Prolog:
Dulu, aku selalu menganggapnya pria biasa miskin, sederhana, bahkan sedikit pemalu. Setelah putus, aku melanjutkan hidup, menganggapnya hanya bagian dari masa lalu. Tapi lima tahun kemudian, aku bertemu dengannya lagi di sebuah acara gala mewah, mengenakan jas rapi dan memimpin perusahaan besar. Ternyata, mantan pacarku yang dulu pura-pura miskin, kini adalah CEO dari perusahaan teknologi ternama. Semua yang aku tahu tentang dia ternyata hanya kebohongan. Dan kini, dia kembali, membawa rahasia besar yang bisa mengubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1 Bagian 16 Ada Kecurigaan
Setelah memasuki apartemennya, Nadia menutup pintu dengan perlahan dan menghela napas panjang. Malam yang penuh ketegangan itu meninggalkan rasa lelah di tubuhnya, namun pikirannya tetap terjaga. Ia melangkah ke kamar mandi, melepas pakaian dengan gerakan perlahan, lalu membuka keran shower. Air hangat mengalir, dan ia menutup matanya sejenak, merasakan sensasi menyegarkan yang mengalir ke tubuhnya.
Nadia mulai menggosok tubuhnya, merasakan setiap sentuhan lembut di kulit mulusnya. Meskipun tubuhnya merasa lelah, pikirannya tetap berputar, mengingat percakapan dengan Reza yang masih menghantui. Kenangan itu kembali muncul dalam pikirannya—momen ketika Reza menghilang begitu saja, meninggalkannya dengan seribu pertanyaan yang belum terjawab. Rasa sakit yang ditinggalkan masih terasa, meskipun ia berusaha untuk melupakan.
Sambil terus mandi, Nadia berusaha menenangkan dirinya. Ia tahu dirinya harus membuat keputusan, tapi hatinya ragu. Sejak Reza kembali muncul dalam hidupnya, perasaan campur aduk itu semakin kuat antara keinginan untuk memberi kesempatan lagi, dan ketakutan bahwa ia akan terluka seperti dulu.
Setelah beberapa menit, Nadia selesai mandi, tubuhnya terasa lebih rileks meski pikirannya terus menerus berputar. Ia keluar dari kamar mandi, mengeringkan tubuhnya dengan handuk, dan memakai piyama kasual yang nyaman. Tanpa berpikir panjang, ia berjalan menuju tempat tidurnya, lalu berbaring dengan mata yang terpejam, mencoba menenangkan pikirannya.
Namun, bayangan wajah Reza, kata-katanya, dan setiap momen yang mereka lewati bersama, terus menghantuinya. “Kenapa aku masih memikirkannya?” bisiknya pada dirinya sendiri. Ia merasa bingung, antara apa yang ia rasakan sekarang dan kenangan-kenangan indah yang pernah mereka bagi.
Meski tubuhnya ingin tidur, hatinya terasa berat. Reza kembali datang, dan itu mengingatkan Nadia pada luka yang belum sepenuhnya sembuh. Ada rasa takut, tapi juga rasa ingin tahu yang besar tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Reza selama ini.
Ia menghela napas panjang dan memutar badan ke samping, memandang jendela kamar yang gelap. “Apakah aku siap untuk menghadapi ini lagi?” tanyanya dalam hati. Jawabannya, ia tahu, masih jauh dari jelas.
Nadia berbaring di tempat tidurnya, matanya terpejam namun pikirannya tetap tajam, terus berputar, mempertanyakan segala sesuatu yang terjadi malam ini. Wajah Reza yang tampak lebih matang dan percaya diri, pakaiannya yang mahal, serta cara dia berbicara tentang dunia yang baru semuanya membuat Nadia merasa ada sesuatu yang lebih besar yang disembunyikan.
"Kenapa dia begitu sukses tiba-tiba?" pikir Nadia, matanya terbuka sejenak, menatap langit-langit kamar yang gelap. "Dan kenapa dia menghilang begitu saja tanpa penjelasan, hanya untuk muncul kembali dengan cerita tentang proyek bisnis besar?"
