NovelToon NovelToon
Reina: Become Trouble Maker

Reina: Become Trouble Maker

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Pembaca Pikiran
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Setelah dituduh sebagai pemuja iblis, Carvina tewas dengan penuh dendam dan jiwanya terjebak di dunia iblis selama ratusan tahun. Setelah sekian lama, dia akhirnya terlahir kembali di dunia yang berbeda dengan dunia sebelumnya.

Dia merasuki tubuh seorang anak kecil yang ditindas keluarganya, namun berkat kemampuan barunya, dia bertemu dengan paman pemilik tubuh barunya dan mengangkatnya menjadi anak.
Mereka meninggalkan kota, memulai kehidupan baru yang penuh kekacauan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Malam semakin larut. Suara dentingan jam di atas nakas bergema, memecah sunyinya suasana. Jarumnya menunjukkan pukul dua belas malam kurang satu menit.

Cahaya bulan menembus jendela kamar, menyinari ruangan tempat seorang pria dewasa dan seorang gadis kecil tidur dengan damai di atas ranjang yang sama.

'Teng.'

Tepat pukul dua belas, gadis kecil itu membuka matanya tiba-tiba, menampakkan mata hijau jernih yang bersinar lembut dalam ruangan yang remang. Seketika kantuknya lenyap entah ke mana.

Reina bangkit perlahan, berhati-hati agar tidak membangunkan Chakra yang tidur di sampingnya. Tangannya meraba di bawah bantal tempat pria itu menyandarkan kepalanya.

"Aku harus menyelesaikan satu boneka ini untuk berjaga-jaga. Bocah ini telah melalui kehidupan yang terlalu berat," pikirnya sambil memandangi wajah Chakra yang terlelap, napasnya tampak teratur.

Pelan-pelan, Reina mengambil boneka jerami setengah jadi yang sebelumnya ia sembunyikan. Dia kembali bekerja, merangkai jerami dengan jemari mungilnya. Sesekali, pikirannya melayang memikirkan bagaimana dia harus bertahan hidup di dunia ini.

Waktu berlalu tanpa terasa. Jarum jam kini menunjukkan pukul tiga dini hari. Rasa kantuk mulai menyerang. Sesekali Reina menguap, mencoba melawan rasa berat di kelopak matanya.

"Sedikit lagi," pikirnya sambil melambatkan gerakan tangannya. Kepala kecilnya terangguk-angguk, tanda kantuk yang tak lagi tertahankan.

'Brukh.'

Tubuh kecilnya ambruk di lantai, masih memeluk boneka jerami yang baru saja selesai. Suara itu membuat Chakra terbangun.

Pria itu menggeliat perlahan, matanya masih berat. Namun, ia tersentak begitu menyadari ranjang di sebelahnya dingin. Reina tak ada di tempatnya.

Dengan segera, Chakra bangkit dan menemukan gadis kecil itu tertidur di dekat kakinya, memeluk boneka jerami seukuran telapak tangan anak kecil. Alis pria itu terangkat, mencoba menerka kapan gadis kecil itu terbangun, mengambil jerami, dan menyelesaikan boneka tersebut.

Chakra menghela napas panjang. Dia berjongkok, memindahkan tubuh Reina kembali ke atas ranjang dengan hati-hati. Tangannya mengambil boneka jerami itu dan mengamati bentuknya.

"Dia bangun di tengah malam hanya untuk membuat ini?" pikir Chakra sambil memandangi boneka berbentuk manusia itu.

Ia meletakkan boneka jerami di atas nakas, memastikan tidak ada kerusakan pada hasil kerja keras Reina. Setelah itu, dia menyelimuti tubuh gadis kecil itu hingga sebatas leher, lalu mengusap lembut puncak kepalanya.

Pandangan pria itu melembut. Ingatannya melayang pada masa-masa sulit yang dilalui gadis kecil ini. Chakra merebahkan diri di samping Reina, menatapnya dengan perasaan rumit yang bercampur kasih sayang.

Pelan-pelan, dia memeluk tubuh kecil Reina yang terlelap. Dalam hati, dia berjanji untuk melindungi gadis ini, apa pun yang terjadi.

Cahaya bulan masih menyinari mereka, menjadi saksi bisu kehangatan yang mulai terbangun di antara keduanya.

