NovelToon NovelToon
Mantan Istriku Ternyata Sultan

Mantan Istriku Ternyata Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:58.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rishalin

Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 3

Hari sudah sore. Jam menunjukan jam pulang untuk karyawan. Rangga membereskan berkas kerjanya dan dia dengan cepat menuju parkiran motor.

Hari ini jalanan tidak bergitu ramai sehingga membuat Rangga tidak terlalu lama untuk menempuh perjalanan pulang.

Sesampainya di rumah. Rangga segera pergi ke dapur, dia menahan lapar sedari jam makan siang. Dia tidak ingin membeli makan siang di kantin kantornya karna berfikiran bahwa Jia akan memasak di rumah.

Tetapi dugaan dia salah. Setelah sampai di dapur dia membuka tudung makanan di atas meja makan. Dia kaget karena hanya ada nasi putih itu pun sudah tidak hangat lagi.

Segera dia berjalan keluar menemui Mamanya yang sedang duduk bersantai di teras bersama Mayang menantu kesayangannya.

"Ma, belum memasak juga ya?" Tanya Rangga ketika sampai di hadapan Bu Arum.

Bu Arum menoleh ke arah Rangga, dia mengerutkan keningnya menatap heran ke arah Rangga.

"Bukannya biasanya istrimu yang memasak Ga?" Bukannya menjawab Bu Arum malah bertanya balik pada Rangga.

"Tapi tidak ada makanan sama sekali, yang ada hanya nasi putih itu pun sudah tidak hangat lagi." Ucap Rangga.

"Suruh saja Jia masak. Dan jangan lupa suruh dia untuk segera belanja keperluan dan membayar tagihan listrik." Jawab Bu Arum santai.

Tanpa memikirkan ucapan sang Mama Rangga segera melangkah pergi menuju kamar Amira.

“Kamu belum masak?” Tanya Rangga tanpa basa-basi pada Jia.

Jia menoleh ke arah Rangga, lalu dia berdiri dan berjalan keluar. Dengan segera dia menutup pintu kamar Amira.

"Kenapa emangnya?" Tanya Jia dengan singkat.

"Kamu kenapa sih? Bukannya itu tugas kamu untuk memasak? Kenapa hari ini tidak memasak. Bahkan untuk membereskan rumah saja kamu tidak." Ucap Rangga dengan nada tinggi

"Mama mu belum bilang sama kamu? Ada uang ada makanan. Kalau aku tidak di beri uang, maka jangan berharap aku akan masak untuk kalian." Jawab Jia tak mau kalah.

"Alesan saja kamu." Jawab Rangga menahan amarahnya agar tidak memuncak.

"Mas, selama kita menikah pernah kamu memberi ku uang? Semua uang kamu, kamu berikan sama Mama kamu. Aku tidak mendapat jatah nafkah sepeser pun. Bahkan anak mu sendiri tidak kau beri nafkah." Ucap Jia tetap tidak mau kalah.

"Gak usah bahas tentang itu. Sekarang segera pergi ke dapur dan masak untuk keluarga ku. Jangan lupa kamu bayar tagihan listrik bulan ini." Ucap Rangga seenaknya.

Jia menatap heran kearah Rangga. Segampang itu Rangga bicara!!

"Kamu seharusnya bicara seperti itu sama Mama kamu. Bukan sama aku." Jawab Jia penuh penekanan.

"Bukankah selama ini sudah menjadi tanggung jawab mu?" Tanya Bu Arum yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar. "Kenapa sekarang kamu protes? Ingat Jia kamu hanya wanita miskin harusnya tahu diri jika kamu menikah dengan putra ku yang seorang karyawan di sebuah perusahaan besar." Lanjut Bu Arum lagi.

"Cukup selama 5 tahun ini aku bertahan dengan tindakan kalian. Semua keperluan rumah aku yang tanggung dengan uang ku sendiri. Kalau kamu berkata, Mama kamu yang mengatur keuangan dan kebutuhan rumah lalu dia akan memberi ku uang ketika aku membutuhkannya itu hanya omong kosong." Ucap Jia sambil menunjuk ke arah Rangga.

