Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Aisha Semakin Bersinar
Kehidupan Aisha semakin bersinar sejak ia kembali ke Indonesia. Dengan dedikasi dan ketekunan, ia berhasil menunjukkan kualitas dirinya dalam proyek yang sedang ditanganinya bersama Sintia. Kinerjanya terus memukau banyak pihak, termasuk mitra kerja yang telah lama berkecimpung di dunia bisnis. Setiap langkah dan keputusan yang diambilnya selalu cermat, memberi dampak besar pada perkembangan proyek yang sedang ia pegang.
Di kantor, Aisha dan Sintia tengah sibuk berdiskusi tentang strategi baru untuk memperluas jangkauan perusahaan mereka di Indonesia.
Sintia: "Sha, kita sudah berhasil menembus beberapa pasar utama di sini. Apa rencana berikutnya? Terlebih Pak Roy, sudah menugaskanmu tetap disini bersamaku. Kerja sama ini menguntungkan bagi perusahaaan bahkan kita berdua, Sha. Aku ingin bisa lebih berkembang lagi disini."
Aisha: (tersenyum penuh semangat) "Aku ingin kita memperluas jaringan di kota-kota lain. Ada banyak potensi di luar Jakarta yang bisa kita manfaatkan. Aku juga memanfaatkan kepercayaan dari Pak Roy, Tia. Hem, aku pikir sih sebaiknya kota Surabaya setelah ini."
Sintia: "Ide yang bagus! Aku setuju. Kalau begitu, kita harus segera mulai mempersiapkan tim untuk survei lokasi dan target pasar baru."
Aisha: "Iya, dan kita harus memastikan semuanya berjalan dengan baik, tanpa mengurangi kualitas pekerjaan."
Percakapan mereka berlanjut dengan intens, membicarakan setiap detail hingga larut malam. Komitmen Aisha terhadap pekerjaannya membuatnya semakin dihormati dan diandalkan oleh perusahaan. Tak heran jika perusahaan terus memperpanjang masa tugasnya di Indonesia, memberi kesempatan pada Aisha untuk lebih mengembangkan sayap di sana.
Selama kerja sama dengan perusahaan Arya, baik Aisha ataupun Arya tidak lagi berkomunikasi langsung bukan apa apa, tapi Arya yang memilih memantaunya dari jauh sebab Arya menilai jika Aisha masih tidak mau di dekati olehnya.
***
Waktu berlalu, dan dalam beberapa bulan, Aisha dan Sintia berhasil membangun reputasi mereka sebagai sosok profesional yang sukses dan andal di Indonesia. Dengan prestasi yang terus bertambah, mereka akhirnya mampu membeli rumah mewah di salah satu kawasan elit di Jakarta. Bagi Aisha, ini adalah bukti kerja kerasnya selama ini. Di balik senyumannya, ia tak pernah menyangka hidupnya bisa berubah begitu drastis sejak ia pindah ke Singapura dua tahun lalu.
Meskipun fokus pada karier, Aisha tak sepenuhnya menyadari bahwa Arya selalu memperhatikannya dari kejauhan. Arya tahu bahwa pertemuan mereka di ruang rapat waktu itu telah menggugah kembali perasaannya yang dulu. Namun, ia merasa tak ingin mengganggu Aisha yang tampak semakin kuat dan mandiri. Ia menunggu waktu yang tepat, saat ia merasa bisa mendekatinya tanpa menyakiti hati Aisha.
Suatu hari, Aisha dan Sintia diundang ke pesta eksklusif salah satu kolega perusahaan, yang diadakan di sebuah hotel mewah. Aisha mengenakan gaun elegan berwarna merah anggur, membuatnya terlihat begitu anggun dan berkelas.
Sintia: (tercengang melihat penampilan Aisha) "Sha, kamu terlihat luar biasa malam ini. Semua mata akan tertuju padamu!"
Aisha: (tersenyum) "Oh, kamu berlebihan, Tia. Ini hanya gaun biasa."
Sintia: (menggelengkan kepala) "Biasa? Percayalah, kamu jauh dari kata 'biasa' malam ini. Jangan merendah lagi, karena kamu pantas di posisi wanita karir yang popoler."
Aisha yang tidak lagi peduli dengan ucapan Sintia, lebih memilih keluar dari rumahnya lebih dulu, baru Sintia menyusulnya masuk ke dalam mobil.
