesta mereka.
"Selamat datang tuan Devin, sudah lama sekali anda tidak berkunjung kemari"
Dev dan Aleen disambut secara langsung oleh designernya sendiri.
"Ya, apa Ray sudah memberitahumu mengenai pakaian yang aku inginkan?"
Dev menanggapi dengan sikap yang dingin dan berwibawa. Dia menghampiri designernya sambil menggandeng Aleen disampingnya.
"Tentu saja. Silahkan duduk dulu. Tolong bawakan baju yang aku siapkan untuk tuan Devin!"
"Baik, Pak!"
Designernya bicara dengan sopan dan penuh rasa hormat pada Dev, setelah itu dia bicara pada pegawainya.
Sambil menunggu pakaiannya datang, mereka menyiapkan beberapa cemilan dan minuman untuk Dev dan Aleen.
Tak berselang lama beberapa pegawainya kembali dengan membawa banyak pilihan gaun dan setelan jas. Karena Dev memesan khusus, designer itu menutup butiknya untuk umum sehingga Dev dan Aleen dapat dengan leluasa memilih pakaian mereka.
"Saya telah menyiapkan beberapa gaun dan setelan jas yang sesuai dengan keinginan anda berdua. Silahkan dilihat!"
Dev membiarkan Aleen memeriksa gaun untuknya terlebih dahulu. Ada banyak gaun cantik yang telah disiapkan untuknya. Aleen memilih beberapa gaun yang akan dia coba. Saat dia sedang memilih gaun, Dev menyadari ada banyak gaun dengan rok pendek yang membuat Aleen menggelengkan kepala dan merubah ekspresi wajahnya.
"Singkirkan gaun dengan rok pendek. Aku hanya ingin kamu menyiapkan long dress saja!"
Aleen menoleh pada Dev dan mendengarkan permintaannya pada designer itu. Dia tersenyum manis karena Dev sangat mengerti dengan kemauannya.
"Baik! Cepat ganti!"
Designer itu setuju dan meminta pegawainya mengganti model dress.
"Dev, bagaimana kamu bisa mengerti aku dalam waktu singkat?"
Aleen bertanya dengan nada bicara yang lembut dan senyum yang manis.
"Aku masih belajar memahamimu"
Dev menanggapi Aleen dengan nada menggoda.
Aleen pun kembali memilih gaun yang akan dia kenakan.
"Bagaimana dengan yang ini?"
Pilihannya jatuh pada sebuah longdress berwarna biru tua tanpa tali dengan bagian dada menyilang dan bagian bawah yang lebar seperti payung.
"Bagus. Itu sangat cantik. Kulitmu yang putih bersih terlihat lebih bercahaya dan bagian lehermu …"
Dev menghentikan komentarnya karena menyadari leher cantik Aleen tidak boleh terlihat kosong.
"Ada apa?"
Aleen terlihat heran karena Dev tiba-tiba berhenti.
"Kita juga harus memilih beberapa perhiasan untukmu"
Aleen kembali tersenyum mendengar ucapan Dev namun dia tidak mengatakan apapun.
"Sekarang giliranmu memilih setelan jas yang cocok".
Dev mengangguk dan beranjak dari duduknya untuk memilih setelan jas. Dia melihatnya satu persatu dan mencari yang serasi dengan longdress Aleen. Dev tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan setelan yang sesuai dengan keinginannya.
"Aku akan pilih yang ini saja"
Dia memilih setelan jas yang warnanya senada dengan longdress Aleen. Setelan jas berwarna biru tua lengkap dengan rompi yang dipadukan dengan kemeja putih dan dasi berwarna abu-abu tua.
Dev terlihat gagah dan menawan saat mengenakan itu. Tidak hanya Aleen yang terpana dengan penampilan Dev, tapi juga para pegawai butik yang kebanyakan perempuan.
"Wah tampannya"
"Dia terlihat sangat gagah"
"Sungguh sempurna. Tinggi, tampan dan gagah"
Aleen mendengar ucapan dari para pelayan didekatnya, tanpa dia sadari ekspresi wajahnya berubah kesal dan terlihat tidak suka.
"Itu terlihat sangat cocok denganmu. Kamu terlihat sangat tampan dan gagah"
Aleen yang cemburu tiba-tiba bicara dengan nada manja dan menggoda Dev. Dia seakan ingin menunjukkan kalau Dev adalah miliknya.
Awalnya Dev merasa heran namun tak lama dia tersenyum melihat sikap Aleen.
"Baiklah. Tolong bungkuskan pakaian yang sudah kami pilih. Ayo kita pulang!"
Dev bicara dengan sikap yang dingin pada orang lain, namun saat dia bicara pada Aleen, nada bicaranya langsung berubah lembut.
"Kenapa tadi aku bersikap begitu?Memalukan sekali"
Batin Aleen menyesali sikap yang dia tunjukan pada Dev tadi. Dia terus menundukkan kepala menutupi rasa malunya selama Dev membayar tagihan mereka.
"Sudah selesai. Ayo kita pulang!"
Aleen mengangguk setuju dengan ajakan Dev. Mereka pun kembali kerumah.