Perjalanan hidup keluarga Pak Diharjo yang sehari harinya sebagai penyadap karet.
Keluarga pak diharjo adalah keluarga sederhana bahkan terkesan sangat sederhana, namun begitu cukup bahagia sebab anak anaknya rukun dan saling sayang.
Pak diharjo memiliki enam orang anak, satu laki laki lima perempuan.
Bu kinasih adalah istri Pak diharjo memiliki watak yang sabar dan penyayang walau pun sedikit cerewet.
Sabar terhadap suami, penyayang terhadap suami dan anak anaknya namun cerewet hanya kepada anak anaknya saja.
Adira adalah anak sulung Pak Diharjo dan Bu Kinasih memiliki watak yang keras pemberani tegas galak namun penyayang juga.
Dimas anak kedua Pak harjo dan Bu asih juga wataknya juga keras kepala pemberani namun sedikit kalem tidak ugal ugalan seperti anak anak remaja seusianya.
Dimas adik yang cukup perhatian pada kakaknya, suka dukanya sejak kecil slalu ia lalui berdua dengan sang kakak.
Namun kebahagiaan keluarga itu berubah sejak dimas memutuskan untuk menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syahn@87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Upacara Pemakaman si Kembar
Bagi adira jika memang ia harus mati ditelan harimau ya berarti takdir hidupnya hanya sampai disitu, begitulah fikirnya.
Adira terus melangkah tanpa memikirkan situasi yang sepi dan kiri kanan hanya semak belukar juga pepohonan tinggi menjulang yang memenuhi kiri kanan jalannya, ia sudah terbiasa dengan hutan sejak kecil, apalagi sekarang ia sudah berusia 11tahun ia merasa bahwa dirinya sudah cukup besar jadi merasa tak punya rasa takut.
Sampai ditengah perjalanan tiba tiba....
Krosekk...krosekkk...
Krakkk..!!
Grudug...grudug...grudug...
Adira terkejut mendengar suara yang datang dari sebelah kanannya itu, ia pun langsung berlari masuk kedalam hutan sisi kanan dimana suara itu berasal, adira melongok kedalam untuk mencari tau suara apa itu.
Ahk asem, ku kira tadi suara perampok mau kabur, kan lumayan aku bisa menjajal ilmu silat yang aki ajarkan mau tau manjur apa tidak, ehk ternyata cuma babi huff kamvret., umpat adira sambil segera berlalu kembali menuju jalan dan ke tujuan awalnya untuk mengabari sang ayah.
Ya suara yang begitu terdengar ramai tadi adalah suara segerombolan babi hutan yang hendak menyebrang tapi babi babi itu segera putar arah kerna melihat adira yang sedang lewat dijalan itu, babi babi itu terkejut dan langsung putar arah untuk kabur menghindari adira, tapi babi babi itu semakin lari tunggang langgang karna merasa dikejar oleh adira, padahal adira hanya ingin melihat saja.
Tak berapa lama adira berjalan kembali setelah hampir bertabrakan dengan segerombolan babi babi hutan itu ia pun akhirnya sampai diladang tempat ayahnya menyadap.
Adira langsung berteriak mencari keberadaan ayahnya, ia tak bisa melihat posisi ayahnya dimana sebab kebun karet itu juga cukup gelap rimbun tertutup semak belukar belum lagi tempat nya yang menanjak menurun seperti dua sisi gunung yang berjejer.
Paaakkkkk!!!!
Bapaakkkkkkk!!!!!
Teriak adira mencari tau dimana posisi sang bapak, berkali kali memanggil sang ayah tapi tak ada sahutan adira semakin berjalan ketengah ladang menerabas semak belukar didepannya.
Bapaaaakkkkkk!!!!!!
Paaakkkkk!!!!!!
Bapaaakkkkk!!!!!!!
Tiba tiba dari arah belakangnya.
Ada apa dira kamu teriak teriak!?, tanya sang ayah.
Astagaaa!!!, kaget adira sambil memegangi dadanya.
Pak ayo pulang, mamak udah lahiran anaknya kembar tapi sudah meninggal., ujar adira tanpa basa basi.
Apa!!??, pak harjo terkejut.
Ya sudah panggil paman abang sama adikmu suruh mereka juga pulang., perintah pak harjo sambil terus berlalu meninggalkan adira hendak pulang duluan.
Adira garuk garuk kepala, ia harus kembali berteriak mencari keberadaan paman abang dan adik sepupunya, ya anto adik kandung pak harjo herman anak dari abang sepupunya pak harjo dan arman adik kandung ranti juga tinggal di rumah pak harjo demi untuk ikut latihan ilmu bela diri pada kek jana, mereka terpaksa tinggal dirumah pak harjo sebab kalo mereka harus pulang pergi dari rumah masing masing itu tidak mungkin sebab rumah mereka jauh ada dikampung sebelah, untuk sampai kerumah pak harjo saja mereka harus menempuh 1hari penuh berjalan kaki baru bisa sampai, dan selama tinggal dirumah pak harjo mereka semua tak tinggal diam, mereka membantu semua pekerjaan pak harjo dan bu asih.
