NovelToon NovelToon
REINKARNASI

REINKARNASI

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Perperangan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora79

Damarius Argus Eugene (22 tahun), seorang Ilmuwan Jenius asli Roma-Italia pada tahun 2030, meledak bersama Laboratorium pribadinya, pada saat mengembangkan sebuah 'Bom Nano' yang berkekuatan dasyat untuk sebuah organisasi rahasia di sana.

Bukannya kembali pada Sang Pencipta, jiwanya malah berkelana ke masa tahun 317 sebelum masehi dan masuk ke dalam tubuh seorang prajurit Roma yang terlihat lemah dan namanya sama dengannya. Tiba-tiba dia mendapatkan sebuah sistem bernama "The Kill System", yang mana untuk mendapatkan poin agar bisa ditukarkan dengan uang nyata, dia harus....MEMBUNUH!

Bagaimanakah nasib Damarius di dalam kisah ini?

Apakah dia akan berhasil memenangkan peperangan bersama prajurit di jaman itu?

Ikuti kisahnya hanya di NT....

FYI:

Cerita ini hanyalah imajinasi Author.... Jangan dibully yak...😀✌

LIKE-KOMEN-GIFT-RATE

Jika berkenan... Dan JANGAN memberikan RATE BURUK, oke? Terima kasih...🙏🤗🌺

🌺 Aurora79 🌺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

R.K.N-27 : PERJANJIAN DORYMENE!

...----------------...

Damarius menghentikan tindakannya untuk memasukkan sepotong daging itu ke dalam mulutnya. Dia menjatuhkan kembali tangannya ke lutut, sedangkan Gildas berseru dengan keras karena terkejut.

"DI SINI?!...Apa maksudmu, Eudocia?!" teriak Gildas.

"Husssh! Ingatlah, penglihatan akan terbawa jauh dari pada suara! Tetaplah fokus pada makananmu itu!" peringat Eudocia pada Gildas.

Sambil melihat ke arah sekelilingnya, Eudocia melanjutkan perkataannya.

"Aku bersungguh-sungguh akan ucapanku itu! Ada utusan-utusan dari lelaki bernama Dorymene itu di Albu! Mereka membicarakan tentang pertemanan mereka dengan orang Pict. Mereka berbicara tentang janji-janji, dan mereka menuntut janji-janji balasannya!" tambah Eudocia menjelaskan dengan suara pelan.

"Apakah isi perjanjian itu?" tanya Damarius pelan, sambil mengiris daging keringnya.

"Perjanjian itu berisi bahwa Dorymene akan membantu Suku Barajah untuk melawan kami, Suku Dalriad! Jika Suku Barajah bersedia membantu mereka terlebih dahulu untuk 'menggulingkan' tahta Kaisar Carausius!" jawab Eudocia.

Hadir sebuah keheningan yang panjang, setelah ucapan Eudocia itu jatuh. Keheningan itu terpecahkan oleh suara teriakan burung elang yang melayang tinggi di atas lembah.

KAAAAK!

KAAAAK!

KAAAAK!

Tiba-tiba, Gildas berkata drngan suara yang menahan amarah.

"Jadi...kami benar mengenai Dorymene! Kami benar tentang dirinya sepanjang waktu!" ujar Gildas, geram.

"Benarkah begitu?" ujar Eudocia.

"Aku sama sekali tidak tahu soal itu! Aku hanya tahu bahwa...seandainya mereka berhasil dalam hal ini, akan ada kematian bagi para 'kaum-ku' sendiri...." ujar Eudocia.

Lalu dia berhenti sesaat, seakan-akan...apa yang dia baru ucapkan itu ada ketertarikan yang membingungkan dirinya.

"Hehehehe...KAUM-ku, ya?... Padahal aku hanyalah seorang lelaki tanpa suku atau wilayah! Tapi, biar bagaimanapun...sepertinya aku yakin, dapat menjangkau kembali Kaum-ku sendiri..." ujar Eudocia dengan nada yang terdengar, miris.

"Apakah Suku Barajah itu akan setuju?" tanya Damarius dengan nada serius.