"Aku masih mengantuk. Tapi bocah ini memaksaku makan." Reina membatin dengan wajah lesu, tatapannya sedikit kesal diarahkan pada Chakra yang tengah berdiri di hadapannya sambil membawa semangkuk bubur hangat.

Satu tangannya memegang mangkuk, sementara tangan lainnya memegang sendok. Dengan sabar, pria itu menyodorkan sendok berisi bubur ke depan wajah Reina.

Chakra menatap gadis kecil itu dengan gemas. "Dia benar-benar imut, ingin rasanya aku membungkusnya dengan karung."

"Katakan aaaa..." suara lembut pria itu terdengar, membuat Reina menatapnya dengan lebih kesal.

"Aku ingin menolak, tapi bubur buatannya benar-benar enak," pikir Reina, menyerah pada rasa lapar. Ia membuka mulut sambil memejamkan mata, menikmati bubur yang lezat itu dengan penuh perasaan.

"Makanlah sedikit saja. Setelah kau menghabiskan ini, kau boleh melanjutkan tidurmu, kucing kecil," kata Chakra sambil tersenyum lembut. Tangannya mengaduk bubur, lalu kembali menyodorkan sendok berisi bubur ke arah Reina.

"Mmm..." Reina menggumam, tak mampu melawan rasa kantuknya.

"Kau mengantuk sekali, ya? Apakah semalam kau bergadang?" tanya Chakra, masih dengan senyuman hangat di wajah tampannya.

Mendengar pertanyaan itu, Reina seketika tersentak. Rasa kantuk yang semula menyelimuti lenyap digantikan kepanikan. Dia berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap datar meski hatinya bergemuruh.

"Sial! Apakah aku ketahuan?" pikir Reina panik.

Ia menelan bubur dengan cepat, berusaha mengalihkan perhatian Chakra. "Tidak," jawabnya singkat dengan nada polos.

Chakra menatap gadis kecil itu lekat, lalu terkekeh kecil. "Oh, sungguh?" tanyanya pura-pura penasaran.

Dengan tenang, pria itu mengambil boneka jerami dari atas nakas dan memamerkannya di hadapan Reina. Seketika wajah gadis kecil itu memucat, dan rasa panik kembali menyerangnya.

"Sial!" batin Reina sambil menatap boneka itu dengan gugup.

"Ah, aku menemukan ini di tanganmu semalam, kucing kecil. Apakah boneka ini datang sendiri?" tanya Chakra, menggoyangkan boneka jerami itu di depan wajah Reina yang mulai tertawa kikuk.

"...Ahaha..." Reina berusaha tersenyum, meskipun jelas terlihat gugup.

Chakra duduk di pinggir ranjang, menatap Reina dengan serius. "Meskipun kau memiliki kekuatan, aku harap kau tidak ceroboh menggunakannya. Kau bisa minta tolong padaku, bocah."

Reina mengerjapkan matanya, sedikit terkejut.

Dia... tidak memarahinya?

Di dunianya dulu, menggunakan kekuatan seperti sihir hitam, bahkan untuk hal yang tidak merugikan, sering kali dianggap sebagai pemujaan iblis. Orang-orang seperti itu akan dituduh, disalahkan, dan bahkan dimusnahkan tanpa ampun.

Chakra menghela napas panjang sebelum meletakkan boneka jerami itu ke dalam laci nakas. "Lain kali, pastikan untuk menyembunyikannya dengan aman." Ia mengusap puncak kepala Reina dengan gemas, lalu membawa mangkuk kosong keluar kamar.

'Brukh.'

Reina jatuh terduduk di atas ranjang, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. "Aku benar-benar ceroboh." Gadis kecil itu bergumam, menyadari bahwa Chakra telah memberikan kepercayaan yang sangat besar kepadanya.

Reina sudah dua bulan tinggal bersama Chakra. Dalam waktu itu, perubahan besar terjadi pada dirinya. Penampilannya mulai membaik; tubuhnya yang dulu kurus kering kini berisi. Chakra mengajarinya banyak hal, mulai dari membaca, menulis, berhitung, hingga pelajaran umum lainnya.

Yang mengejutkan, Reina hanya butuh seminggu untuk memahami dasar-dasar tersebut dan berhasil menjawab beberapa soal dengan mudah. Namun, karena status Chakra sebagai mantan narapidana, semua sekolah di kota menolak pendaftarannya. Meski begitu, Reina merasa ada sesuatu yang janggal di balik perlakuan orang-orang terhadap pria itu.

