Farrel adalah seorang playboy kelas kakap, sudah banyak wanita yang dia kencani dari berbagai macam profesi. Baginya wanita hanya mainan saja, yang akan dia tinggalkan setelah merasa bosan. Tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta.
Dia adalah seorang pria dengan sejuta pesona. Siapapun wanita yang melihatnya akan terpesona dengan ketampanannya, apalagi dia adalah seorang pengusaha yang kaya raya.
Namun, malam itu dia salah masuk ke dalam kamar hotel membuat dia melakukan kesalahan fatal dengan seorang wanita yang tidak dia kenali. Wanita itu meletakkan sebuah cek senilai seratus juta di atas meja, agar Farrel tutup mulut.
Farrel sangat terkejut ketika mengetahui kenyataan bahwa wanita itu ternyata adalah istri dari saudara sepupunya. Apakah dia harus bertanggung jawab karena telah merenggut kesuciannya ataukah mencari wanita lain sebagai tambatan hati? Padahal ada banyak wanita yang mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Sementara itu Farrel dan Renata masih berada di tengah perjalanan menuju kota M.
Terlihat Farrel yang sedang menggoda Renata, dia mengigit bibir bawahnya memandangi Renata, kemudian dia berkata, "Apakah mungkin sebenarnya kamu belum bisa move on dengan malam panas yang pernah kita lakukan? Haruskah kita melakukannya lagi, Renata?"
Renata pun menghela nafas memandangi Farrel dengan tatapan galaknya.
Melihat Renata yang memandanginya seperti itu, membuat Farrel segera mengamankan kakinya dari jangkauan Renata, karena takut diinjak oleh wanita itu. "Aku hanya bercanda. Tapi kalau seandainya kamu memaksa, aku siap melakukannya lagi."
"Bercandamu sangat tidak lucu," ketus Renata.
"Aku memang tidak pandai membuat orang tertawa, tapi aku sangat pandai membuat jantung wanita berdebar-debar, dan saat ini aku bisa mendengar suara detak jantungmu," Farrel sangat senang menggoda Renata.
Seketika Renata menjadi salah tingkah dan wajahnya memerah, apakah iya Farrel bisa mendengar suara detak jantungnya? Tapi dia enggan mengakuinya. "Sok tahu, le-lebih baik sekarang kita segera berangkat!"
Farrel pun terkekeh, melihat Renata yang salah tingkah begitu sangat terlihat menggemaskan. Ingin sekali dia mengurung wanita itu di kamar seharian. Tapi dia harus bisa menahannya sebisa mungkin.
"Siap, Tuan Putri." Farrel segera menjalankan mobilnya.
Renata pun menghela nafas dengan panjang, dia harap pemimpin perusahaan Agraria akan langsung menyetujui kerjasama dengan Farrel, sehingga dia tidak perlu menginap di kota M.
Butuh waktu enam jam untuk sampai ke kota M. Renata nampak terperangah melihat keindahan kota tersebut. Sebuah kota yang masih dikelilingi dengan pegunungan yang menjulang tinggi, dan hamparan perkebunan yang luas. Hal tersebut membuat dia sangat merindukan kampung halamannya.
Sesekali Farrel melirik ke arah Renata, pria itu pun tersenyum melihat Renata yang sangat menikmati pemandangan di kota M. Tapi bagi Farrel, Renata adalah ciptaan Tuhan yang paling indah.
...****************...
"Maaf Bu, ada yang ingin bertemu dengan anda," ucap Asisten Lea kepada sang pemimpin perusahaan Agraria yang bernama Nova itu.
"Siapa?" tanya Nova dengan ketus.
"Dari perusahaan Gibson Group."
Kemudian Nova menghela nafas dengan panjang, "Saya sudah memutuskan kontrak dengan perusahaan itu, karena saya sudah mendapatkan penawaran kerjasama yang lebih menjanjikan dengan perusahaan lain. Bilang saja kepadanya, saya tidak memiliki waktu untuk bertemu dengannya."
"Tapi dia jauh-jauh datang kesini untuk..."
Nova memotong perkataan asistennya, "Apakah kamu tuli? Sudah saya bilang bahwa saya sangat sibuk hari ini."
Asisten Lea pun segera menyampaikan apa yang dikatakan oleh Nova kepada Farrel.
"Maaf Tuan, Bu Nova tidak bisa bertemu dengan anda."
Farrel terlihat sangat kecewa mendengarnya, ternyata sulit juga untuk bertemu dengan wanita berusia 40 tahun itu.
"Sudah ku katakan, Bu Nova itu sulit untuk didekati. Usianya sudah 40 tahun, bukan masanya untuk baper-baperan, jadi gak usah tebar pesona kepadanya," bisik Renata kepada Farrel.
