Novan dan Diana menjalin hubungan sekitar empat tahun lama nya sejak mereka sekolah SMA, sudah banyak yang Novan berikan pada gadis cantik berdarah minang itu.
namun suatu hari Novan melihat Diana malah bersama pria lain yang menggunakan mobil mewah, sejak saat itu juga hubungan mereka renggang, tak lama Diana sakit dan selalu menjerit jerit karena gigi yah semula bagus itu mengeluarkan banyak nanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Hubungan kandas
Pak Bujang menatap obat yang sudah di berikan oleh dokter rumah sakit, kata nya gigi Diana semua bagus dan tidak ada sama sekali gejala penyakit lain. kekhawatiran nya Bu Hasnah tidak terbukti bahw anak nya punya kanker, senang karena Diana akan sehat, apa lagi sejak minum obat dokter dia sudah agak tenang dan sekarang sedang tidur.
Deni terdiam karena mendengar juga penjelasan nya dokter bahwa gigi Diana semua bagus, tapi kenapa dia sampai sakit begitu parah, apa yang sebenar nya sudah terjadi pada adik nya. dalam perjalanan ini mereka hanya diam saja tak ada yang bersuara, karena mereka tenggelam dalam pikiran masing masing.
"Isi minyak nya dulu, Den." Bujang ingan dengan ucapan Norma.
"Sudah tadi ku isi, full kok ini." sahut Deni.
"Oh ya sudah kalau begitu, malu kalai kita tidak mengisi bensi nya." ucap Pak Bujang.
"Kalian tidak usah berisik dulu, Diana baru tidur." Bu Hasnah tidak ingin Diana terganggu.
Mobil mereka sudah memasuki kawasan desa ini, Deni mengemudikan mobil dengan hati hati agar tidak sampai lecet karena mobil orang. masih untung di pinjami, jadi ya harus di rawat lah agar yang punya tidak marah atau kecewa. Deni dan orang tua nya belum tahu bahwa Diana sudah putus, andai kan tau maka mereka pasti malu untuk pinjam.
"Hati hati gendong nya, Pak." Bu Hasnah tetap cemas juga.
"Semoga saja masih hilang rasa sakit dia, aduh berat juga." keluh Pak Bujang.
"Biar aku saja, Pak." Deni menggendong adik nya masuk kedalam rumah.
"Jangan kasar gitu dong, Den!" Bu Hasnah kasihan pada Diana.
Deni tidak mendengarkan nya dan asal. Gendong yang penting sampai rumah, Ria sudah membersihkan ruangan depan agar Diana istirahat dulu di ruangan itu karena kamar lumayan sempit. takut nya nanti ada yang menjenguk, sudah jadi kebiasan warga sini bila ada yang sakit maka semua nya akan datang berkunjung.
"Jadi apa kata Dokter, Bu?" Ria bertanya setelah Ibu nya duduk.
"Dokter juga tidak tahu pasti, hasil nya masih tiga hari lagi akan keluar! tapi yang jelas bukan gejala kanker kata nya." jawab Bu Hasnah.
"Syukur lah kalau bukan kanker, ku rasa memang karena mau berlubang saja maka nya jadi sakit." ujar Ria.
"Tapi bagus tadi kata dokter nya, gigi Diana sama sekali tidak ada yang lubang." sangkal Bu Hasnah membuat Ria bingung juga.
"Lalu apa ya, kok Diana sangat kesakitan begitu! itu kening dia kenapa, Bu?" Ria menunjuk kening adik nya.
"Di jalan pun dia terus membenturkan kepala nya, jadi ya memar dan sebagian ada berdarah juga." jelas Bu Hasnah dengan wajah lelah nya.
Ria kaget dan memeriksa seluruh kening Diana yang memang memar parah, tampak kebiruan walau kulit Diana coklat. mungkin tidak kuat menahan rasa sakit sehingga dia pun gelap mata membenturkan kepala nya, Ria curiga ini kanker otak memang.
Tidak ada yang curiga pada santet, sebab desa mereka sudah aman dari hal seperti itu. bahkan hampir tidak pernah lagi ada yang mati karena santet, sebab dukun nya pun sangat susah untuk di temukan, paling bila ketemu maka hanya akan bertemu dengan dukun abal abal yang hanya mau uang nya saja.
