Fakultas peternakan x Fakultas Hukum
Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.
Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.
"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.
"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"
Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.
Evan mengangguk pasti.
"Hidupin joni lagi bisa?"
"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sidang
Suasana di kampus Nolite semakin tegang. Kegaduhan di kantin untuk kedua kalinya di membuat Fapet semakin geram dengan sikap Anak hukum yang terkesan arogan. Sampai akhirnya Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM turun tangan, agar masalah ini tidak berlarut-larut dan semakin melebar.
Rapat Bem hukum:
Evan duduk di tengah meja rapat bersama anggota lain, pun Gaby bersama dua orang temannya yang menjadi asal mula masalah ini turut hadir. Evan memegang pena yang sudah diputar-putar entah berapa kali, rasanya sungguh malah berada di sana. Ketua BEM, Jenandra membuka forum dengan suara berat.
"Baik, rapat kali ini membahas insiden di kantin fakultas Ekonomi kemarin. Kita semua tahu ada anggota kita, Gaby menyampaikan pendapat dengan cara yang dianggap tidak pantas oleh Fakultas Peternakan. Ada yang mau langsung menyampaikan pendapat?" Jenandra mulai bicara memberika kesempatan pada anggota untuk mengeluarkan pendapat mereka terkait masalah ini.
Seorang anggota, Sonia, mengangkat tangan cepat-cepat.
"Maaf, tapi menurut saya, kita nggak perlu minta maaf. Yang terjadi itu cuma kesalahpahaman, dan lagi, Gaby punya hak untuk mengkritik Fapet, yang dia katakan juga tidak salah itu hanya realita, fakta yang harus Fapet terima. Jangan sampai kita terlihat lemah di mata fakultas lain, cuma karena hal sepele seperti ini!"
Gaby tersenyum tipis mendengar suara yang setuju dengan apa yang dia lakukan, toh emang kasta anak hukum tuh lebih tinggi dan harus dihormati.
"Hak? Lo nyebut itu hak? Gaby menghina harga diri mereka di depan umum, dan itu malah jadi bumerang buat kita. Fakultas Hukum nggak dikenal dengan cara kayak gitu, Son. Kita harus minta maaf biar hubungan antar fakultas tetap solid!" ucapan Sonia langsung disambar oleh Riko, anggota lain yang wajahnya sudah merah sejak tadi. dia heran dengan pemikiran cepek seperti ini.
Suasana memanas. Suara-suara mulai memenuhi ruangan. Ada yang dukung Sonia, ada yang setuju dengan Riko.
Suasana rapat semakin memanas, pro dan kontra terus terlontar semakin sengit. Jenandra berusaha menengahi rapat dan membuat suasana kembali kondusif. Evan hanya dia menatap tajam pada Gaby yang tersenyum manis padanya, memuakkan.
Beda halnya di rapat BEM hukum dalam rapat BEM Fapet situasinya menegang untuk satu suara saja.
Ketua BEM Fapet, Bima, duduk dengan ekspresi dingin, tapi semua anggota lain sudah berapi-api. dia mencoba untuk tetap tenang dan berpikir bijak disaat seperti ini.
"Bima, kita nggak bisa diam terus kayak gini! Hukum nggak menghormati kita sama sekali. Lo harus nuntut mereka minta maaf secara resmi, atau kita bikin aksi!" tukas Mira yang sudah sangat jengkel dengan anak hukum.
"Gue paham kalian marah, tapi kalau kita pakai cara keras, kita sama aja kayak mereka. Gue lagi cari cara yang lebih diplomatis," ujar Bima mencoba menenangkan.
"Diplomatis? Lo bercanda? Mereka udah nginjak harga diri kita, dan lo mau ngajak diskusi? Kalau lo nggak gerak, kita yang bakal ambil langkah!" sela Adi, anggota yang biasanya kalem tapi kali ini suaranya naik saking kesalnya.
"Pokoknya kita harus seret tuh si Gaby buat minta maaf, kalau perlu kita buat dia kerja rodi di kandang, biar dia tahu gimana kerja keras kita di sini. Sumpah gedek banget gue sama tuh cewek, kalau bisa gua cakar udah gue cakar sampai robek mulutnya," Laura berujar dengan emosi yang memuncah sampai ubun-ubun. Calista mengusap punggung sahabatnya agar sedikit lebih tenang.
"Bener tuh, suruh semua anak hukum ikut bersihin kandang, bisa nggak. pasti langsung ngeluh nggak bisa megang sekop!" sahut anggota lain.
"Gue mau mereka minta maaf sampai nunduk 90 derajat di depan kita, di aula kampus kalau perlu!"
"Pokoknya kita nggak boleh diem aja! jangan biarin anak hukum nginjek harga diri kita!"
"Serang aja mereka, sekarang!"
Bima berdiri, tatapannya tajam.
"Diam! Kalau kalian ambil langkah tanpa keputusan bersama, itu bakal jadi tanggung jawab pribadi, bukan BEM. Tapi inget, kita masih punya harga diri. Gue mau rapat ini tetap fokus sama solusi, bukan emosi!" tegas Bima, semua anggota pun hening dan mulai tenang. Rapat kembali dilanjutkan dengan keadaan yang lebih kondusif.
Rapat BEM Universitas: Pertemuan Dua Fakultas
Rapat dimulai di ruang sidang utama universitas. Ketua BEM Universitas, Aldo, memimpin pertemuan dengan tegas. Di satu sisi, delegasi BEM Hukum dipimpin oleh Ketua BEM mereka jenandra bersama Evan dan Sonia. Di sisi lain, delegasi BEM Fapet dipimpin oleh Bima, ditemani Mira dan Adi.
