Di alam semesta yang dikendalikan oleh Sistem Takdir Universal, setiap kehidupan, keputusan, dan perjalanan antar galaksi diatur oleh kode takdir yang mutlak. Namun, segalanya berubah ketika Arkhzentra, seorang penjelajah dari koloni kecil Caelum, menemukan Penulis Takdir, alat kuno yang memberinya kekuatan untuk membaca dan memanipulasi sistem tersebut.
Kini, ia menjadi target Kekaisaran Teknologi Timur, yang ingin menggunakannya untuk memperkuat dominasi mereka, dan Aliansi Bintang Barat, yang percaya bahwa ia adalah kunci untuk menghancurkan tirani sistem. Tapi ancaman terbesar bukanlah dua kekuatan ini, melainkan kesadaran buatan Takdir Kode itu sendiri, yang memiliki rencana gelap untuk menghancurkan kehidupan organik demi kesempurnaan algoritmik.i
Arkhzentra harus melintasi galaksi, bertarung melawan musuh yang tak terhitung, dan menghadapi dilema besar: menghancurkan sistem yang menjaga keseimb
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Topannov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri Bumi yang Terungkap
Dunia yang Terselubung
Arkhzentra, Lyrientha, dan Rhaegenth muncul dari portal dan menemukan diri mereka di dalam ruangan kuno di bawah Piramida Giza. Namun, mereka segera menyadari bahwa mereka tidak sendirian—sebuah kelompok rahasia yang mengetahui keberadaan Takdir Kode telah lama mengawasi lokasi ini.
---
Fiuhhh… pusaran biru berpendar memudar perlahan, meninggalkan Arkhzentra, Lyrientha, dan Rhaegenth terhempas ke lantai batu yang dingin. Lingkungan di sekitar mereka gelap, hanya diterangi oleh kilatan cahaya terakhir dari portal yang kini mulai menghilang.
“Ugh… itu tidak nyaman,” gumam Rhaegenth sambil mengusap punggungnya yang terasa sakit akibat jatuh mendadak.
“Kita berhasil masuk,” kata Lyrientha, suaranya setengah lega. Matanya menyapu ruangan, yang penuh dengan ukiran kuno di dinding dan simbol bercahaya samar yang mengelilingi lantai. “Ini pasti inti dari sistem energi di Bumi.”
“Jangan terlalu santai,” potong Arkhzentra, berdiri dan menarik senjatanya. “Aku tidak yakin kita sendirian.”
Blam!
Sebuah pintu besar di ujung ruangan terbuka tiba-tiba, membuat ketiganya langsung memutar tubuh, senjata teracung. Dari balik kegelapan, beberapa sosok muncul perlahan. Mereka mengenakan jubah panjang dengan lambang misterius berbentuk lingkaran dan garis-garis diagonal, menutupi sebagian besar tubuh mereka.
“Senjata kalian tidak diperlukan di sini,” kata salah satu dari mereka dengan suara serak namun tegas. “Kami sudah menunggu kedatanganmu, Arkhzentra.”
“Menungguku?” Arkhzentra mengernyit, tetapi tidak menurunkan senjatanya. “Siapa kalian?”
“Kami adalah Pewaris Kuno,” jawab pria itu, melangkah maju sehingga wajahnya terlihat di bawah cahaya redup. Wajahnya dihiasi kerutan dalam, seperti seseorang yang telah menyaksikan banyak generasi berlalu. “Kami adalah penjaga rahasia tentang Takdir Kode di Bumi. Dan kami tahu alasanmu ada di sini.”
“Kalau kalian tahu alasanku di sini,” sela Rhaegenth, “mungkin kalian juga tahu bahwa Kekaisaran tidak jauh di belakang kami.”
Pria itu mengangguk perlahan. “Kami tahu. Dan itu sebabnya kami harus bergerak cepat.”
Blasssttt!
Tiba-tiba, ledakan keras menggema dari atas. Getaran besar mengguncang ruangan, membuat debu dan puing-puing kecil berjatuhan dari langit-langit.
“Mereka sudah sampai,” kata Lyrientha panik, menarik perangkat pemindai dari tasnya. “Aku mendeteksi kendaraan Kekaisaran di atas kita. Mereka pasti sedang mencari jalan masuk.”
Pria berjubah itu menatap mereka dengan tenang, meskipun situasinya semakin genting. “Ikuti kami. Ada sesuatu yang harus kau lihat sebelum mereka datang.”
“Dan kenapa kami harus mempercayai kalian?” tanya Arkhzentra sambil mempersempit matanya.
“Kau tidak punya pilihan,” jawab pria itu datar. “Kalau Kekaisaran masuk ke sini lebih dulu, mereka akan menghancurkan segalanya. Termasuk kalian.”
Duarrr!
