NovelToon NovelToon
Cincin Raja Tiga Dunia

Cincin Raja Tiga Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Kaya Raya / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Pusaka Ajaib
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Seorang pengangguran yang hobi memancing, Kevin Zeivin, menemukan cincin besi di dalam perut ikan yang tengah ia bersihkan.

"Apa ini?", gumam Kevin merasa aneh, karena bisa mendengar suara hewan, tumbuhan, dan angin, seolah mampu memahami cara mereka berbicara.

"Apakah aku halusinasi atau kelainan jiwa?", gumam Kevin. Namun perlahan ia bisa berbincang dengan mereka dan menerima manfaat dari dunia hewan, tumbuhan, dan angin, bahkan bisa menyuruh mereka.

Akankah ini berkah atau musibah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kantor Polisi Kota Bremlin

Meski kota kecil, kota ini sudah tidak memberlakukan uang tunai dalam transaksi. Semua sudah serba digital beserta semua kemudahan dan risikonya dalam manipulasi angka bagi beberapa orang yang punya kemampuan.

"Ini lebih moderen dari pada kota Dorman, tapi kenapa sepi begini?", Kevin melihat sedikit sekali orang yang berkeliaran menjelang malam.

"Wah, ada pelancong rupanya. Hei nak, berikan ranselmu dan cepat pergi dari kota ini!", pria berkaos singlet hitam dengan lengan kiri penuh tato ular. Ada tiga orang bersamanya.

Kevin enggan menanggapi begundal kecil seperti mereka. Tanpa bicara, Kevin mengambil segenggam debu di bawah kakinya, mengalirkan energi dan mengibas ringan ke arah keempat preman.

Kevin pun berbalik pergi, tak peduli nasib keempat begundal yang kini merintih karena luka-luka seperti ditusuk belasan jarum. Darah pun keluar dari tubuh mereka. Nampak mata mereka ketakutan seperti baru saja menghadapi iblis yang bersemayam di dalam jasad pemuda pendiam berwajah polos.

Kevin memilih sebuah kedai kopi dan memesan satu minuman dan mengudap gorengan.

"Pak, kenapa kota ini sepi sekali saat begini?", Kevin bertanya pada pelayan kedai seraya menggesek kartu debit dan menyelesaikan pembayaran. Tidak ada kertas bukti pembayaran. Hanya nampak panel edc yang menampilkan saldo sisa dan jumlah transaksi terakhir.

"Itu karena beberapa kali marak perampasan di mana petugas keamanan seolah enggan membantu masalah ini. Kudengar para perusuh itu mempunyai pendukung. Selama tidak ada rekaman kamera pengawas, maka kami tidak bisa menuntut mereka", pelayan itu menjawab sembari menunggu proses pembayaran selesai.

"Jadi, mereka tidak berani merusuh di tempat ber-cctv?", simpul Kevin. Pelayan itu mengangguk lantas melangkah pergi, nampak tidak ingin mengungkap nama pendukung di balik para perusuh itu.

"Hm, enaknya ngopi. Lama ngga mencicip kopi sejak keluar panti", Kevin sedikit bernostalgia sebelum terdengar suara gaduh sirine polisi. Beberapa petugas kepolisian datang menggeledah kedai, seperti mencari seseorang.

"Nak, keluarkan kartu identitasmu", seorang petugas mendatangi Kevin sebagaimana pengunjung lain juga diperiksa.

Kevin mengeluarkan kartu golden fox, membuat wajah petugas itu nampak lebih ramah.

"Tolong ikut kami ke kantor polisi untuk mengkonfirmasi satu kasus", polisi itu nampak segan.

Kevin menyimpan kembali kartu pengenalnya dan mengangguk setuju. Ia ingin tahu, apa yang mereka rencanakan dengan tindakan tiba-tiba seperti ini.

"Tunggu aku menghabiskan kopi dan makananku. Mubazir nanti kalau kutinggalkan", ujar Kevin lantas kembali menikmati kopi dan gorengan meski tidak sesantai tadi. Ia sudah menyusun rencana kabur jika memang diperlukan.

Tak lama, Kevin dibawa ke kantor polisi dan dimintai keterangan atas empat pria yang terluka di jalan.

"Apa kalian ada hubungan dengan pendukung para perusuh?", tohok Kevin sebelum menjawab pertanyaan petugas.

"Huh, kamu masih muda. Jangan banyak tingkah! Jawab saja pertanyaanku. Meski kamu anggota golden fox, ini di luar kota Dorman", pria berusia 30 tahun itu menekankan kata-katanya.

"Oh, jadi kalian memang bersekongkol. Lalu apa yang akan kalian lakukan kepadaku?", Kevin tetap tak ingin menjawab pertanyaan terkait hubungan dia dengan keempat preman yang terluka cukup parah.

"Sekarang sudah era digital. Bukti sudah jelas terlihat kalau kamu lah yang menyerang mereka. Dengan atau tanpa pengakuanmu pun, kami bisa menjebloskan kamu ke penjara. Jadi, mengaku saja lah nak", petugas itu meremehkan Kevin yang terlihat begitu muda dan polos. Bahkan ia mengira pemuda ini cukup bodoh meski memiliki identitas dari kota Dorman.