"Ibu istirahat saja dulu, aku mau ketemu Uda." ujar Ria mencari Deni.
"Iya, maka nya Diana tidur sini saja biar Ibu enak menemani nya." angguk Bu Hasnah.
"Baik lah, nanti aku akan pindahkan kasur nya juga." angguk Ria, sebab nanti jam tiga sudah jam kerja dia di pabrik.
Ria mendekati Deni yang sedang menghisap rokok sambil melihat ponsel nya, agak ragu tapi dia akhir nya memutuskan untuk bicara dengan Uda saja. sebab bila bicara dengan Bu Hasnah, yang ada nanti malah sangat panik dan heboh tidak karuan karena Ibu nya paling penakut di rumah ini pasti nya.
"Aku mau menunjukan foto tadi malam sama Uda, ada pocong di kamar Diana." Ria tanpa basa basi langsung bicara.
"Ngomong apa kamu?" Deni menatap adik nya.
"Tadi malam aku jelas melihat pocong di bawah ranjang Diana, dan aku juga mengambil foto kaki nya yang berdarah." Ria membuka ponsel untuk mencari foto.
"Nah, lihat!"
Ria membalik ponsel nya menunjukan pada Deni hasil potret tadi malam bagai mana rapak pocong yang berdarah segar, namun Deni malah menatap Ria heran karena bicara melantur tidak tentu arah sehingga mengecek suhu tubuh Ria. apa mungkin adik nya ini sedang demam, namun suhu Ria normal saja.
"Itu cuma foto lantai." ujar Deni.
"Hah?" Ria melihat kembali dan jadi sangat kaget.
"Kau kayak nya gabut sekali ya sampai lantai saja kau foto." ejek Deni.
"Ya allah, tapi tadi malam ada jejak darah nya!" kekeh Ria.
"Ngomong apa sih? Uda capek dan ini masih mau mengembalikan mobil." Deni segera masuk kedalam mobil.
"Kenapa bisa berubah?" Ria bergumam sendirian.
Masa iya tadi malam dia salah lihat dan jadi asal foto saja, tapi rasa nya tadi malam adalah hal yang sangat nyata sekali, ada apa ini sebenar nya. Ria punya firasat yang tidak bagus sekarang, apa mungkin ada sesuatu yang buruk.
"Ayo kau bawa motor, nanti bonceng Uda." ajak Deni dari dalam mobil.
"Ndak jalan saja, kan sekalian olah raga." gurau Ria.
"Buruan lah, Uda capek ini." keluh Deni yang memang sangat lelah.
"Iya, sabar dong!" Ria pun menghidupkan motor nya, mengikuti mobil milik keluarga Novan yang sudah di pinjam.
Sampai lah mereka di rumah nya Novan dan mobil juga langsung di parkir secara rapi oleh Deni, dia mencari pemilik rumah untuk mengucapkan terima kasih karena sudah di pinjami mobil sehingga mereka pun bisa membawa Diana berobat kerumah sakit. Ria juga turun dari motor, dia pun harus bilang terima kasih.
"Wih motor baru, Van." tegur Deni karena mereka memang berteman.
"Alhamdulilah, nabung juga lama." jawab Novan merendah.
"Tapi akhir nya kebeli, bagus banget ini." Deni pun pengen tapi tidak punya uang.
"Kredit kan bisa, Bang." sahut Novan sambil tersenyum.
"Nanti lah, pakai yang lama saja dulu walau sudah bobrok." sahut Deni.
"Eh ini kunci mobil nya, terima kasih sudah meminjami kami mobil." Deni memberikan kunci pada Novan.
"Sama sama, kalau butuh pinjam saja lagi tidak apa apa kok." ucap Novan.
"Mas kan memang gitu, kalau soal pacar mu apa pun pasti di berikan!" cetus Norma.
"Tidak baik begitu, Mas juga sudah tidak punya hubungan sama Diana."
Ucapan Novan sukses membuat semua yang ada jadi kaget, terutama Deni dan Ria karena mereka memang tidak tahu bahwa hubungan kedua nya sudah kandas dan sejak kapan pula itu terjadi.