Jejak Tanpa Nama mengisahkan perjalanan Arga, seorang detektif muda yang berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai kasus kriminal, namun selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu malam, ia dipanggil untuk menyelidiki sebuah pembunuhan misterius di sebuah apartemen terpencil. Korban tidak memiliki identitas, dan satu-satunya petunjuk yang ditemukan adalah sebuah catatan yang berbunyi, "Jika kamu ingin tahu siapa yang membunuhku, ikuti jejak tanpa nama."
Petunjuk pertama ini membawa Arga pada serangkaian kejadian yang semakin aneh dan membingungkan. Saat ia menggali lebih dalam, ia menemukan sebuah foto yang tampaknya biasa, namun menyembunyikan banyak rahasia. Foto itu menunjukkan sebuah keluarga dengan salah satu wajah yang sengaja dihapus. Semakin Arga menyelidiki, semakin ia merasa bahwa kasus ini lebih dari sekadar pembunuhan biasa. Ada kekuatan besar yang bekerja di balik layar, menghalangi setiap langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak yang Menghantui
Arga duduk di mejanya, menatap layar komputernya dengan pandangan kosong. Catatan tentang Proyek Helios yang ia temukan semakin membingungkan. Di bawah permukaan yang tenang, ada sesuatu yang sangat berbahaya yang sedang dibangun. Proyek yang dikelola oleh Leonardo Aditya ini sepertinya bukan sekadar usaha bisnis biasa—ada sesuatu yang lebih besar di baliknya. Teknologi yang disebut-sebut bisa mengubah industri pertahanan dan keamanan negara, jika benar-benar ada, bisa menjadi senjata yang sangat kuat di tangan orang yang salah.
Namun, yang paling mengganggu adalah apa yang ia temukan dalam dokumen-dokumen yang terkait dengan proyek tersebut. Ada daftar nama-nama yang tidak dikenalnya, sebagian besar adalah pejabat tinggi dan pengusaha ternama dari berbagai negara. Semua orang ini tampaknya terlibat dalam proyek yang sangat tertutup, dan satu hal yang pasti: proyek ini bukan untuk kepentingan umum. Ia merasakan ada sesuatu yang lebih gelap yang tersembunyi di balik layar.
Ponselnya berdering, menginterupsi pikirannya. Arga melihat layar ponselnya, dan nama Icha muncul di sana. Segera, ia mengangkat telepon.
“Arga,” suara Icha terdengar cepat dan tegang, “Aku punya informasi baru.”
“Apa itu?” jawab Arga, sudah menebak bahwa Icha pasti menemukan sesuatu yang penting.
“Ini tentang proyek Helios,” kata Icha dengan suara serius. “Aku berhasil mendapatkan akses ke beberapa data yang lebih rinci. Tapi, ada satu hal yang lebih mengejutkan. Ternyata, proyek ini berhubungan dengan perusahaan keamanan swasta besar, yang terlibat dalam operasi militer dan pengamanan data di wilayah konflik internasional. Proyek ini bisa digunakan untuk memanipulasi data intelijen dan, jika jatuh ke tangan yang salah, bisa mengacaukan seluruh sistem keamanan global.”
Arga merasa perutnya berkerut. Proyek Helios bukan hanya soal teknologi, ini bisa jadi soal kekuasaan global. Jika benar seperti yang dikatakan Icha, berarti Leonardo Aditya dan orang-orang di sekitarnya sedang merancang sesuatu yang bisa mengguncang tatanan dunia.
“Siapa yang terlibat langsung?” tanya Arga, dengan nada yang lebih tajam.
“Ada beberapa nama besar yang terlibat, tapi yang paling mencolok adalah seorang pejabat tinggi militer dari negara ini. Namanya Jendral Arief Satria, dia dikenal sangat dekat dengan Leonardo Aditya,” jelas Icha. “Keduanya memiliki hubungan bisnis yang sangat kuat, dan itu yang membuat semuanya lebih berbahaya. Satria dikenal sebagai orang yang sangat berkuasa di dalam dinas militer, dan jika proyek ini melibatkan militer, itu berarti ada potensi ancaman besar bagi negara.”
Arga menarik napas dalam-dalam. Hal ini semakin membingungkan. Sepertinya, ini bukan hanya tentang Leonardo Aditya. Ada pihak lain yang jauh lebih kuat dan lebih berbahaya yang terlibat, dan mereka semua memiliki kepentingan yang sangat besar.
Kan ia pada kebenaran, semakin besar pula bahaya yang mengintainya. Keputusan untuk melanjutkan penyelidikan ini bukanlah hal yang mudah. Setiap langkah Arga kini terasa lebih berat, lebih berisiko. Tidak hanya karena musuh yang semakin tampak mengintai, tetapi juga karena ia mulai merasakan ada sesuatu yang lebih besar sedang bergerak di balik semua ini—sesuatu yang siap menghancurkan siapapun yang berani menyingkapnya.
Arga menatap layar komputernya, mencoba mencari jejak baru. Icha telah memberikan informasi penting tentang Jendral Arief Satria, seorang tokoh yang memiliki hubungan erat dengan Leonardo Aditya. Namun, informasi yang lebih dalam tentang Satria masih sulit didapatkan. Arga sadar, untuk mengungkap lebih jauh, ia harus berada lebih dekat dengan orang-orang yang berhubungan dengan proyek Helios.
Ia memutuskan untuk menemui seseorang yang mungkin bisa memberinya informasi lebih lanjut. Budi, seorang mantan rekan kerja yang kini bekerja di lembaga pemerintah yang menangani data intelijen, adalah satu-satunya orang yang mungkin dapat memberikan pencerahan lebih lanjut tentang proyek ini. Namun, bertemu Budi bukanlah hal yang mudah. Selama bertahun-tahun, Budi selalu menjaga jarak dari kasus-kasus besar dan hanya beroperasi dalam lingkaran kecil. Arga tahu bahwa ia harus mencari cara untuk mendekati Budi tanpa menimbulkan kecurigaan.
