Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
subuh
Hari masih subuh ketika Bu Yati dan para pembantu sudah sibuk di dapur.
Semua mengerjakan kesibukannya masing masing.
" Bapak tidak terlihat Bu Yati, biasanya bapak selalu ada di ruang olahraga subuh subuh.." kata salah satu pembantu,
" mungkin dia lelah.. Di punya tanggung jawab yang besar..
Nanti kalau jam enam mas Pram belum juga bangun, baru kita bangun kan.." jawab bu Yati sembari mengatur sayuran dan buah.
" Ini untuk mbak Laras ya, potong dulu buahnya, dia biasa makan buah sebelum sarapan, seperti biasanya saja..
Sayurnya dia mau jagung dan bayam hari ini.." ujar Bu Yati.
Dengan langkah tenang Bu Yati berjalan ke arah kamar nyonya mudanya itu,
tanpa berpikir apapun Bu yati berhenti di depan pintu kamar Laras dan memutar handel pintu.
Bu Yati sudah terbiasa membangunkan Laras setiap subuh,
ia mendapat pesan dari ayah dan ibu Laras agar selalu mengingatkan Laras untuk berjalan jalan di waktu subuh tanpa memakai alas kaki.
Meski setelahnya Laras akan kembali tidur, namun pesan itu tidak bisa bu Yati abaikan.
Dan syukurlah Laras mau patuh dan melakukannya tanpa paksaan.
Terlihat jelas bahwa Laras juga menyayangi anak anak dalam perutnya, karena itu dia mau hidup dengan sehat dan makan dengan baik.
Bu Yati membuka pintu berwarna putih itu, dan berjalan masuk ke dalam kamar yang hanya di terangi dengan lampu meja itu.
Bu Yati berjalan mendekat ke arah tempat tidur, karena lampu yang begitu redup Bu Yati tidak bisa melihat dengan jelas,
Namun langkah Bu Yati tiba tiba terhenti saat matanya menangkap sosok Pram yang sedang tertidur disamping Laras.
Bu Yati bahkan sampai mengerjap ngerjapkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Pram terlihat bertelanjang dada, sementara tubuh bagian bawahnya tertutupi selimut,
Sementara Laras, kancing dasternya terlihat terbuka semua, bahkan terlihat oleh bu Yati dada yang tidak menggunakan bra itu.
Keduanya tampak lelap, bahkan Pram yang terbiasa bangun subuh itu tidak bergerak sama sekali.
Begitu juga dengan Laras,
Lengan Pram yang besar itu rupanya menjadi bantal yang empuk untuknya hingga Laras betah dan tidak menyadari kehadiran Bu Yati.
Bu Yati mundur, dengan perasaan yang masih bingung perempuan yang sudah cukup usia itu berjalan keluar dari kamar Laras.
Kamar itu memang tidak pernah di kunci,
Pram melarang kamar Laras di kunci untuk berjaga jaga jika sesuatu yang mendesak terjadi.
Namun semalam Pram juga lupa, ia tidak mengunci kamar Laras karena ia memang tidak bermaksud untuk bermalam di kamar Laras.
Setelah sampai di luar kamar Laras, bu Yati segera berjalan ke arah dapur,
Lumayan jarak antara kamar Laras dan dapur.
Setelah sampai di dapur bu Yati langsung terduduk,
Ia memikirkan apa yang sudah ia lihat di kamar nyonya mudanya.
" Kenapa Bu Yati? Bu Laras tidak mau bangun?" tanya salah satu pembantu yang khusus di tugaskan untuk memasak.
" Kalian jangan berisik ya, jangan ganggu tuan dan nyonya kita, biarkan mereka bangun dengan sendirinya." ucap Bu Yati terdengar tegas.
" Bukankah pak Pram biasa berangkat pagi? apa beliau tidak marah jika kita tidak membangunkannya?"
" mereka tidur di kamar dan tempat tidur yang sama, untuk pertama kalinya setelah mereka berumah tangga.
Kita jangan merusak moment itu.
Kalian mengerti?"
Wajah kedua pembantu itu langsung berubah sumringah,
keduanya tampak senang dengan kabar yang mereka dengar dari Bu Yati.
" Berarti Bu Laras sudah menerima pak Pram?"
" wah, syukurlah.. Bu Laras akan tetap disini dengan kita?!" dua pembantu itu bersahutan, tampak sekali mereka begitu senang.
" Jangan terlalu menampakkan wajah kalian yang ceria itu,
itu akan nampak tidak sopan di depan majikan kita.
berpura puralah seperti tidak tau dan tidak terjadi apapun.
Tugas kita membuat mereka merasa nyaman,
Jangan sampai mbak Laras merasa malu dan sebagainya di sebabkan oleh raut wajah ceria yang tidak bisa kalian kendalikan." Bu Yati memperingatkan.
Waktu sudah menunjukkan jam enam pagi, Pram membuka matanya, bau pewangi ruangan yang lembut terus terusan menyentuh hidungnya.
Saat mata Pram terbuka, ia langsung terbentur dengan wajah polos Laras yang masih terlelap.
senyum Pram langsung terkembang,
di ciuminya pipi Laras yang bulat dan ranum itu,
" cup.. cup..cup..." entah berapa kali bibir Pram mendarat, hingga membuat Laras membuka matanya perlahan.
" selamat pagi ras.." suara Pram terdengar lembut di telinga Laras,
Laras tidak menjawab, tapi malah menyembunyikan wajahnya di dada bidang Pram.
Tentu saja Pram gemas dengan sikap Laras itu, di belai rambut Laras.
" Aduh..!" keluh Laras tiba tiba,
" kenapa?" Pram bangkit,
" anak anak ini.. Mereka menendang nendang keras sekali.." keluh Laras dengan wajah malu.
Pram tersenyum, ia mendaratkan kecupannya sekali lagi pada kening Laras,
Lalu menyentuh perut Laras yang cukup besar itu,
" yang baik.. Kasihan mama.." ujar Pram sembari membelai perut Laras dengan hati hati.
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini