“Ale, kakek cuma minta satu permintaan kekamu. Menikahlah dengan gadis yang difoto ini, namanya Olivia Gumolily dia gadis baik, dia anak teman Papa Mama mu dulu. Kakek titip Olivia ke kamu sayangi dia” - Wasiat kakek Axel Caprice Alessandro Caprice merupakan pewaris kerajaan bisnis yang memiliki campuran darah Italia, dia merupakan boss dari mafia besar de’Mons yang terkenal dengan keganasannya. Ale adalah seorang dengan wajah tegas dan dingin, tidak ada kata perempuan dihidupnya selain mediang ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Yolanda JM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LA-Bab 25 Cemburu
“Ehm setelah cincin bagaimana kalau gedung nya?” – Elizabeth memberikan buku yang berisi gedung dan konsep pernikahan. Olivia menerima dan bergumam didalam hatinya ‘kenapa sangat mewah semua? Apa tidak ada yang lebih sederhana’
Ale yang tau itu langsung menarik buku tersebut dan menyerahkan ke Elizabeth
“kau atur saja sesuai keinginanmu, kita percakan semua padamu” – Ale
“Serius aku bisa atur semauku?” – Elizabeth kaget
“Heem” – Ale mengangguk
“Oke dengan senang hati” – Elizabeth dengan ceria
“Oliv, ponselmu mana?” – Elizabeth mengadahkan tangannya
“Ini, kenapa?” – Olivia dengan polosnya memberikan ponselnya
Elizabeth mengetikkan sesuatu di ponsel Olivia dan mengembalikannya.
“Kita bisa jadi teman” – Elizabeth tersenyum Olivia dan membalasnya dengan tersenyum
“Jangan sungkan menghubungiku ya” – Elizabeth denga genitnya
“Pergilah” – Ale masih dengan nada yang sama
“Huhhhh kasar sekali” – Elizabeth menggerutu
“bye bye Oliv” – Elizabeth adalah orang yang ceria orang yang bisa membuat suasana menjadi hangat
“Eh sebentar” – Olivia berlari kearah dapur, dia ngepak cookies kedalam toples dan puding
“Ini cobalah, aku yang buat” – memberikan kue dan puding buatannya untuk Elizabeth
“Ahhhhh makasih banyak kakak ipar” – Elizabeth senang sampai memeluk Olivia
“Eh iya ini cobalah gaun ini, nanti kau bisa hubungi aku, apa badanmu pas dengan gaun ini atau ada yang harus dikecilkan, karena aku tidak tau ukuran badanmu kakak ipar” – Elizabeth memberikan totebag yang berisi gaun rancangannya
Mereka mengantar Elizabeth sampai ke pintu depan. Olivia melambaikan tangannya.
Setelah kepergian Elizabeth, Olivia tidak tau mau ngapain lagi.
“Boleh aku berkeliling?” – Olivia mendongak melihat respon Ale
“Boleh” – Ale menyetujuinya
Olivia berjalan kehalaman belakang rumah, dia berjalan hingga menampakkan taman yang begitu luas dan kolam renang yang besar.
“Wowwww” – Olivia terkagum-kagum
Olivia melihat beberapa pelayan sedang berkebun disudut sana, dia menghampirinya.
“Boleh aku bantu” – Olivia berjongkok menyamakan dengan orang-orang disana
“Nona jangan, nanti tuan marah” – pelayan itu melarang Olivia
“Tidak akan, percayalah, aku ingin bergabung” – Olivia bergabung dengan mereka, duduk di tanah tanpa alas, memakai sarung tangan dan topi dari pelayan agar tidak kepanasana, dia berbaur dengan mereka, sesekali bertanya nama dan asal mereka. Bunga yang awalnya diplastik semuanya sudah berpindah ke pot-pot denga cantik.
“Huuuhhhhh, selesaii” – Olivia meregangkan otot-ototnya. Menempuk-nempuk pantatnya untuk membersih pasir-pasir disana.
Ale sudah 10 menit memandangi Olivia dari dalam rumah. Dia duduk disalah satu bangku ditemani beberapa kue buatan Olivia dan kopi.
Olivia berjalan kearah kolam renang, rasanya dia ingin sekali menyeburkan diri disana.
“Sepertinya Ale tidak ada, aku bisa pinjam kolam renangnya sebentar” – Olivia mengedarkan pandangannya kesemua sudut tidak menemukan Ale, akhirnya dia melepaskan sandalnya dan menyeburkan diri dikolam.
“Huuuuu segarnya” – Olivia berenang kesana kemari, hampir 3 jam Olivia tidak keluar dari kolam, dia menikmati pergantian waktu dari pagi kemalam saat ini. Tanpa dia sadari daritadi Ale sudah berada dibelakangnya berjongkok dipinggir kolam dengan membawa handuk
“Berapa jam lagi kau disana?” – raut muka Ale sangat sinis sekali
“Eh, iya aku akan naik” – Olivia naik kedaratan dan dengan sigap Ale menghampirinya dan menyelimutinya dengan handuk yang dia bawa.