Dengan sedikit rasa cemas, Arga memutuskan untuk menemui Budi di sebuah kafe kecil yang terletak di pinggir kota, jauh dari keramaian. Kafe ini adalah tempat yang sering mereka kunjungi ketika bekerja bersama dulu, tempat di mana mereka berbagi informasi dengan cara yang lebih santai namun tetap aman. Arga berharap, di sini, Budi mungkin akan bersedia berbicara lebih banyak.
Begitu memasuki kafe, Arga melihat Budi sudah duduk di pojok ruangan, mengenakan jaket abu-abu yang sudah tampak sedikit kusam. Matanya yang tajam dan tubuh tegapnya tetap tidak berubah meski sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Budi menoleh dan memberi isyarat kepada Arga untuk duduk.
“Arga, sudah lama tidak bertemu,” kata Budi, sambil tersenyum tipis. “Ada apa kali ini? Tidak biasanya kamu mencari aku.”
“Budi, aku butuh bantuanmu,” jawab Arga tanpa basa-basi, langsung masuk ke pokok permasalahan. “Aku sedang menyelidiki sesuatu yang lebih besar dari yang aku kira. Terkait dengan Leonardo Aditya dan sebuah proyek bernama Helios. Kamu tahu apa tentang itu?”
Budi mengernyitkan dahi, tampaknya terkejut dengan nama yang disebutkan Arga. Namun, ia segera menutup ekspresi terkejut itu dengan wajah yang lebih serius. “Helios…,” Budi merenung sejenak. “Itu proyek yang sangat tertutup. Aku tahu sedikit, tapi cukup untuk tahu bahwa itu bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sepele.”
Arga menatapnya tajam, memperhatikan setiap gerakan Budi. “Aku tahu proyek ini melibatkan beberapa pihak penting. Tapi aku butuh lebih dari sekadar informasi umum. Aku harus tahu bagaimana proyek ini berjalan dan siapa saja yang terlibat.”
Budi menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela kafe, seolah-olah berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk berbicara lebih terbuka. “Kamu tahu bahwa aku tidak bisa memberikan informasi sensitif seperti itu dengan mudah, Arga. Tapi untukmu… aku rasa kamu sudah cukup jauh masuk ke dalamnya. Jika kamu benar-benar ingin tahu lebih banyak, kamu harus berhati-hati. Banyak orang yang terlibat dalam proyek ini, dan mereka tidak akan segan-segan menghapus siapapun yang dianggap menghalangi.”
Arga menatap Budi dengan serius. “Aku tidak takut. Aku harus tahu siapa yang ada di balik semua ini, Budi. Apa yang sebenarnya sedang disiapkan oleh mereka?”
Budi menghela napas panjang, dan untuk beberapa detik, suasana hening di antara mereka. Setelah beberapa saat, Budi akhirnya melanjutkan. “Helios bukan hanya tentang teknologi. Itu lebih besar dari itu. Itu tentang kontrol. Mengontrol data, informasi, bahkan kekuatan militer. Proyek ini bisa mengubah dunia dalam sekejap jika jatuh ke tangan yang salah. Bahkan, sudah ada beberapa insiden yang didiamkan oleh pemerintah, yang melibatkan teknologi yang bisa mengubah sistem pertahanan suatu negara. Jendral Arief Satria? Dia adalah orang yang paling dipercaya Leonardo Aditya untuk menjaga proyek ini tetap aman, tapi juga untuk memastikan bahwa tidak ada yang bisa mengaksesnya tanpa izin. Kamu tahu, mereka memiliki pengaruh besar di beberapa sektor vital.”
Jantung Arga berdetak lebih cepat. Semua yang Budi katakan menunjukkan bahwa Proyek Helios bukan hanya tentang senjata atau teknologi militer, tetapi tentang sesuatu yang lebih jauh—sesuatu yang bisa mengendalikan banyak hal sekaligus. Kekuatan yang sangat besar.
“Dan bagaimana aku bisa mendapatkan informasi lebih lanjut?” tanya Arga, matanya penuh tekad.
Budi menghela napas. “Kamu harus mendekati orang-orang yang lebih dekat dengan proyek ini, terutama yang terlibat dalam pengembangan teknologi tersebut. Namun, sekali lagi, aku ingatkan kamu—jangan berharap mereka akan memberi informasi dengan mudah. Jika kamu terlalu dekat, kamu akan menjadi target. Mereka tahu siapa yang mencoba menggali terlalu dalam.”
Arga merasakan ketegangan di dalam dirinya. Semakin ia menggali, semakin dalam ia terjebak dalam permainan ini. Tetapi satu hal yang pasti: ia tidak bisa berhenti sekarang. Ia sudah terlalu dekat.
Setelah percakapan itu, Arga keluar dari kafe dengan tekad yang lebih kuat. Budi sudah memberi petunjuk penting. Ia harus menemukan orang-orang yang terlibat langsung dalam proyek Helios. Orang-orang yang mungkin tahu lebih banyak tentang teknologi canggih yang sedang dikembangkan. Namun, ia juga tahu bahwa setiap langkah berikutnya bisa membawa bahaya yang lebih besar, dan siapapun yang berada di belakang proyek ini pasti akan melawan habis-habisan.
Namun, Arga tidak bisa mundur. Kebenaran yang tersembunyi di balik Helios harus diungkap, apapun risikonya. Ia tahu, semakin ia mendekat pada kebenaran, semakin banyak orang yang akan mencoba menghentikannya.
Dan ia sudah siap dengan apa pun yang akan datang.
---