Maaannnggggg!!!!!
Mang antooo!!!!!!
Kang hermaaannnn!!!!!
Armaaannnn!!!!!!!
Woiiiii kalian semua dimana!!!!! ayo cepat pulaaannnggggg!!!!!, teriak adira sampai ngos ngosan.
Bagi adira hari ini adalah hari yang cukup melelahkan, walau ia tak melakukan pekerjaan apa pun tapi hari ini ia merasa sudah hampir kehabisan tenaga, bahkan ia lupa ia belum makan siang sedang hari sudah hampir jam 03:00 jelang sore.
Adira kok kamu ada disini?, tanya pamannya yang muncul dari semak belukar yang ada didepan adira.
Iya mau suruh mamang pulang, mana kang Herman sama arman?, tanya adira.
Iya ini juga mau pulang, herman sama arman lagi babat (tebasin rumput liar) di ujung sana., tunjuk anto ke ujung perbatasan ladang itu.
Panggilin mang, aku capek, tenggorokan ku juga sakit teriak teriak mulu hari ini., pinta adira.
Mereka biasa pulang nanti sore dira., jelas pamannya.
Kalian harus pulang sekarang mang, cepat, disuruh bapak., jelas adira.
Lah memangnya ada apa?, tanya anto.
Adira lupa ia belum mengabarkan keadaan dirumah.
Mamak tadi sudah lahiran mang, bayinya kembar, tapi kata nek yuli bayinya mamak meninggal semua., jelas adira.
Ya Allah!!!, kaget anto.
Lah abang mana?, tanya anto.
Bapak udah pulang duluan, aku disuruh panggil kalian disuruh ajak kalian semua pulang., jawab adira.
Anto pun langsung memanggil kedua ponakannya itu, tak lama setelah ponakannya datang anto pun mengajak mereka semua segera pulang, adira memimpin perjalanan ia berjalan paling depan dangan tergesa gesa karna ingin cepat sampai.
Sesampainya di rumah adira langsung masuk untuk melihat ibunya, sedang anto dan yang lainnya langsung berbaur dengan para warga yang datang untuk membantu mengurus pemakaman si kembar.
Ada gurat kesedihan diwajah pak harjo, ia tak menyangka jika anak yang dikandung istrinya kali ini adalah laki laki kembar pula.
Kang, dimana mau dimakamkan nya?, tanya anto.
Disana saja to, diujung perbatasan tanah ini., jawab pak harjo.
Baiklah kang, biar kami gali sekarang., jawab anto.
Ini mau dikasih nama siapa pak harjo anaknya, biar saya tulis di papan nisannya sekarang?, tanya tetangga pak harjo yang sudah siap mengukir papan nisan membentuk nya seindah mungkin.
Saya tidak tau, tunggu dulu saya tanya mertua saya dulu., jawab pak harjo seraya melangkah masuk mencari ayah mertuanya.
Pak mau dikasih nama siapa cucunya?, tanya pak harjo.
Sirna sama sampurna saja., sahut nek yuli yang berada tak jauh dari abangnya duduk sambil melanjutkan pekerjaannya, nek yuli sedang mengurus bu asih setelah tadi mengurus kedua bayinya.
Sirna dan sampurna?, tanya pak harjo merasa aneh.
Iya joo, kan bayimu begitu lahir sudah tak bernafas yang artinya langsung sirna, sedang kan keadaannya sudah sempurna walau pun sudah tak bernafas, tangan lengkap kaki lengkap mata lengkap telinga lengkap hidung juga bagus semua jenis kelaminnya juga jelas, jadi anakmu itu ia lahir langsung sirna namun dalam keadaan sudah sempurna jadi kasih mereka nama sirna dan sampurna., jelas nek yuli panjang lebar.
Masuk akal jo., sela kek jana.
Cocok ya pak?, tanya pak harjo.
Iya cocok., jawab kek jana.
Baiklah., jawab pak harjo sambil kembali menemui tetangganya yang akan mengukir nama kedua bayinya di papan nisan.
Gimana pak?, tanya pak mardi tetangga pak harjo.
Namanya sirna sama sampurna., jawab pak harjo mantap.
Ohh baiklah., jawab pak mardi langsung melakukan pekerjaannya.
Setelah selesai sholat magrib acara pemakaman pun dilaksanakan.
Semangat ya buat othor. oiya Kapan2 mampir2 ya kak ke ceritaku juga. 'Psikiater, Psikopat dan Pengkhianatan' mksh