Ledakan kedua mengguncang ruangan, kali ini lebih kuat. Sebuah retakan besar muncul di dinding dekat mereka, membuat pasir dan batu mulai merembes masuk.
“Baiklah,” kata Arkhzentra akhirnya, menurunkan senjatanya. “Tunjukkan jalannya.”
Pria itu memberi isyarat, dan mereka mengikuti kelompok itu menyusuri lorong gelap yang semakin dalam ke bawah tanah. Di sepanjang jalan, dinding-dindingnya dipenuhi ukiran simbol kuno yang menyala lemah, memberikan cahaya cukup untuk melihat.
“Ini luar biasa,” gumam Lyrientha, matanya terpaku pada ukiran-ukiran tersebut. “Simbol ini… ini adalah bahasa Eryndthari. Bahasa kuno para pencipta Takdir Kode.”
“Dan itu adalah bagian dari alasan kami ada di sini,” kata pria itu tanpa menoleh. “Eryndthari tidak hanya meninggalkan Takdir Kode di semesta. Mereka juga meninggalkan rahasia untuk melawan kehendak sistem itu, tersembunyi di inti energi ini.”
“Rahasia?” tanya Arkhzentra curiga. “Seperti apa?”
“Segera kau akan mengetahuinya,” jawab pria itu singkat.
Mereka tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi alat-alat kuno yang tampak seperti perpaduan antara teknologi dan seni. Di tengah ruangan, sebuah bola energi biru terang mengambang di udara, memancarkan gelombang cahaya yang terasa hangat namun kuat.
“Itu…” Lyrientha berhenti, matanya melebar. “Itu adalah inti energi Bumi.”
“Dan juga bagian penting dari Takdir Kode,” kata pria itu. “Kalau energi ini dihancurkan, sistem akan lumpuh sementara, tapi…”
“Bumi akan hancur,” sela Arkhzentra dengan nada pahit.
“Benar,” jawab pria itu dengan nada berat. “Tapi ada cara lain.”
“Cepat katakan,” desak Arkhzentra.
Pria itu menunjuk bola energi. “Inti ini memiliki mekanisme tersembunyi. Kalau kau menggunakan Penulis Takdir di sini, kau bisa memutus koneksi Bumi dari sistem tanpa menghancurkan planet ini. Tapi prosesnya akan memakan waktu, dan selama itu, kalian akan menjadi target.”
“Seperti sekarang?” kata Rhaegenth sambil menunjuk ke arah suara tembakan yang kini terdengar mendekat.
Duarrr!
Langit-langit di atas mereka runtuh sebagian, dan beberapa prajurit Kekaisaran melompat turun ke dalam ruangan dengan senjata plasma menyala.
“Dapatkan mereka!” teriak salah satu prajurit Kekaisaran.
“Pertempuran lagi,” gumam Rhaegenth sambil mengangkat senjatanya. “Seperti hidupku tidak cukup kacau.”
“Bawa mereka ke pusat!” perintah Arkhzentra kepada pria berjubah. “Kami akan menahan mereka!”
Blasssttt!
Tembakan pertama meluncur, menghantam salah satu alat kuno di ruangan itu dan meledakkannya menjadi pecahan kecil. Arkhzentra melompat ke samping, berguling sebelum membalas tembakan dengan presisi yang mematikan.
“Cepat! Kita tidak bisa bertahan lama!” teriaknya.
Lyrientha dan pria berjubah itu bergegas menuju inti energi, sementara Rhaegenth terus memberikan tembakan perlindungan dari balik pilar.
“Fiuhhh… aku benar-benar butuh liburan,” gumam Rhaegenth sebelum menembakkan senjata lagi.
Arkhzentra, dengan Penulis Takdir di tangan, melompat ke sisi inti energi, mencoba menekan simbol di bola bercahaya itu sesuai petunjuk yang muncul di benaknya.
Blasssttt! Duarrr!
Ledakan terus mengguncang ruangan, tetapi Arkhzentra tetap fokus, bahkan ketika serpihan batu hampir mengenainya. “Sedikit lagi…” gumamnya.
Saat Penulis Takdir menyentuh inti energi, bola itu bersinar terang, mengirimkan gelombang cahaya yang mendorong semua orang mundur.
“Arkhzentra! Apa yang terjadi?” teriak Lyrientha.
“Aku… aku tidak tahu!” jawabnya, suaranya penuh tekanan. “Tapi kita harus bertahan sampai proses ini selesai!”
Gelombang energi dari inti mulai membentuk perisai di sekitar ruangan, memperlambat serangan pasukan Kekaisaran. Namun, waktu mereka semakin menipis, dan Orionthar belum menunjukkan dirinya—sebuah ancaman yang Arkhzentra tahu masih mengintai di dekat mereka.