Ada rasa curiga yang mulai tumbuh dalam diri Nadia, seiring dengan kenyataan bahwa Reza tampaknya terlibat dalam sesuatu yang lebih dari sekadar bisnis biasa. Begitu banyak hal yang belum dijelaskan, begitu banyak teka-teki yang belum terpecahkan.
Nadia duduk perlahan di tempat tidurnya, menarik selimut ke tubuhnya. Dia mulai mengingat kembali percakapan mereka di kafe. Reza memang terlihat sangat serius saat mengatakan bahwa dia terlibat dalam banyak proyek besar, tetapi tidak ada rincian lebih lanjut. Setiap kali Nadia mencoba bertanya lebih lanjut, Reza selalu menghindar atau mengalihkan topik. Itu hanya menambah rasa curiganya.
"Dia bilang dia melakukan ini semua untuk aku," Nadia bergumam. "Tapi apakah itu benar? Atau ada sesuatu yang lebih besar yang dia sembunyikan? Apa yang sebenarnya dia takuti?"
Kenangan masa lalu tentang Reza yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak—kembali menghantui Nadia. Mengapa dia tidak memberi penjelasan yang lebih jelas saat itu? Mengapa dia memilih pergi tanpa memberikan kesempatan bagi mereka untuk menghadapinya bersama-sama?
Malam itu, perasaan bingung dan gelisah menguasai Nadia. Dia berbaring lagi, namun tidur terasa semakin jauh. Pikiran-pikirannya berputar liar, menciptakan skenario-skenario yang tidak bisa ia abaikan begitu saja. Ada perasaan bahwa Reza memang memiliki dunia yang lebih gelap dan berbahaya yang seharusnya tidak pernah ia masuki. Jika benar itu yang terjadi, Nadia merasa khawatir bahwa dia bisa terjebak lagi dalam masalah yang lebih besar.
Namun, di sisi lain, ada juga rasa ingin tahu yang besar. Apakah benar Reza telah berubah? Ataukah dia hanya menyembunyikan bagian dari dirinya yang masih penuh dengan rahasia?
"Entah kenapa, aku merasa ada sesuatu yang lebih besar yang tidak dia ceritakan padaku," Nadia berpikir, akhirnya memutuskan untuk tidak membiarkan dirinya terlalu terbawa perasaan. Dia harus menemukan kebenaran, tak peduli seberapa sulit atau menyakitkan itu. Mungkin ini adalah saatnya untuk menghadapi kenyataan dan mencari jawaban yang selama ini ia cari.
Dengan perasaan campur aduk, Nadia menarik selimut lebih rapat dan menutup mata. Tapi ketenangan yang ia cari malam itu terasa jauh, karena di dalam hatinya, ia tahu bahwa besok akan menjadi hari yang penuh pertanyaan, dan mungkin, lebih banyak lagi rahasia yang akan terungkap.
Akhirnya, dengan pikiran yang masih dipenuhi pertanyaan dan rasa curiga, Nadia tertidur. Tidurnya kali ini cukup dalam, meskipun ada rasa gelisah yang tetap terpendam. Pikirannya yang terus berputar akhirnya mereda, membiarkan tubuhnya meresapi ketenangan sementara.
Di luar jendela, suara hujan yang turun dengan lembut memberikan ketenangan tersendiri, seolah alam mencoba menenangkan hatinya yang terus terjaga oleh bayangan-bayangan masa lalu dan kemungkinan-kemungkinan yang akan datang. Namun, meskipun tidur menjemputnya, perasaan cemas dan bingung masih menghantui setiap sudut pikirannya.
Nadia tidur sepanjang malam tanpa terbangun, namun tetap ada ruang kosong di dalam dirinya yang belum terisi dengan jawaban. Tidur yang seharusnya menjadi pelarian dari perasaan itu, justru memberi ruang untuk lebih banyak mimpi yang penuh dengan bayangan-bayangan tentang Reza—tentang apa yang dia sembunyikan dan apa yang sebenarnya terjadi di balik dunia yang tampaknya sempurna itu.
Namun untuk malam itu, Nadia tidak bisa lagi memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Dia membiarkan dirinya terlelap dalam keheningan malam yang panjang, berharap suatu saat nanti semua pertanyaan yang mengganggu pikirannya akan menemukan jawabannya.