Aldo mengetuk meja tiga kali untuk membuka diskusi.
Aldo: "Kita semua tahu kenapa kita ada di sini. Konflik ini bukan hanya masalah antara Gaby dan BEM Fapet, tapi juga menyangkut nama baik universitas. Saya ingin semua pihak berbicara secara bergantian tanpa saling interupsi. Dimulai dari Hukum."
Jenandra berdiri, suaranya tenang namun penuh tekanan.
"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih sudah memberi saya kesempatan untuk bicara. Kami mengakui bahwa pernyataan Gaby mungkin terlalu keras, tetapi niat awalnya hanya candaan dan sedikit kritikan. Tidak ada niat untuk menghina BEM Fapet. Namun, kami merasa bahwa tindakan yang diminta, yaitu permintaan maaf publik, terlalu berlebihan."
Sontak Mira dari Fapet berdiri dengan wajah kesal, tapi Aldo langsung menahannya.
"Mira, silakan tunggu giliran," ucap Aldo pada Mira, gadis itu pun mengepalkan tangan menahan kesalnya.
Keua BEM Fapet Bima, mengakat tangan. Aldo pun mengangguk dan mempersilahkan Bima untuk menangapi pernyataan dari BEM hukum
"Kami menghargai niat kritik, tapi caranya sama sekali tidak menghormati. Pernyataan Gaby menghina ketua kami secara pribadi, menyebut dia 'nggak kompeten, berotak tidak jelas dan meremehkan apa yang kami semua telah usahakan dengan keras di fakultas kami' di forum terbuka. Itu nggak bisa dibiarkan," tutur BIna dengan suara dingin penuh penekanan.
Suara-suara bergumam mulai terdengar dari kedua kubu. Aldo mengetuk meja lagi.
"Diam! Ini forum diskusi, bukan tempat debat liar. Kalau nggak bisa tenang, rapat ini saya hentikan!" Tegas Aldo , suara gumaman itu pun hilang dan berubah hening.
"Sekarang, kita langsung ke pembahasan solusi. Universitas nggak akan membiarkan konflik ini berkembang lebih jauh. Saya sudah mendengar semua argumen, dan mohon untuk semua yang hadir memberika kami waktu untuk mengambil keputusan.
Aldo berbicara serius dengan sekertaris dan wakil ketua BEM Universitas. Tiga puluh menit berlalu dengan ketegangan hening tang mengantung di udara. Aldo bangkit dari duduknya degan wajah tegas tanpa keraguan sedikit pun.
"Setelah kami melihat bukti dari apa yang terjadi di lapangan, dan menimang dengan baik masalah ini. dan ini keputusan kami:
Gaby wajib meminta maaf secara terbuka kepada BEM Fapet dan seluruh fakultas.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial, Gaby diwajibkan membantu salah satu program kerja BEM Fapet selama sebulan.
Kedua BEM wajib mempublikasikan pernyataan bersama untuk menegaskan bahwa konflik ini selesai."
Sonia bangkit dan dengan nyalang bersuara, "Tapi itu terlalu berat! Kenapa hanya Gaby yang dihukum? BEM Fapet juga nggak bersih, mereka..."
"Kalau kamu mau menyalahkan orang lain, ini bukan forum yang tepat. Gaby yang memulai, jadi Gaby yang bertanggung jawab. Ini bukan soal siapa menang atau kalah. Ini soal kehormatan universitas," potong Aldo yang membuat Gaby bungkam.
"Saya setuju dengan keputusan ini. Tapi kami akan memastikan Gaby benar-benar melaksanakan tugasnya di Fapet. Saya harap gaby tidak melakukan drama lagi dan bisa bekerja dengan baik di tempat kami," sahut Mira dengan tatapan mengejek ke arah Gaby.
"Kami menerima keputusan ini," ujar Bima mengangguk setuju, meski wajahnya tetap datar.
"Kami juga menerima," sahut Jenandra, karena sebenarnya dia sadar ini murni kesalahan Gaby. Tapi sayangnya Gaby anak dari salah satu dosen yang cukup punya kuasa, dan jelaskan ada pihak yang pro padanya.
Jenandra tidak bisa menghukum Gaby, maka ia serahkan masalah ini ke BEM unuversitas yang jelas lebih mendapatkan dukungan dari semua pihak, baik rektor atau pun Dekan.
Rapat ditutup dengan suasana yang masih tegang, tapi solusi sudah diputuskan. Gaby, yang sejak tadi diam di pojok ruangan, hanya bisa mengangguk walau dengan setengah hati. Evan tersenyum puas dengan hasil rapat ini.
"Ingat, kalian semua di sini bukan cuma wakil fakultas, tapi juga wajah universitas. Jangan bikin konflik kecil jadi alasan buat merusak reputasi kita. Saya ingin semua keputusan ini dijalankan mulai besok!"putus Aldo yang diangguki seluruh anggota yang hadir.
kpn Evan tahu tentang Calista
ini yg di umpetin Caca ttng keluarganya yg buruk rupa buruk hati buruk kelakuan jg.
lalu paman nya Calista mna knpa gk ada yg belain Calista
kasian km cal Malang sekali nasib km udah mah kurang tidur blum LG harus kuliah semoga km sehat selalu ya cal