Farrel tidak akan pernah menyerah, dia tidak boleh gagal dengan pekerjaan pertamanya itu, "Izinkan aku untuk bertemu dengannya sekali saja."
"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa..." Asisten Lea tidak meneruskan perkataannya ketika melihat tatapan Farrel, tatapan pria tampan itu seakan telah membuat hatinya melayang. Sehingga dia tersihir dengan pesona pria tampan itu.
Asisten Lea baru menyadari bahwa CEO dari perusahaan Gibson itu sangat mempesona, membuat dia menelan saliva memandangi Farrel.
"Emm... baiklah, saya akan membantu anda. Tapi berhubung hari ini sudah mulai sore, bagaimana kalau besok saja? Saya akan memastikan Tuan bisa bertemu dengan Bu Nova. Tapi urusan Bu Nova bersedia atau tidaknya bekerjasama dengan anda, saya tidak bisa menjaminnya." Asisten Lea tidak bisa mengalihkan pandangannya, dia sangat terpesona dengan ketampanan Farrel.
Begitulah pesonanya Farrel, cukup dengan tatapan mata saja bisa membuat wanita terpesona, tanpa perlu mengeluarkan kata-kata bualan untuk membuat hati wanita berbunga-bunga.
Renata terkejut mendengarnya, apakah itu artinya dia harus menginap di kota M bersama dengan Farrel?
"Kalau begitu boleh saya meminta nomor anda, agar saya bisa menghubungi anda jika seandainya Bu Nova bersedia bertemu dengan anda," pinta Asisten Lea, sekalian dia ingin memiliki nomor pria tampan itu.
Farrel pun memberikan kartu namanya kepada Asisten Lea, "Ini kartu namaku. Kalau begitu aku tunggu kabar baiknya darimu."
Dengan senang hati Asisten Lea menerima kartu nama dari Farrel, "Baik, dengan senang hati, Tuan."
...****************...
Hari sudah mulai malam, Farrel dan Renata sedari tadi sibuk mencari penginapan yang ada di kota M. Tapi semua hotel yang ada disana sudah penuh. Mungkin karena di kota M merupakan sebuah kota kecil sehingga hanya terdapat sedikit hotel disana.
"Sudah ada sembilan hotel yang kita kunjungi tapi penuh semua," gerutu Renata, dia sudah mulai lelah.
Sementara Farrel, dia terlihat begitu tenang. Justru dia sangat senang bisa terus bersama dengan Renata.
"Rupanya lebih sulit dari dugaan aku. Tapi aku yakin Bu Nova pasti akan tertarik bekerjasama lagi dengan perusahaan Gibson. Asisten Lea pasti akan membantu aku untuk bisa bertemu dengannya."
Renata hanya diam, dia tahu bahwa Asisten Lea mau membantunya karena terpesona dengan ketampanan Farrel. "Lain kali jangan memanfaatkan ketampanan kamu di dalam pekerjaan!"
Farrel mengerutkan keningnya, "Kapan aku tebar pesona padanya? Aku hanya menatapnya, tidak mungkin kan aku berbicara dengannya sambil merem?"
"Ma-maksud aku bukan begitu..."
Farrel pun tertawa kecil begitu menyadari bahwa Renata mengatakan tampan kepadanya, "Tadi kamu bilang apa? Aku tampan?"
Renata menjadi salah tingkah, mungkin dia keceplosan. Hati kecilnya tidak bisa berbohong kalau pria yang kini telah menjadi bosnya itu memang sangat tampan. Beruntung dia menemukan sebuah hotel, agar Farrel tidak membahasnya lagi. "Nah itu ada hotel! Siapa tahu ada kamar kosong disana."
Farrel pun segera menghentikan mobilnya di depan hotel tersebut, dia dan Renata masuk ke dalam hotel itu, berharap ada kamar kosong disana.
"Maaf, Tuan. Kebetulan disini hanya tersisa satu kamar lagi," ucap sang resepsionis kepada Farrel, ketika Farrel memesan dua kamar pada hotel tersebut.
Farrel menoleh ke arah Renata. Sebenarnya dia sangat senang bisa tidur satu kamar dengan Renata, tapi dia ingin menghargai keputusan wanita itu. "Bagaimana, Renata?"
Renata nampak kebingungan, tidak mungkin kalau dia harus tidur satu kamar dengan Farrel. Tapi hari sudah mulai malam, sementara sedari tadi mereka kesulitan untuk menemukan hotel di kota tersebut.
Haruskah Renata tidur satu kamar dengan pria itu? Bagaimana kalau Farrel menerkamnya? Apalagi udara malam hari di kota M sangat dingin, menusuk kulit.
...****************...