Badai Pasti Berlalu

Badai Pasti Berlalu

rumah keluarga Cokro

Rumah besar berlantai dua, bercat dominan putih itu riuh oleh suara para tamu undangan.

Semua tamu yang hadir bukanlah orang sembarangan, mereka adalah relasi bisnis dari bapak Cokro prawira.

Cokro prawira adalah pemilik salah satu pabrik rokok yang cukup besar dan berhasil di kota mereka.

Dia membangun bisnisnya sejak muda dengan dukungan kedua orang tuanya yang memang berasal dari keluarga kaya dan terpandang, namun keluarga Cokro prawira berasal dari keluarga yang masih kental akan budaya, setiap keputusan diambil berdasarkan nasehat nasehat sesepuh.

Pak Cokro mempunyai dua putra,

Putra pertamanya adalah Pramudya putra prawira, buah pernikahannya dari istri pertamanya.

Dan putra keduanya adalah Elang dirgantara, buah dari pernikahan keduanya.

Ibu Elang hadir setelah enam bulan ibu Pramudya meninggal,

Dan Elang hadir lima tahun kemudian.

Alunan musik pengiring terdengar tenang di telinga para tamu, semua sibuk berbincang sembari menikmati makanan dan minuman yang di hidangkan.

Laki laki berusia dua puluh empat tahun itu tampak berbincang dengan tamu, ia menggunakan setelan jas pesta berwana navy.

Kulitnya bersih, hidungnya mancung, alisnya tebal dan rapi, dan tubuhnya proporsional.

" Bapak dan ibu romantis sekali ya pak, padahal sudah berumur, membuat semua orang iri saja.." ujar salah satu relasi bisnis pada Pram,

Mendengar itu Pram hanya tersenyum, lalu kembali meminum minuman yang sudah hampir habis itu.

" Pak Pram sendiri?"

" kenapa pak?"

" masih betah melajang?"

Mendengar itu Pram tertawa,

" usia saya bahkan belum ada dua puluh lima, kenapa saya harus buru buru? masih banyak yang harus saya selesaikan pak Dirga.. " jawab Pram tenang pada relasi bisnisnya yang usianya sudah jauh di atas Pram, mungkin sekitar tiga puluh tahunan.

Kebetulan lawan bicara Pram itu adalah salah satu putra teman baik papanya, dia juga sedang membuka bisnis, yaitu bisnis kertas rokok.

Seorang perempuan yang sedari tadi berdiri dari jauh sembari menatap Pram akhirnya mendekat,

" mau saya ambilkan minuman yang baru pak?" tanya perempuan itu lembut dan sopan saat sudah beradu disamping Pram.

" Boleh, ambilkan untuk pak Dirga juga.. kebetulan masih banyak yang akan kami bicarakan, malam masih panjang bukan pak?" Pram melempar senyum pada laki laki bernama Dirga di hadapannya,

" tentu saja, mungkin saja ada ide ide baru yang tiba tiba tercetus saat kita sedang sibuk berbincang.." pak Dirga menyambut dengan ramah.

" terimakasih hes.." ucap Pram sembari memberikan gelasnya yang sudah kosong.

Perempuan bernama Hesti itu mengangguk, tak lupa ia juga menerima gelas dari pak Dirga.

" Boleh saya pesan satu sekertaris yang cantik dan pengertian seperti itu?" ucap pak Dirga sembari menatap Hesti yang melangkah pergi.

" Bisa saja pak Dirga ini.. Bukankah semua sekertaris sama,

sudah menjadi tugas mereka untuk mengerti apa yang kita butuhkan.." ujar pram.

___

Diantara riuhnya para tamu, seorang gadis berusia delapan belas tahun itu duduk tenang disebelah meja besar dimana berbagai jenis minuman di suguhkan.

tidak sengaja gadis itu melihat seseorang yang di kenalnya,

" mbak Hesti?!" panggil Laras, tau tau Laras sudah berdiri disamping Hesti,

raut wajah Hesti terlihat aneh, ia tampak kaget sekali, sementara di depan Hesti ada dua gelas minuman.

" Ya ampun ras! Bikin orang jantungan saja!" Hesti sedikit kesal.

Namun Laras hanya tersenyum, sejak dulu ia mengagumi sosok Hesti yang cantik dan pintar, bahkan jika ia sedang ke kantor untuk mencari papanya, tak jarang ia menemui Hesti untuk sekedar menyapa.

" Bicara sebentar hes," seorang laki laki entah dari mana tiba tiba saja menarik lengan Hesti, laki laki itu menggunakan setelan yang rapi berwarna hitam.

" Ada apa sih?!" Hesti terlihat kurang senang, namun akhirnya ia mengikuti langkah laki laki itu, meninggalkan dua gelas minuman.

__________

Sekitar jam sepuluh siang, ayah Laras yang merupakan sekertaris dari papa Pram menghubungi rumah keluarga Cokro.