Hari ini, Reina baru saja menyelesaikan boneka jerami keempatnya. Dia menyembunyikannya di tempat yang dianggap aman: di bawah kasur dekat jendela. Setelah memastikan boneka itu tersimpan rapi, Reina merebahkan tubuhnya di atas ranjang, bersiap untuk tidur siang.

'Cklek.'

Suara pintu kamar yang terbuka membuat Reina menoleh. Ia mendapati Ikhsan, seorang pria dengan tatapan menyeringai, memasuki kamarnya. Dia menutup pintu dengan perlahan, lalu berjalan mendekat ke arah Reina yang kini duduk di tepi ranjang.

"Mumpung Chakra sedang sibuk, tidak ada salahnya bermain-main dengan bocah ini," pikir Ikhsan, yang langsung terdengar jelas di kepala Reina.

Tatapan Reina berubah dingin sejenak sebelum dia memasang ekspresi polos dan menatap Ikhsan dengan wajah penasaran. "Ada apa, Om?" tanyanya.

"Pamanmu menyuruhku memandikanmu. Dia bilang kamu belum mandi," jawab Ikhsan, mencari alasan dengan nada tenang.

Reina menyeringai tipis dalam hati, terlebih saat melihat jiwa pria itu yang berwarna gelap.

"Jiwa yang sudah dinodai setan, heh! Kau yang menuduh bocah itu melecehkan Lina hingga dia dipenjara, kan? Dasar pedofil gila!" batin Reina sambil terus memasang ekspresi polos.

"Kenapa aku harus mandi lagi, Om? Aku baru saja selesai mandi sejam yang lalu," jawab Reina, menatap Ikhsan yang kini duduk di tepi ranjang.

Ikhsan tampak berpikir sejenak. "Lina berkata kalau bocah ini idiot. Apa dia menipuku? Tapi bisa saja dia sudah sembuh dan lupa semuanya, kan?" pikirnya, yang kembali terdengar jelas oleh Reina.

"Apa kau mau tidur siang? Sini tidur sama Om," ajak Ikhsan dengan senyuman yang dipaksakan.

Reina mengerjapkan matanya, berpura-pura bingung. "Kenapa harus sama Om? Om kan bukan pamanku," jawabnya polos.

Ekspresi Ikhsan berubah. Dia mengepalkan tangan, berusaha menahan emosi agar tidak membentak Reina.

"Sial! Dia benar-benar anak yang merepotkan!" pikir Ikhsan lagi, membuat Reina semakin ingin tertawa dalam hati.

"Nanti Om kasih kamu uang, deh, buat jajan," kata Ikhsan sambil menyodorkan uang lima ribu rupiah ke arah Reina, berharap itu akan memancing perhatian gadis kecil itu.

Reina menatap uang tersebut dengan ekspresi heran, bibirnya tertarik membentuk senyuman kecil yang tidak sepenuhnya ramah. 'Ini akan jadi permainan yang menyenangkan,' pikir Reina, mulai menyusun rencana di kepalanya.

Di kehidupan sebelumnya, Reina pernah menjadi seorang pelacur. Dia sering melayani orang-orang kaya dan orang-orang penting, bahkan bangsawan dan keluarga kerajaan sekalipun.

Sekali kencan, Reina bisa mendapatkan sekantong koin emas yang mampu menghidupi dirinya selama setahun penuh jika digunakan untuk sehari-hari.

"Baju Om bagus, tapi dompetnya kok kosong? Kasi aja lima lembar uang yang itu." Reina berkata dengan mengejek, telunjuk kecilnya menunjuk ke arah uang berwarna merah yang berada di dompetnya. Untungnya Chakra mengenalkannya tentang mata uang beberapa waktu lalu.

'Anak kecil ini semakin lama semakin berani.' pikir Ikhsan dalam hati, merasa geram.

"Untuk apa uang sebanyak itu?" tanyanya, mencoba untuk tidak terprovokasi.

"Karena pamanku tidak punya uang, dia baru saja keluar dari penjara dan tidak dapat pekerjaan untuk saat ini. Aku juga perlu uang untuk makan," jawab Reina dengan nada polos, meskipun ada sindiran dalam kata-katanya.