"Aku yakin mereka akan...setuju!" jawab Eudocia.

"Selama ini, selalu ada rasa ketidak-percayaan dan permusuhan di antara Suku Pict dan Suku Dalriad, sampai Kaisar Carausius membuat perjanjiannya. Perdamaian terjadi selam tujuh tahun di bawah perjanjian itu. Akan tetapi, Suku Barajah ketakutan terhadap Suku Dalriad...karena kami berbeda! Dan Suku Dalriad mulai bertambah kuat diantara pulau-pulau yang berada di Barat dan pegunungan di sepanjang pantai. Dan Suku Pict sangat membenci semua yang mereka takuti..." tambah Eudocia menjelaskan.

"Orang-orang Suku Pict itu takut kepada...dan membenci....Pasukan Elang!" ujar Damarius dengan persepsinya.

"Dan tadi kamu bilang, mereka hendak membuat perjanjian dengan Dorymene?" tanya Damarius pada Eudocia.

"Benar! Mereka memang takut terhadap Pasukan Elang dan takut terhadap orang-orang Dalriad..." jawab Eudocia.

"Mereka juga bersedia bergabung dengan kami dan mengusir Pasukan Elang ke dalam lautan! Akan tetapi, mereka tahu bahwa...jika bergabung pun, kami tidak akan cukup kuat. Oleh karena itu, mereka memutuskan akan bergabung dengan Pasukan Elang dan mengusir Suku Dalriad. Dengan cara kedua itu, mereka bisa menyingkirkan salah satu musuhnya!" tambah Eudocia menjelaskan.

"Dorymene bukanlah Pasukan Elang!" ujar Gildas dengan cepat.

"Dia akan menjadi Pasukan Elang, setelah kematian Kaisar Carausius!" sahut Eudocia tegas.

Lalu Eudocia memandang mereka dengan bergantian.

"Kalian sangat tahu Tembok Perbatasan dan Kohort-Kohort yang berada di Tembok Perbatasan, mereka akan meneriakkan Kesetiaan kepada siapa pun yang memakai 'Jubah Ungu-(Jubah Kekaisaran)' agar bisa mendapatkan sejumlah bayaran dan mendapatkan cukup banyak guci anggur. Apakah kalian bisa memastikan bahwa Pasukan Elang yang ada di tempat lain akan berbeda?" ujar Eudocia pada mereka.

Damarius dan Gildas tidak bisa menjawab pertanyaan Eudocia, sehingga terjadi keheningan beberapa saat diantar mereka.

Tiba-tiba Damarius berkata...

"Apakah Kaum-mu sendiri mengetahui tentang hal ini?" tanya Damarius pada Eudocia.

"Aku sendiri tidak pernah bicara atau bertemu Kaum-ku selama lima belas tahun terakhir ini, tapi aku yakin mereka tahu..." jawab Eudocia.

"Akan tetapi, walaupun mereka tahu...apa yang bisa mereka lakukan? Seandainya mereka memutuskan untuk berperang melawan Suku Barajah saat ini, itu artinya mereka melanggar perjanjian yang ada. Tidak perduli Carausius atau Dorymene yang mengenakan Jubah Ungu... Kami, orang-orang kecil, akan takluk oleh kemarahan Roma!" tambah Eudocia.

Eudocia mencondongkan tubuhnya ke arah depan, seolah-olah dia ingin mengambil bubur dingin yang ada di dalam panci.

"Peringatkan dia! Peringatkan Kaisar kalian ini, aku yakin dia akan mendengarkan kalian! (Kami mendengar banyak hal, di antara semak heater). Oleh sebab itulah, aku membawa kalian ke tempat ini dan menceritakan semua yang berbahaya untuk diceritakan di tempat lain...agar kalian bisa memperingatkan Kaisar Carausius tentang angin yang berhembus!" ujar Eudocia pelan.

"Apakah mungkin seekor serangga hina bisa memperingatkan Dewa Zeus yang Maha-Kuasa? Serangga hina ini pernah mencobanya, namun serangga ini diinjak-injak karena hasil jerih payahnya...." ujar Gildas getir.