"Dan Ma sekali lagi maaf. Aku tetap dengan pendirian ku, aku tidak akan masak untuk kalian atau bahkan membereskan rumah lagi. Aku muak ." Ucap Jia yang kini menatap ke arah Bu Arum.

Plakkk...

"Berani kamu biacara seperti itu sama Mamaku?" Ucap Rangga setelah menampar pipi kiri Jia.

"Kenapa sekarang kamu membantah ucapan ku? Kamu istri ku seharusnya kamu mengikuti apa yang aku ucapkan, bukan malah membantah dan berkata tidak sopan terhadap Mama ku." Lanjutnya.

"Justru karna aku istrimu seharusnya uang nafkah mu jatuh ke aku. Bukan ke Mama kamu." Ucap Jia menantang.

Rangga dan Jia sama-sama diselimuti emosi. Mereka berdua kini saling memandang dengan tatapan tajam satu sama lain.

"Ada apa ini?" Tanya Rendi yang baru saja sampai di rumah.

"Ini Mas, Jia sudah tidak mau memasak lagi untuk keluarga kita." Ucap Mayang mengompori suaminya.

“Kenapa kamu tidak mau memasak Jia?” Tanya Rendi pada Jia.

"Mana uang belanjanya, Mas. Mas Rendi kasih aku uang untuk belanja maka akan aku masak untuk satu keluarga. Atau suruh Mbak Mayang saja yang belanja nanti biar aku masak." Jawab Jia sembari menyodorkan tangannya meminta uang pada Rendi.

"Berani sekali kamu minta uang sama suami ku. Kamu kan juga punya suami sendiri." Ucap Mayang menepis tangan Jia.

"Yasudah silahkan lanjutkan rasa lapar kalian." Jawab Jia santai.

"Bukannya selama ini kamu yang belanja?" Tanya Rendi tak kalah santai.

"Lalu?" Jawab Jia singkat.

"Ya kamu belanja sana. Pakai uang mu sendiri seperti biasanya." Jawab Rendi dengan entengnya.

Jia menganggukan kepalanya sembari melangkah berjalan keluar.

Semua melongo melihat tingkah laku Jia yang seakan-akan menurut pada Rendi.

"Tahu gitu dari tadi Rendi saja yang menyuruh Jia. Jadi kita tidak akan menahan rasa lapar dari tadi." Ucap Bu Arum yang diangguki oleh Mayang.

Setelah sampai teras ternyata Jia malah duduk di kursi teras sambil menunggu seseorang datang.

Dalam waktu 5 menit akhirnya seorang kurir makanan datang lalu Jia segera menghampiri kurir tersebut.

"Atas nama Mbak Jia ya?" Tanya kurir tersebut.

Jia menganggukkan kepalanya.

"Iya saya Jia. Berapa totalnya mas?" Tanya Jia sembari menerima delivery makanan yang dia pesan.

"32.500 mbak." Jawab Kurir tersebut.

"Nih, kembaliannya ambil saja." Jawab Jia memberi uang sebanyak 3 5.000 pada kurir tersebut.

"Terima kasih banyak ya Mbak." Ucap kurir tersebut sebelum pergi.

"Iya sama-sama mas." Jawab Jia dan langsung melenggang masuk ke dalam rumah.

"Wahh kamu beli makanan Jia? Jadi alasan kamu tidak masak itu karna ingin memesan makanan? Kalau gitu ayo kita makan bersama." Ucap Rangga yang di angguki oleh Bu Arum, Mayang dan Rendi.

Jia menatap heran kearah mereka.

"Aku emang gak memasak, dan aku juga emang beli makanan. Tapi aku bukan beli untuk kalian. Aku hanya beli 2 bungkus dan hanya cukup untuk aku dan Amira." Jawab Jia seadanya.

"Hah? Cuma 2 bungkus. Kamu lupa jika di rumah ini ada 7 orang?" Tanya Rangga.

"Aku ngga lupa kok, tapi uang ku cukupnya hanya untuk beli 2 saja. Gimana dong?" Jawab Jia tanpa rasa bersalah.