"Maka lakukan apa yang bisa kalian lakukan! Aku ingin lihat", tantang Kevin yang penasaran suasana penjara. Petugas itu pun tersenyum miring dan membuat sebuah laporan.

"Klik"

Tangan Kevin diborgol dan dibawa ke ruang interogasi karena dianggap tidak mau berkoordinasi dan menyembunyikan kebenaran.

Setelah pintu dikunci, Kevin diikat di kusi dan kamera pengawas dinonaktifkan. Seorang petugas membawa tongkat besi mendekat, siap memukuli Kevin sampai mau bekerjasama.

"Bagaimana sekarang, apa otakmu sudah waras? Cepat akui kesalahanmu, maka aku akan berbesar hati meringankan hukumanmu", petugas tadi menyeringai. Namun itu perlahan menghilang karena wajah Kevin tetap datar, tak bergeming.

"Hajar dia, tapi jangan sampai koma!", petugas itu menyuruh pria bertongkat besi.

Kevin yang sedari tadi telah mengalirkan energi untuk membuat zirah angin pun tetap tenang di tempat duduk. Hanya saja, rambutnya yang sedikit berkibar membuat para petugas keheranan.

" Cepat! ", pria itu kembali memerintah.

"Bugh!"

"Aagh!"

Terlihat lebam di wajah dan teriakan kesakitan. Namun bukan Kevin, pemukulnya lah yabg kesakitan karena tongkat itu mental ke arah wajahnya dengan momentum. Bahkan pandangannya kini serasa berputar. Ingus darah pun mengucur seketika.

"Brengsek! Apa yang kau perbuat?", petugas itu marah dan menyuruh petugas lain menghantam Kevin dari belakang menggunakan martil.

"Prak"

"Ugh!"

Satu petugas tersungkur bersimbah darah. Martil yang ia arahkan ke belakang kepala Kevin pun mental kembali ke dahinya hingga muncul luka cekung berdarah. Petugas itu pun tak sadarkan diri.

"Kau, apa kau mutan dsri kota Dorman yang dikirim untuk mengacau di wilayah kami?", tuduh petugas itu, nampak ketakutan.

"Memangnya apa yang kulakukan pak? Aku hanya diam. Kau lihat kan aku tidak bergerak", elak Kevin lantas tersenyum mengejek.

Petugas itu pun mengeluarkan pistol dan mengarahkan moncong senjata ke kepala Kevin.

"Sehebat apapun kau, aku yakin takkan bisa menghindari peluru. Cepat menyerah atau kuledakkan kepalamu!", todong petugas itu.

"Bagaimana caraku menyerah? Aku bahkan sudah diborgol dan diikat di kursi ini pak", jawab Kevin dengan intonasi bercanda.

"Dor!"

Satu peluru melesak keluar, menyasar cepat ke arah kepala Kevin. Namun kemampuan kendali angin milik Kevin sudah mencapai optimum. Kevin sengaja membelokkan peluru hingga menembus pangkal lengan kanan petugas itu.

"Krak"

"Aagh!"

Petugas itu tersungkur, melepas senjata di genggaman, menekan bahunya agar darah berhenti mengucur dan mengurangi rasa sakit.

Tak lama, beberapa petugas lain datang dan mendobrak pintu interogasi. Saat melihat kekacauan ini, mereka serentak menodongkan senjata ke arah Kevin.

Pemuda itu hanya diam, mengawasi semua petugas yang baru saja masuk.

"Apa yang terjadi?", seorang polisi berpangkat komisaris besar menanyai polisi yang terluka di bahu dan kepala.

"Dia pelakunya", mereka sepakat menunjuk Kevin sebagai pelaku. Namun komisaris besar itu melihat Kevin masih diborgol dan diikat di kursi. Kalau pun dia menuduh, ia harus punya asumsi logis karena tahu bawahannya telah mematikan kamera pengawas sebelum eksekusi.

"Bodoh! Lepaskan dia!", perintah komisaris besar membuat mereka tercengang. Tanpa membantah, mereka pun patuh meski enggan.

"Kalian tidak jadi memenjarakanku?", Kevin penasaran alasan dirinya dilepaskan, namun ucapannya dimaknai sebagai tantangan.

"Kalau kau mau masuk penjara, tanda tangani saja pengakuan atas kesalahanmu", komisaris besar itu menanggapi tantangan Kevin.

"Mana bisa begitu? Bahkan sidik jariku pun tidak ada di situ kan. Sudah lah, urus saja bawahan dan rekan terselubung kalian. Aku permisi", Kevin berjalan santai keluar dari ruang interogasi dan memungut semua barang bawaannya. Ia melapisi jemari menggunakan angin untuk memeriksa isi tas, berjaga-jaga agar tidak dicurangi lagi.

1
Swb Taro
lanjut thor
Swb Taro
oc lanjut thor
D'ken Nicko
semangat thor
D'ken Nicko
emang ga da bimbingan menjadi kultivator di ingatan mc ?
Swb Taro: yu d lanjut thor
Tabuut: Sayangnya bukan kultivator ini bang. Sejenis kisah pewaris kekuatan raja sulaiman
total 2 replies
D'ken Nicko
masih blm ktemu arah mau kemana alur cerita ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!