Kepala Gildas mendongak...dan matanya memandang jauh ke balik perbukitan yang menurun ke arah Selatan, ke Tembok Perbatasan.

"Bagaimana cara kami untuk menyampaikan berita itu kepadanya?" tanya Gildas yang entah pada siapa.

"Tidak banyak orang sakit yang berada di Benteng kita..." sahut Damarius tiba-tiba.

"Dan selalu ada Ahli Medis Lapangan di Luguvalium, jika diperlukan. Aku yang akan berangkat...!" ujar Damarius tegas.

Gildas langsung memalingkan wajahnya ke arah Damarius. Sebelum Gildas mengeluarkan suaranya, Eudocia langsung menyela.

"Na...na...na...! Jika salah satu dari kalian yang pergi, itu namanya 'membelot'! Dan akan banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Aku yakin, tidak akan ada seorang pun yang akan menanyai aku. Tuliskan semua yang aku ceritakan ini kepada Kaisar, dan berikan surat itu kepadaku!" ujar Eudocia mantap.

"Maksud kamu....kamu akan membawa surat ini ke Selatan sendiri?" tanya Gildas.

"Ya..." jawab Eudocia singkat.

"Kenapa kamu bersedia memasukkan kepalamu ke dalam perangkap Serigala dalam perburuan ini?" tanya Damarius.

Eudocia, yang sedang menge-lus telinga 4njing besar disampingnya pun menjawab...

"Bukan karena perasaan cinta terhadap Kaisar-mu itu, tapi aku melakukan ini agar tidak ada lagi kematian bagi kaum-ku!" ujar Eudocia.

"Kamu bersedia berbuat sejauh itu....menempuh resiko sebesar itu...hanya untuk orang-orang yang sudah membuangmu itu?" tanya Damarius kembali.

"Aku melanggar hukum kaum-ku, dan membayar harga yang telah disepakati. Tidak lebih dari itu..." jawab Eudocia tenang.

Gildas memandang Eudocia dengan perasaan bingung, lalu dia berkata...

"Jadi, ini juga 'Perburuan'-mu.... Lalu, apakah kamu tahu resikonya...seandainya kamu 'tertangkap' oleh orang-orangnya Dorymene bersama surat itu?" tanya Gildas pada Eudocia.

"Aku sudah bisa....menebaknya!" jawab Eudocia sambil tersenyum masam.

...****************...

1
ReogKhentir
Petualang segera dimulai raih poin yang banyak untuk keperluanmu juga nantinya........
🌺Zaura🌺: Baik Kak... Terima kasih masukannya...😊🙏🍻
ReogKhentir: Ya pembantaian nya dibuat secara implisit saja tak usah terlalu mendetail sekali kalau takut dengan kekejaman serta sadisme
total 3 replies
꧁LC*¹³🌸Arlingga Panega°°🕊️꧂
semangat,,, 💪💪💪
🌺Zaura🌺: Terima kasih Kak Ega supportnya...😘😘😘

#Sambil bungkusin cireng mbledos 😁
total 1 replies
Ana Jus
asik ada yang baru
🌺Zaura🌺: Hay Kak Ana... Terima kasih selaku support karya-karya aku....🙏😊😘❤
total 1 replies
Jihan Hwang
hai aku mampir...salam kenal
mampir juga ya dikarya aku jika berkenan/Smile//Pray/
🌺Zaura🌺: Okeee... meluncuuurrr....😁😁😁
Jihan Hwang: ayok😆🤗
total 3 replies
꧁LC*¹³🌸Siska Nazriel°°🕊️꧂
semangat bestiee.. aku baca q dulu.. mau kerja.. nnti lanjut lagi
🌺Zaura🌺: Thank you supportnya bestieee...🙏😘. Selamat bekerja, semoga harimu penuh dengan keberkahan...Aamiin Yaa Rabb...❤
total 1 replies
ReogKhentir
Kelihatannya menarik kesahnya coba memantau serta menyimak dahulu disini........... lanjutkan tetap semangat untuk berkarya semoga sukses selalu
🌺Zaura🌺: Terima kasih supportnya kak...😊🤗🌺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!