Ayah Laras bingung mencari keberadaan Laras, karena sejak semalam Laras tidak kembali pulang, awalnya papa Laras mengira Laras sengaja menyelinap dan keluar dari pesta diam diam lalu pergi bersama teman temannya, tapi saat teman temannya satu persatu di hubungi, ternyata tidak satupun yang bersama Laras.

Ayah Laras bertanya pada para pelayan apakah ada yang melihat Laras keluar dari kediaman keluarga Cokro semalam, dan bersama siapa Laras keluar.

Namun nyatanya tidak ada satupun yang melihat Laras keluar dari rumah keluarga Cokro,

Namun justru ada satu pelayan yang sempat melihat Laras di gandeng oleh Pram dan setelah itu pelayan itu tidak melihat Laras dan Pram lagi.

mendengar hal itu tentu saja Cokro yang baru saja bangun tidur itu beranjak pergi ke kamar Pram yang berada di lantai bawah.

Pram sejak dulu tidak mau tinggal di lantai dua seperti adiknya.

Dia beralasan tinggal di lantai bawah akan lebih memudahkannya dalam segala hal,

Padahal itu hanyalah alasan Pram agar tidak terlalu sering bertemu dengan papa dan mamanya ketika dirumah.

Cokro berdiri di depan pintu kamar Pram, beserta istrinya di belakangnya. Di sebelahnya lagi ada Bu Yati, asisten rumah tangga tertua di rumah itu, bisa di bilang ia yang bertanggung jawab atas pekerjaan enam pelayan lain.

Cokro memegang handel pintu kamar putranya, dan memutarnya, sehingga pintu yang ternyata tidak terkunci itu terbuka.

Cokro dan istrinya melangkah masuk,

Betapa terkejutnya Cokro melihat kamar putranya yang terkenal rapi dan disiplin itu begitu berantakan,

Bantal bantal berceceran di lantai, begitu pula selimut,

Bahkan yang lebih mengejutkan ada pakaian dalam yang tercecer di lantai, dan itu bukan pakaian dalam seorang laki laki.

Raut wajah Cokro sontak berubah, ia menatap istrinya sekilas yang rupanya rautnya sama persis.

Keduanya mendekat ke arah tempat tidur, tidak terlihat siapapun karena selimut tebal menutupi hampir seluruh tempat tidur.

Cokro akhirnya berdiri disamping tempat tidur itu, dan menarik selimut tebal yang menutupi tempat tidur Pram.

Betapa terkejutnya Cokro dan istrinya melihat siapa yang berada di balik selimut itu,

jantung keduanya serasa berhenti.

Cokro mematung, cukup lama, wajahnya memerah.

" Tutup pintunya ma!" tegas Cokro pada istrinya,

mendengar itu istrinya segera berjalan ke arah pintu dan menutup pintu kamar itu agar tidak satu pelayan pun bisa melihat apa yang sesungguhnya terjadi di dalam kamar Pram.

" Pramudya!!" suara Cokro seperti petir di telinga Pram, sehingga laki laki itu seketika membuka matanya, tidak hanya Pram saja, perempuan yang tertidur disampingnya pun ikut kaget dan terbangun.

" iya pa?!" jawab Pram setengah kebingungan,

Sementara perempuan disamping Pram langsung terduduk, setelah beberapa detik hening,

akhirnya keduanya mulai menyadari kondisi mereka.

Perempuan disamping Pram langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, dan hal yang pertama kali ia lakukan adalah menangis, perempuan itu takut, malu dan bingung.

Tak kalah Pram, ia yang masih kebingungan mendapatkan tamparan keras dari papanya.

" Matamu buta! Dia itu kekasih adikmu!" bentak Cokro pada putra pertamanya itu.

Melihat perempuan disamping pram yang sedang ketakutan, mama Pram segera menghampiri perempuan itu dan memeluknya .

" Tenanglah Laras, jangan takut, ada Tante disini.. Tenanglah..?" mama Pram berusaha menenangkan Laras yang tubuhnya gemetar itu.

Terpopuler

Comments

Ai Oncom

Ai Oncom

mulai baca lg karya mba Ayu.. baru tahu ada karya baru..