"Nanti om kasi uang yang banyak buat kamu. Asalkan kamu nurut sama om," Ikhsan berkata sambil mendekati Reina yang kini bersandar di dinding.

"Kalau aku tidak mau?" Reina menjawab dengan tegas, mempertahankan jaraknya.

Tanpa diduga, Ikhsan menarik kaki Reina dengan kasar, membuat gadis kecil itu terkejut dan memekik. Segera pria itu mencoba mengungkung tubuhnya dengan wajah mengejek, "Kau benar-benar anak kecil yang merepotkan. Selagi pamanmu sibuk, bagaimana kalau kita bersenang-senang?"

Reina hanya menatapnya dengan tatapan datar, memperhatikan Ikhsan yang mulai melepas ikat pinggangnya. Senyum seringai muncul di wajah Reina, yang membuat Ikhsan menaikkan sebelah alisnya.

"Tentu, kita akan bersenang-senang," jawab Reina dengan nada dingin, meskipun hati kecilnya mulai ketakutan.

Tiba-tiba, waktu seakan berhenti. Suasana yang tadinya tegang berubah menjadi hening.

"Reina sayang~ Siapa bajingan ini?" Jeremy muncul dari belakang Reina dengan suara rendah yang menggema. Ikhsan menoleh, membelalak kaget saat melihat perwujudan Jeremy yang tiba-tiba muncul. Mata merah menyala dengan sorot mata tajam diiringi aura yang tak biasa.

"K-kau... Si-siapa?" Ikhsan bertanya dengan suara gemetar, wajahnya yang sebelumnya penuh rasa percaya diri kini berubah menjadi pucat.

"Hanya anjing birahi yang minta kawin, Tuan. Bahkan seekor anjing tahu kapan kawin dan mencari betina, bukan mencari anak kecil yang belum tahu apa-apa," Reina menjawab dengan nada penuh hinaan, wajahnya menunjukkan ekspresi jijik.

"Oho~ Sungguh manusia yang menjijikkan," Jeremy berkata sambil mengibaskan tangannya dengan ekspresi penuh kebencian. "Aku tidak menyukai bajingan ini. Otaknya tidak berguna dan auranya bau. Singkirkan!"

Sekejap, Jeremy menghilang, dan waktu pun kembali berjalan normal.

'Cklek'

'Drap' 'Drap'

'Bugh!'

"Kau apakan keponakanku, sialan?!" Chakra yang baru saja memasuki ruangan mendapati Ikhsan berada di atas Reina, yang kini duduk tenang di ranjang dengan ekspresi dingin. Chakra langsung mencengkram kerah Ikhsan dengan kuat, kemudian memberi pukulan keras ke wajahnya.

"Katanya, Paman menyuruh dia memandikan aku dan ingin menidurkan aku. Dia juga ingin memberikan aku uang lima ribu kalau aku mau membuka celana. Aku menolaknya. Kakiku ditarik hingga seperti ini," Reina berkata dengan mata berkaca-kaca, menunjuk ke kaki kecilnya yang memerah.

Chakra semakin mengencangkan cengkeramannya, "Aku tidak pernah menyuruhnya untuk hal itu." Suaranya semakin tegas, penuh amarah.

"Heh, kau yang menyuruhku kemari, bocah!" Ikhsan membela diri, mencoba mengalihkan perhatian.

Reina mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi tenang, "Kapan?"

Tiba-tiba, Joshua muncul di ambang pintu, matanya tajam memicing saat melihat keadaan yang mencurigakan, terutama celana Ikhsan yang sedikit melorot dengan ikat pinggang yang terbuka.

"Kau melecehkan anak kecil?! Menjijikkan sekali!" umpat Joshua, kemudian langsung menghampiri Reina yang kini berdiri dari ranjang dengan ekspresi tenang, meskipun tangisannya sudah mulai pecah. "Kau tidak apa-apa, Nak?" tanyanya dengan suara lembut.

Reina menunjuk ke kakinya yang memerah, "Pahaku sakit sekali, Om. Dia menarik kakiku dengan keras."

Tangisan Reina semakin pecah, yang hanya semakin membuat Chakra kalap. Dengan amarah yang tak terbendung, Chakra melanjutkan pukulannya dengan penuh kebencian terhadap Ikhsan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!