"Ya sudah kalau gitu biar aku saja yang makan. Aku sudah lapar, belum makan dari tadi siang." Ucap Rangga dengan pedenya.

“Buat kamu mas?” Tanya Jia heran, namun tetap di angguki oleh Rangga.

Jia tersenyum ketika melihat anggukan kepala Rangga.

"Tapi sayangnya cacing di perutku dan Amira lebih penting dari pada memikirkan penyakit magh kamu Mas." Jawaban Jia membuat semuanya kaget.

Saat Jia akan melangkah menuju kamar Amira. Tiba-tiba saja tangannya di cekal oleh Rangga.

"Berani sekali kamu bicara seperti itu padaku." Ucap Rangga dengan penuh tekanan dan mata melotot.

Jia menghempaskan tangannya yang digenggam oleh Rangga.

"Kenapa aku harus takut, cukup selama ini aku diam. Dan sekarang aku tidak akan tinggal diam lagi. Uang makan, uang listrik, uang air semua aku yang tanggung. Tapi apa ada kata terima kasih dari keluarga mu terhadap ku? Tidak sama sekali. Dan puncaknya kamu dengan gampangnya menganak tirikan anak mu sendiri Mas. Kamu lebih memilih Azura yang jelas-jelas mempunyai orang tua yang bekerja dengan gaji yang lebih besar dari pada kamu. Harusnya itu kamu mikir " Jawab Jia dengan lantang.

Tanpa menunggu jawaban dari Rangga, Jia segera melangkah menuju ke kamar sang anak dari pada harus berdebat lagi nantinya.

Rangga sempat tertegun dan terdiam ketika mendengar ucapan Jia.

"Gak usah di dengerin, Ga. Mungkin itu hanya emosi Jia sesaat saja." Ucap Rendi yang berusaha menenangkan pikiran Rangga.

"Iya Mas." Jawab Rangga singkat.

"Bodoh sekali anak sendiri di telantarkan sedangkan anak orang lain di manjakan. Tapi, tidak apa-apa lanjutkan saja peran mu sebagai Om yang baik hati Rangga." Batin Rendi yang berusaha menahan senyum agar tidak terlihat mencurigakan di depan keluarganya.

*******

*******

1
Yurniati
tetap semangat terus update nya thorr
Yurniati
bentar lagi Rendy yang akan kena pecat dari tempat kerja nya, tinggal tunggu saja,,,,
Sunaryati
Mimpimu ketinggian Rangga, nanti jatuhnya lebih keras remuk jadinya, pengacara jangan dilawan ya, hancur keluargamu, Jia sudah punya kartu ASnya Rendi, dan bukti keburukanmu tinggal boomnya diledakkan
Ani
preeet enak men uripmu.
Lufthi Beyza
lanjut thor😍😍😍😍
Lufthi Beyza
lanjut thor beri pelajar untuk keluaga sombong yg suka hina orang lain,semangat thor💪💪💪💪😍😍😍
Ma Em
Luar biasa
Sunaryati
Seharusnya tidak diungkap pemilik Kafenya sebelum ketuk palu, agar nyesel sampai ubun- ubun, ungkap siapaJia setelah resmi cerai
Yurniati
tetap semangat terus update nya thorr
Yurniati
keluarga benalu susah emang,,,,
arniya
geregetan
Evi 060989
up
Jonathan Simanjuntak
segitu aja tor .tanggung amat
Marianti Setiawan
malunyaaaaa itu buk arum
Ani
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/puas tenan aku
Ani
apakah Rendi 🤔🤔🤔🤔
Ani
/Puke//Puke//Puke//Puke//Puke/ kita lihat saja nanti
Ani
ya ampun dasar serakah
Yuli Ana
hayo... kena mental gk tuh keluarga bu arum... terutama rangga nih....bisa2 gk mau cerai dong... secara udh tau kalau jia kaya. apa lg bu arum pasti ngelarang rangga buat nerusin petceraian..
Ani
ya iyalah anak kandung serasa anak tiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!