‘Kenapa lagi orang ini? Dia marah karena kolam renangnya aku pakai?’ pikirnya
Sebelum dia menghampiri Olivia disempat memarahi semua pelayan disana karena membiarkan Olivia di kolam renang sampai 3 jam.
Ale masih memantau Olivia di kolam renang di menit ke 30 setelah itu ada panggilan kerja dan akhirnya dia berlalu ke ruang kerjanya. Setelah meeting jarak jauh dengan kliennya selama 2 setengah jam dia kembali ke kamarnya ternyata tidak ada Olivia disana. Dia mencari kesana kemari dan akhirnya melihat Olivia masih di kolam renang.
Ale melihat kulit Olivia memucat kedinginan. Dia langsung menggendongnya dan membawanya ke kamar. Dia meletakkan Olivia ke bathup yang berisi air hangat yang sudah disiapkan oleh pelayan.
“Mandilah, aku menunggu diluar 5 menit” – Ale keluar dan menunggu Olivia selama 5 menit.
“huhhh aku baru sadar, kulitku mengkeriput gara-gara berenang” – Olivia melihat beberapa bagian tubuhnya yang mengeriput
Buru-buru dia mandi dan memakai handuk bajunya. Dia keluar ternyata Ale sudah tidak ada disana, hanya baju ganti yang sudah ada di atas kasur. Olivia menggunakan bajunya, menyemrotkan parfum ditubuhnya dan lotion. Tiba-tiba pintu kamar terbuka menampakkan Ale membawa nampan yang berisi sup dan minum. Ale memberikan ke Olivia dan langsung diterima.
Olivia menikmati sup yang diberikan ke Ale, setelah selesai dia sendiri yang mengembalikannya ke dapur karena melihat Ale yang sedang sibuk dengan pekerjaannya dikamar.
Olivia berinisiatif langsung kembali kekamar untuk mencoba gaun yang diberikan oleh Elizabeth. Dia langsung keruang ganti dan berkaca, bajunya kedodoran.
“Aku antar besok ke butik Eliz” – Ale tiba-tiba dibelakangnya
“Ehhh!! Kenapa masuk aku lagi ganti baju” – Olivia yang kaget
Ale malam mendekat memeluk Olivia dari belakang mengarahkan mulutnya tepat dibekas salah satu cekikannya, mengecup pelan dan meninggalkan bekas disana.
“Keluarlah” – Olivia mendorong Ale untuk keluar dari ruangan tersebut.
Olivia langsung mengganti pakaiannya dan menuju ke kasur untuk tidur. Jarang-jarang dia bisa tidur dijam yang terbilang masih sore.
“Ale” – Olivia dengan posisi terlentang
“Hem” – Ale tidak mengarahkan pandangannya ke Olivia
“Ehmmm pengawal itu bagaimana kabarnya? Dia baik-baik saja kan?” – Olivia teringat dengan pengawal yang dipukulin diruang eksekusi.
Ale diam menatap Olivia sangat tajam sekali.
“Kau menyukainya?” – Ale dengan suara yang menyeramkan
“Hah? Maksudmu? Aku hanya tanya apakah dia baik-baik saja?” – Olivia masih santai
“Kenapa kau bertanya?” – Ale sudah mengetatkan rahangnya
“Aku hanya memastikan kalau keadaannya baik-baik saja itu saja” – Olivia tidak habis pikir dengan Ale, kenapa menjawab saja susah.
“Jangan menyakan laki-laki lain denganku” – Ale menekankan setiap kalimatnya
“Aku hanya bertanya, kenapa semarah itu” – Olivia yang keras kepala
“Aku tidak suka!!” – Ale membentak
Jantung Olivia sudah tidak tertolong lagi, dia benar-benar takut sekarang, Ale sangat mengerikan jika membentak seseorang.
“ya sudah” – Olivia pasrah suaranya bergetar, dia membalikkan tubunya kearah jendela dan menutup matanya, air mata meleleh tanpa dia perintah
‘Kenapa kau cengeng banget sih liv, gitu aja’ – suara hati Olivia
Ale baru sadar setelah membentak Olivia, dia langsung keluar dari kamar menenangkan diri, mengambil rokoknya dan menghisapnya ditaman belakang ‘aku cemburu?’ – pemikirannya saat ini.
Setelah habis satu batang rokok dia memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya, dia memberihkan diri agar bau rokok tidak menempel ditubuhnya, membuka semua atasnnya dan telanj*ng dada, dia hanya memakai celana piyama pendek setengah paha dan bergabung di kasur dengan Olivia.
Dia menarik Olivia untuk mendekat kearahnya, memutar tubuh Olivia agar menghadapnya, merapatkan tubuhnya, membaringkan kepala Olivia dilengan miliknya, memeluk posesif dan akhirnya mereka tertidur.
Tepat jam 12 malam Ale terbangun, dia ada janji dengan Pete untuk menemui klien. Dia melepaskan pelukannya dengan sangat hati-hati. Dengan lancangnya dia mencuri kecupan dibibir Olivia sekilas. Di menyelimuti Olivia dan menarik selimutnya sampai kedadanya.