Saat memasuki ballroom yang megah, Aisha merasa senang sekaligus gugup. Dia jarang menghadiri pesta seperti ini, dan malam ini terasa spesial baginya. Musik lembut mengisi ruangan, dengan kilauan lampu kristal yang menambah kesan glamor di seluruh sudut ruangan. Aisha dan Sintia bertemu beberapa rekan bisnis, berbincang, dan saling berbagi cerita tentang proyek-proyek yang sedang berjalan.
Tanpa sepengetahuannya, Arya juga hadir di pesta itu. Sejak melihat Aisha di ruangan yang sama, Arya merasa ada dorongan kuat untuk mendekatinya. Namun, ia ragu, khawatir akan mengganggu kenyamanan Aisha. Dengan segala perasaan yang berkecamuk, Arya akhirnya memberanikan diri mendekati Aisha yang sedang berbincang dengan kolega lainnya.
Arya: (tersenyum tipis) "Aisha… senang bisa bertemu kamu lagi."
Aisha terkejut melihat Arya berdiri di hadapannya. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari bahwa sosok yang selama ini ia coba lupakan kini berdiri di depannya, mengenakan setelan jas yang membuatnya tampak semakin berwibawa.
Aisha: (terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil) "Arya… apa kabar?"
Arya: "Baik, sangat baik. Sepertinya kamu semakin sukses sekarang. Selamat ya atas karirmu yang sangat populer, bahkan banyak perusahaan lain ingin merekrutmu, Sha."
Aisha: (tersenyum dengan hati-hati) "Terima kasih. Hidup harus terus berjalan, kan? Dengan berkarir, aku lebih tenang."
Arya: "Ya, benar. Aku senang melihat kamu bahagia dan… bersinar seperti ini."
Percakapan mereka berlanjut, penuh dengan ketegangan yang tak terlihat oleh mata orang lain. Setiap kalimat yang terucap terasa begitu hati-hati, seolah keduanya tak ingin membuka luka lama.
Arya: "Aisha, aku tahu ini mendadak, tapi bisakah kita bicara secara pribadi sebentar?"
Aisha: (berpikir sejenak) "Baiklah. Di luar mungkin tempat yang lebih tenang."
Mereka menuju ke balkon yang sepi, meninggalkan keramaian pesta di dalam. Angin malam yang sejuk membuat suasana terasa tenang, namun hati Aisha berdebar. Ia tak tahu apa yang ingin dikatakan Arya, namun ia merasa ada sesuatu yang penting.
Arya: (menghela napas) "Aisha, aku ingin kembali mendekatimu dengan sungguh sungguh. Izinkan aku membuktikan itu."
Aisha: (terkejut) "Arya… Rasanya aku yang saat ini tidak pantas bersanding denganmu, yang ternyata seorang-"
Arya: "Aku tidak mempersalahkan status ini, Sha. Keluargaku juga memberikan kebebasan itu, pertemuan berikutnya akan aku jelaskan semuanya. Bagaimana aku diposisi ini dan kenapa dulu aku seperti karyawan biasa,"
Aisha: (terdiam) "Arya… aku tidak tahu harus berkata apa."
Arya: "Aku berharap kamu memberikan aku kesempatan, Sha. Aku hanya ingin kamu tahu jika aku masih menunggumu, masih sama mencintaimu."
Aisha merasa kata-kata Arya menggugah hatinya yang sudah lama ia pendam. Ia tak pernah menyangka Arya akan mengakui perasaannya seperti ini.
> Aisha: "Aku sudah berdamai dengan situasi dulu, Arya. Jika kamu menginginkan kesempatan itu, baiklah. Tapi aku tidak janji akan memberikan hasil yang sama atau membalas perasaanmu, Arya."
> Arya: (tersenyum) "Aku tidak butuh jawabanmu sekarang, Sha. Yang penting kamu mau memberikan aku kesempatan itu."
Mereka saling menatap, membiarkan keheningan menjawab semua perasaan yang tak terucapkan. Tanpa sepatah kata lagi, Arya akhirnya mundur, memberi ruang bagi Aisha untuk melanjutkan hidupnya dengan damai.
Malam itu menjadi momen yang tak terlupakan bagi keduanya. Setelah Arya meninggalkan pesta, Aisha tetap terdiam di balkon, merenung tentang pertemuan yang baru saja terjadi. Ada perasaan lega sekaligus sedih yang menyelimuti hatinya, namun ia merasa kuat untuk melangkah ke depan.
Dani? Bagaimana kabarnya dia? Selama aku disini aku tidak pernah melihatnya? Apakah dia masih bekerja dikantor yang dulu?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.