2025-01-14

1

Chalimah Kuchiki

Chalimah Kuchiki

hadir dikarya baru kak author

2024-11-08

3

Wiwik Roviyantini

Wiwik Roviyantini

senangnya bisa baca novel mba ayu sehat selalu y mba 🥰🥰🥰

2025-01-27

1

lihat semua
Episodes
1 rumah keluarga Cokro
2 tidak mau
3 saran yuniar
4 biarkan anakku hidup
5 sofa
6 kembar
7 kue putu
8 bunga asoka
9 andai saja
10 menendang nendang
11 perut laras
12 angkringan
13 kamar bayi
14 aku tak akan berubah pikiran
15 tetaplah bersama
16 keresahan pram
17 percakapan
18 perasaanku
19 subuh
20 cerah
21 kontraksi
22 menjelang dua puluh lima tahun
23 ruang bayi
24 aku ingin egois
25 apa boleh?
26 sikap lembut
27 kau tega kepada adikmu?
28 Zavier dan Zerina
29 keluarga kecil
30 mama elang
31 ketidaksetujuan suryo
32 semangat untuk laras
33 ketegasan Pram
34 peringatan pram
35 mimpi buruk
36 kakung
37 pagi yang cerah
38 aku tidak perduli
39 mimpi buruk
40 Anak kesayangan
41 kecurigaan elang
42 pencarian
43 petir
44 gelang yang cantik
45 pertanyaan elang
46 siapa laki laki itu
47 es krim
48 dia adikku
49 jujurlah
50 tangis bayi
51 jangan sentuh anak istriku
52 kembali padaku!
53 IGD
54 amarah suryo
55 pembelaan
56 desakan
57 jika segalanya bisa di ulang
58 senyum zavier
59 percakapan di sofa rumah sakit
60 air mata laras
61 air mata pram
62 Tidak ada Laras disini
63 penyesalan Bu yati
64 kesadaran pramudya
65 kembalikan istriku
66 guncangan
67 Rejdo prawira
68 tidak pantas
69 cucu keluarga prawira
70 di pangkuan eyang
71 pak dhe
72 penyesalan eyang
73 masa lalu
74 menguji kesabaran
75 saya sudah terlalu tua
76 biarkan saja
77 selamatan
78 rasa takut
79 pabrik kayu
80 perbincangan larut malam
81 tidak setia
82 makan malam
83 air mata Bu yati
84 anakmu!
85 ayo menikah
86 kerinduan
87 aku bapak kandungmu
88 kemana bapak selama ini?
89 ibu yang pergi
90 air mata Naina
91 maafkan eyang
92 5 tahun
93 gerbang sekolah
94 om
95 pecel tumpang
96 penjelasan
97 Tidak bisa
98 pulanglah
99 rumah kakek dan nenek
100 mereka keponakanku
101 jangan lari lagi
102 Sekolah
103 kakakmu berbeda
104 kenyataan menyakitkan
105 maafkan aku
106 aku tidak bisa memaafkanmu
107 rumah belanda
108 tempat yang dekat
109 ibu guru rara
110 ketakutan elang
111 Bu guru cantik
112 kamar laras
113 keraguan pram
114 tipe lili
Episodes

Updated 114 Episodes

1
rumah keluarga Cokro
2
tidak mau
3
saran yuniar
4
biarkan anakku hidup
5
sofa
6
kembar
7
kue putu
8
bunga asoka
9
andai saja
10
menendang nendang
11
perut laras
12
angkringan
13
kamar bayi
14
aku tak akan berubah pikiran
15
tetaplah bersama
16
keresahan pram
17
percakapan
18
perasaanku
19
subuh
20
cerah
21
kontraksi
22
menjelang dua puluh lima tahun
23
ruang bayi
24
aku ingin egois
25
apa boleh?
26
sikap lembut
27
kau tega kepada adikmu?
28
Zavier dan Zerina
29
keluarga kecil
30
mama elang
31
ketidaksetujuan suryo
32
semangat untuk laras
33
ketegasan Pram
34
peringatan pram
35
mimpi buruk
36
kakung
37
pagi yang cerah
38
aku tidak perduli
39
mimpi buruk
40
Anak kesayangan
41
kecurigaan elang
42
pencarian
43
petir
44
gelang yang cantik
45
pertanyaan elang
46
siapa laki laki itu
47
es krim
48
dia adikku
49
jujurlah
50
tangis bayi
51
jangan sentuh anak istriku
52
kembali padaku!
53
IGD
54
amarah suryo
55
pembelaan
56
desakan
57
jika segalanya bisa di ulang
58
senyum zavier
59
percakapan di sofa rumah sakit
60
air mata laras
61
air mata pram
62
Tidak ada Laras disini
63
penyesalan Bu yati
64
kesadaran pramudya
65
kembalikan istriku
66
guncangan
67
Rejdo prawira
68
tidak pantas
69
cucu keluarga prawira
70
di pangkuan eyang
71
pak dhe
72
penyesalan eyang
73
masa lalu
74
menguji kesabaran
75
saya sudah terlalu tua
76
biarkan saja
77
selamatan
78
rasa takut
79
pabrik kayu
80
perbincangan larut malam
81
tidak setia
82
makan malam
83
air mata Bu yati
84
anakmu!
85
ayo menikah
86
kerinduan
87
aku bapak kandungmu
88
kemana bapak selama ini?
89
ibu yang pergi
90
air mata Naina
91
maafkan eyang
92
5 tahun
93
gerbang sekolah
94
om
95
pecel tumpang
96
penjelasan
97
Tidak bisa
98
pulanglah
99
rumah kakek dan nenek
100
mereka keponakanku
101
jangan lari lagi
102
Sekolah
103
kakakmu berbeda
104
kenyataan menyakitkan
105
maafkan aku
106
aku tidak bisa memaafkanmu
107
rumah belanda
108
tempat yang dekat
109
ibu guru rara
110
ketakutan elang
111
Bu guru cantik
112
kamar laras
113
keraguan pram
114
tipe lili

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!